6 Perbedaan Signifikan Antara Workaholic dan Pemalas
Banyak orang menyarankan agar kamu tidak terlalu keras kepada diri sendiri. Tidak hanya dalam hal meraih mimpi, tapi juga bekerja. Dimana uang bukan hanya menjadi fokus utama mu, tapi juga kesehatan fisik dan mental.
Inilah mengapa menciptakan work life balance sangat diperlukan saat memasuki dunia kerja, tapi bukan berarti menjadi pemalas, ya! Sebab ada perbedaan signifikan antara si workaholic dan pemalas. Apa saja kira-kira?
Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya!
1. Workaholic bekerja siang malam, pemalas membuang-buang waktu
Workaholic alias gila kerja tidak keberatan bila waktunya habis untuk bekerja dan bekerja. Mulai dari pagi hingga malam, bahkan mengorbankan waktu untuk orang-orang yang disayanginya demi mengejar karir impiannya.
Sedangkan si pemalas lebih sering membuang-buang waktu saat bekerja. Malah di tengah-tengah jam kerja, mereka ini suka main game. Padahal main game bisa dilakukan saat istirahat makan siang tiba.
Dengan perbedaan ini, tak heran kalau pekerjaan si workaholic lebih cepat terselesaikan dibandingkan si pemalas. Sebab, mereka tahu memanfaatkan waktunya sebaik mungkin.
Baca Juga: Tips Mengurangi Kebiasaan ‘Workaholic’
2. Si gila kerja hidup dengan lifestyle yang diinginkan, si pemalas biasa-biasa saja
Dari segi lifestyle juga dapat dilihat bedanya. Dimana si gila kerja hidup sesuai lifestyle yang diinginkannya selama ini. Misalnya, bepergian dengan kendaraan sendiri, bisa traveling ke luar negeri, mencicipi kuliner enak, hingga memakai pakaian bagus.
Sedangkan si pemalas hidup dengan lifestyle yang biasa-biasa saja. Asal bisa makan, belanja, dan menabung, maka sudah lebih dari cukup. Padahal kebutuhan hidup semakin lama semakin mahal, sehingga diperlukan usaha yang lebih besar supaya merasa lebih aman ke depannya.
Namun, si pemalas tidak melakukannya karena mereka cukup nyaman dengan apa yang didapatkannya saat ini. Sedangkan si gila kerja cenderung berusaha membuat segala sesuatunya lebih baik.
3. Pemalas gagal melihat peluang yang ada
Bagaimana si pemalas mampu memanfaatkan peluang kalau kerjanya cuma bersantai terus? Jika ingin maju, maka ada yang harus dikorbankan. Tidak hanya waktu, tapi juga tenaga hingga materi.
Bandingkan dengan si gila kerja yang berusaha memanfaatkan peluang untuk memperbaiki nasibnya. Bahkan mereka suka menciptakan peluang yang menguntungkan dirinya sendiri, baik hari ini maupun di kemudian hari.
Seperti yang diketahui, peluang tidak datang dua kali. Selagi ada peluang di depan mata, hendaknya dimanfaatkan bila perlu diperjuangkan.
Baca Juga: Hai Milenial Workaholic, Lakukan Hal Ini Agar Terhindar dari Stres
4. Workaholic berusaha menyelesaikan masalah, pemalas mencari alasan untuk membenarkan diri
Setiap orang sudah memiliki porsi kerjanya masing-masing, tapi tidak menutup kemungkinan kalau pekerjaan si A lebih banyak dari si B. Sejatinya bukan mengeluh, tapi workaholic berusaha mencari jalan keluar atas banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan. Tak heran kalau mereka merancang strategi terbaik, bahkan memanfaatkan menit-menit tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan.
Berbeda dengan si pemalas yang cenderung mencari alasan untuk melarikan diri atas pekerjaannya. Caranya tidak lain dengan mengeluh, mengatakan kalau tugasnya overload dan lain sebagainya.
Padahal kalau porsi ngeluhnya dikurangi, pekerjaan pasti selesai. Sebab, mengeluh sendiri menghabiskan waktu yang lumayan banyak tanpa disadari.
5. Orang pemalas lebih banyak berbicara daripada bekerja
Si pemalas biasanya lebih up to date mengenai trend yang ada di masyarakat. Mengenai tempat nongkrong terbaik, makanan, hingga pakaian kekinian. Sebab, waktunya habis untuk berselancar di dunia maya daripada bekerja.
Hasil dari temuannya inilah yang sering kali dijadikan sebagai topik pembicaraan di kantor, jadi mereka tidak dicap kudet. Tapi, si workaholic justru melakukan hal sebaliknya. Bukannya mereka tidak berselancar di dunia maya, tapi yang dicarinya jauh lebih berbobot.
Misalnya, tentang cara menggunakan software tertentu untuk memudahkan pekerjaan. Alhasil, kinerja si workaholic jauh lebih baik. Pantas saja kalau mereka dinobatkan sebagai karyawan terbaik.
6. Workaholic berusaha untuk independen, si pemalas cenderung dependen
Perbedaan terakhir adalah dari segi independensi. Si workaholic biasanya lebih independen dalam hal apapun. Dalam arti berusaha mengerjakan segala sesuatunya seorang diri sebelum meminta bantuan orang lain.
Jika benar-benar stuck, baru meminta bantuan. Lain halnya dengan si pemalas yang dari awal sudah minta bantuan tanpa berusaha sedikit pun. Dengan harapan agar orang lain membantu.
Padahal kalau dipikir-pikir, menggantungkan hidup kepada orang lain dapat membuat diri menjadi terlena, daya juang semakin rendah. Jadi ketika ada masalah, cenderung lebih mudah stres.
Menjadi Pemalas Tidak akan Membuatmu Maju
Menjadi workaholic memiliki sisi positif dan negatif, tapi menjadi pemalas tidak memiliki sisi positif sedikit pun. Maka dari itu, hilangkan sifat malas yang melekat dalam dirimu saat ini dan berubahlah. Akan ada banyak kemajuan yang dapat kamu rasakan dengan berubah, baik dari segi karir, lifestyle, dan kehidupan secara keseluruhan.
Baca Juga: Ini Dia Dampak Buruk terhadap Keuangan Jika Terlalu Workaholic