Waspadai Tanda-Tanda Financial Abuse, Lakukan Tindak Pencegahan Ini untuk Menghindarinya

Pernahkah kamu mendengar istilah financial abuse? Bentuk kekerasan dan pelecehan yang satu ini mungkin belum begitu familiar di kalangan masyarakat. Meski begitu, financial abuse perlu diketahui, dikenali, diwaspadai dan diatasi mengingat segudang dampak buruknya.

Apa Itu Financial Abuse?

loader

Secara harfiah, financial abuse merupakan bentuk kekerasan, pelecehan, eksploitasi dan penyalahgunaan secara keuangan terhadap seseorang. Bentuk kekerasan dalam rumah tangga tak hanya dilakukan secara fisik, verbal, psikis (mental dan emosional), bahkan spiritual saja.

Financial abuse adalah salah satu bentuk KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) lainnya yang melibatkan pengendalian kemampuan seseorang untuk menggunakan, memperoleh dan memelihara sumber daya keuangannya.

Layaknya bentuk kekerasan dan pelecehan lainnya, financial abuse kerap terjadi di dalam hubungan yang tidak sehat. Biasanya, korban kekerasan finansial akan dilarang bekerja agar tak punya uang dan pendapatannya sendiri.

Tak pelak, korban pun terpaksa harus menggantungkan hidupnya kepada pelaku, yang notabene adalah pasangannya. Financial abuse atau kekerasan finansial termasuk cara terampuh untuk menjebak korban agar tetap tinggal di dalam hubungan yang penuh kekerasan.

Korban dibuat sedemikian rupa agar tak mampu menafkahi dirinya sendiri dan anak-anak. Seperti dilansir dari Very Well Mind, hal inilah yang akhirnya membuat korban mau tak mau harus kembali ke pasangannya yang telah melakukan kekerasan.

Lebih lanjut, menurut hasil studi Centers for Financial Security, 99% kasus KDRT umumnya melibatkan penyalahgunaan, pelecehan, kekerasan dan eksploitasi dalam keuangan. Terlebih, financial abuse seringkali menjadi gejala pertama dari kekerasan saat berpacaran.

Ironisnya lagi, red flag ini kerap tidak disadari oleh mereka yang sedang menjalin hubungan, terutama di awal sewaktu relationship masih berada dalam fase honeymoon. Untuk itu, demi keselamatan dan keamanan diri, adalah penting bagi generasi muda mengenali, mengetahui dan mewaspadai tanda serta gejala dari financial abuse sedari awal menjalin hubungan.

Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!

Mulai Berinvestasi Sekarang!  

Hati-Hati, Financial Abuse juga Kerap Menimpa Laki-Laki

Kekerasan dan penyalahgunaan finansial ini tak hanya terjadi menimpa perempuan saja, sehingga tak bisa disepelekan. Faktanya, laki-laki pun banyak yang menjadi korban dari financial abuse.

Sekitar 1 dari 7 laki-laki yang berusia 18 tahun ke atas mengalami paling tidak satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan atau hubungan asmara. Selain itu, perlu diketahui bahwa financial abuse tak hanya terjadi dalam hubungan romantis dengan pasangan saja, tapi juga dalam hubungan lainnya, seperti interaksi anak-orang tua dan orangtua-anak.

Pelecehan, kekerasan atau penyalahgunaan finansial ini juga bisa terjadi di ruang lingkup yang lebih luas di luar keluarga, seperti di dalam pertemanan. Oleh sebab itu, penting untuk mengenali dan mewaspadai apa saja ciri-ciri, tanda serta gejalanya.

Tanda-Tanda Financial Abuse

Gejala dan tanda-tanda pelaku melakukan kekerasan finansial bisa terdeteksi sejak awal, dan mungkin telah dialami seseorang tanpa disadarinya. Berikut ciri-cirinya:

  1. Melarang pasangan/ korban untuk bekerja, dengan begitu, si pelaku jadi lebih mudah mengontrolnya setelah si korban tak punya uang,
  2. Mengendalikan, membelanjakan dan menyalahgunakan uang pasangannya tanpa izin,
  3. Menutup dan menyembunyikan informasi finansial dari pasangannya, berlaku tidak jujur soal keuangan, agar pasangan/ korban hilang kendali atas uangnya,
  4. Sering meminjam uang namun tidak dikembalikan sebagai bentuk dari eksploitasi,
  5. Menetapkan standar keuangan ganda: pelaku boleh sembrono menghamburkan uang, sedangkan korban tidak boleh mengeluarkan uang sepeser pun,
  6. Sangat membatasi pengeluaran pasangannya secara berlebihan,
  7. Mengatasnamakan uang untuk mengekang, mengontrol, mengancam dan mengisolasi pasangan serta anak-anak,
  8. Membuat korban merasa malu, bersalah terkait keuangannya, membuat korban merasa tak pantas memegang uang dengan alasan tak becus, tidak capable dan sebagainya,
  9. Merasa berhak atas uang dan aset kepemilikan pasangan/ korban,
  10. Merusak riwayat kredit pasangan/ korban,
  11. Mengganggu pasangan/ korban saat mencari nafkah, memicu masalah dan menimbulkan drama di tempat kerja, serta mengganggu ketentraman keuangan seperti menipu dan mengambil keuntungan pribadi tanpa sepengetahuan korban dengan mengatasnamakan cinta, hukum atau agama (menggertak).

Perlu digaris bawahi, bentuk penyalahgunaan keuangan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya. Seringnya, pelaku kekerasan akan menggunakan taktik yang halus dan manipulatif.

Sementara di lain kasus, pelaku kekerasan bisa jadi lebih menuntut, terang-terangan, menjajah dan mengintimidasi. Namun umumnya, pelaku financial abuse akan mengerahkan sejumlah taktik dan akal-akalannya. Dan ini mencakup mengambil kendali penghasilan dan tabungan pasangan.

Mereka juga kerap menuntut korban untuk menyerahkan gaji dan semua uangnya, termasuk meminta nomor pin ATM hingga kartu kredit. Tak hanya itu saja, pelaku kerap menuntut pasangan membayar seluruh tagihan dengan alasan bahwa itu adalah kewajiban.

Dalam banyak kasus, pelaku berperilaku seolah dia paling berhak atas uang dan aset korban untuk kemudian disalahgunakan dan dieksploitasi olehnya.

Dampak Financial Abuse

Financial abuse tak hanya berdampak buruk bagi kondisi finansial korban. Bentuk kekerasan ini memberikan kerugian dan dampak negatif lainnya, baik secara fisik, mental, maupun emosional.

Tak jarang, korban financial abuse mengalami stress, depresi, kecemasan dan juga trauma. Biasanya, korban memiliki riwayat keuangan, pekerjaan dan hukum yang buruk akibat tindak kekerasan yang dialaminya.

Selain itu, para korban yang berhasil melarikan diri dari situasi penuh kekerasan kerap menghadapi beragam kesulitan dalam membangun kemandirian hingga memperoleh basic needs atau kebutuhan primernya. Dan ini termasuk tempat tinggal, keamanan dan keselamatan jangka panjang.

Mengapa bisa demikian? Jangan serta-merta tanpa empati tak berperikemanusiaan meremehkan dan menyalahkan ketidakmampuan korban. Ingat, financial abuse selalu dibarengi dengan bentuk intimidasi lainnya, seperti kekerasan fisik hingga pelecehan verbal dan emosional.

Itulah sebabnya kebanyakan dari korban mengalami trauma. Mereka merasa tak punya kendali dan seolah lumpuh tak berdaya. Mereka perlu membangun ulang tak hanya area keuangannya saja. Tapi juga hidup dan kemandiriannya secara umum dan menyeluruh.

Selain diperlukan healing terutama secara mental dan emosional, para korban juga perlu membangun ulang self-esteem, self-concept dan self-image yang terlanjur rusak dan trauma akibat kekerasan lahir batin yang telah dialaminya, yang mana semua itu membutuhkan proses panjang serta biaya medis untuk terapi psikologis berkelanjutan.

Cara Melindungi Diri dari Financial Abuse

loader

Akibat financial abuse yang dialami, korban biasanya jadi tak punya kuasa dan kendali atas keuangannya. Seringkali setelah berhasil keluar dari hubungan tak sehat pun, korban tak punya uang untuk makan, mendapat tempat tinggal yang aman, apalagi untuk memenuhi kebutuhan lainnya dan menjadi stabil finansial.

Korban pun kerap tak bisa berbuat apa-apa untuk merencanakan menyelamatkan diri lantaran tidak punya uang. Sebagai akibatnya, korban pun terpaksa bertahan dalam hubungan toxic tersebut.

Mengingat dampak negatifnya yang luar biasa merugikan dan bisa menyebabkan trauma bertahun-tahun, tentunya financial abuse sangat berbahaya. Sehingga penting bagi setiap individu untuk mengerti bagaimana cara tepat melindungi diri dari kekerasan dan penyalahgunaan finansial ini.

Meninggalkan pasangan atau putus hubungan dengan pelaku financial abuse adalah tindakan tepat dan terbaik yang pertama mesti dilakukan. Namun hal ini umumnya tak semudah itu bisa dilakukan korban, terutama dengan segala keterbatasan yang ada.

Sebagai langkah pencegahan agar tak terlanjur terjebak dalam bentuk hubungan tak sehat sehingga menjadi korban kekerasan finansial, tetapkan healthy relationship sebagai tujuan. Kemudian lindungi dirimu dengan cara berikut:

  1. Pertahankan kemandirian dan otonomi finansialmu,
  2. Selalu tetapkan batasan (setting boundaries) di dalam menjalani berbagai bentuk hubungan, termasuk dari segi keuangan,
  3. Ketahui, pahami dan sepakati hak dan kewajiban kedua belah pihak dalam relationship dan rumah tangga, terutama dalam hal keuangan,
  4. Melakukan perjanjian pranikah dengan poin-poin yang mencakup perihal keuangan,
  5. Komunikasikan kesepakatan dan tujuan finansial bersama pasangan secara transparan, adil, jujur, seimbang dan terbuka, agar tak terjadi penyimpangan keuangan yang tidak sehat,
  6. Buat kesepakatan keuangan bersama, termasuk dalam menetapkan rincian anggaran pengeluaran dan apa saja batasan serta bagaimana aturan mainnya,
  7. Selami literasi dan pendidikan finansial bersama pasangan agar kedua pihak memiliki pengertian yang sama,
  8. Waspadalah jika pasangan melakukan kontrol ketat yang berlebihan, menolak berdiskusi tentang keuangan bersama, atau membuat keputusan finansial secara sepihak.
  9. Lindungi info pribadi dengan mengubah nomor PIN serta kode akses rekening,
  10. Cari tahu transaksi keuangan melalui laporan kredit serta kartu debit di bank,
  11. Cari tahu apakah pelaku kekerasan finansial telah membuka rekening lain dengan menggunakan nama serta identitasmu,
  12. Buka akun rekening baru di bank lain dan simpan uang di sana tanpa diketahui siapapun,
  13. Simpan semua dokumen keuangan dengan aman, langkah ini akan sangat membantu saat pertikaian rumah tangga terjadi, atau lebih buruk lagi, terjadi perceraian,
  14. Libatkan pihak ketiga, minta bantuan dari orang-orang sekitar yang baik hati, terpercaya, peduli dan bersedia ikhlas menolong tanpa pamrih.

Semua orang, baik pria dan wanita dari berbagai latar belakang ekonomi sosial bisa menjadi korban kekerasan finansial. Namun menurut laporan Good Therapy, masyarakat kelas bawah, perempuan, komunitas marginal seperti LGBT dan mereka yang memiliki disabilitas, orang tua, serta lansia, lebih rentan menjadi korban financial abuse.

Laporkan ke Layanan SAPA dan Minta Perlindungan

Mencegah kekerasan finansial memerlukan kesadaran, pemahaman, komunikasi terbuka dengan pasangan, serta tindakan preventif yang nyata. Dengan memahami dan mengenali perihal financial abuse, kiranya kamu bisa melindungi diri sendiri dan orang-orang terkasihmu agar terhindar dari kekerasan serta penyalahgunaan keuangan yang merugikan.

Jika kamu adalah korban financial abuse, kamu tak sendirian. Mintalah bantuan dan perlindungan ke pihak dan sumber daya seperti KemenPPPA, organisasi hukum, pihak berwenang dan terapis bersertifikat/ psikolog/ psikiater.

Beranikan diri untuk melapor via telepon ke hotline Layanan SAPA di nomor 129, atau WhatsApp 08111129129. Mengutip InfoPublik, hotline layanan Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 ini dicanangkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).

Layanan tersebut diperuntukkan bagi perempuan dan anak yang mengalami permasalahan. Jika kamu menyaksikan, mengalami kekerasan, atau membutuhkan perlindungan, jangan ragu untuk mengadukannya ke layanan terkait guna mendapat pertolongan.