Akumulasi: Pengertian, Jenis, Cara Menghitungnya
Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah akumulasi, kan? Istilah ini mungkin sering didengar dalam deposito, yaitu saat kamu mendepositokan kembali semua uang yang jatuh tempo pada bulan ini, maka pokok dan bunga akan diakumulasikan untuk membentuk jumlah deposito yang baru. Atau mungkin saat berbelanja, dimana suatu reward dapat diakumulasikan kalau kamu menambah barang belanjaan.
Sudah dapat gambarannya atau masih bingung? Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan tentang akumulasi berikut ini, ya!
Apa Itu Akumulasi?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB), akumulasi adalah tambahan periodik, pengumpulan, penimbunan, atau penghimpunan dana dari bunga yang akan ditambahkan pada modal yang ditahan. Ringkasnya akumulasi adalah proses menghimpun dana untuk mendapatkan output yang lebih besar.
Ambil contohnya deposito, yang mana akumulasi antara pokok dan suku bunga akan membuat porsi modal bertambah besar. Contoh lainnya adalah akumulasi kuota xl xtra combo yang dibeli otomatis akan menambah jumlah kuota internet sebelumnya.
Akumulasi dapat dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak yang ada di dalamnya. Yang pasti, semakin banyak yang dapat diakumulasi, maka semakin besar total modal yang terkumpul dalam satu waktu.
Baca Juga: Cara Membuat Laporan Keuangan Sederhana untuk UKM
Apa Sajakah Jenis Akumulasi?
Akumulasi terdiri dari empat jenis, yaitu akumulasi modal, parkir, biaya, dan penyusutan. Apa perbedaan antara masing-masing jenis akumulasi ini? Berikut ini penjelasannya.
Jenis Akumulasi | Penjelasan |
Akumulasi Modal |
Akumulasi modal dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan atau output. Hal ini dilakukan dengan cara menyisihkan sebagian penghasilan yang diperoleh, lalu menyimpan atau menginvestasikannya dalam kurun waktu tertentu. Selama masa penyimpanan, uang tersebut akan memberikan penghasilan dalam bentuk suku bunga. Misalnya, untuk memperoleh bunga yang lebih tinggi, kamu wajib menambah pokok investasi sesuai dengan target keuntungan yang diinginkan. Jika ingin keuntungan bertumbuh dua kali lipat, maka kamu perlu menambah modal dua kali lipat lebih besar. Tidak melulu uang, arti akumulasi modal juga dapat berupa suatu barang yang diharapkan dapat memberikan keuntungan tertentu. Entah itu dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Misalnya, suatu perusahaan ingin meningkatkan barang produksi untuk memperbesar keuntungan dalam jangka panjang. Cara yang perusahaan lakukan adalah menambah jumlah mesin produksi. Perusahaan akan menggunakan sebagian modal yang dimilikinya untuk membeli mesin. Jika modal tidak cukup, perusahaan akan mengajukan pinjaman kepada bank untuk memperoleh sumber pendanaan. |
Akumulasi Parkir |
Akumulasi parkir adalah pengumpulan seluruh kendaraan pada suatu tempat. Misalnya, kendaraan roda empat diakumulasikan di basement lantai satu dan dua. Agar akumulasi parkir berhasil, diperlukan informasi tentang banyaknya kendaraan yang ingin diparkirkan. Informasi ini akan memudahkan perencanaan dan pengendalian ruang yang dibutuhkan pada suatu tempat. Maka dari itu, survei sangatlah diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang akumulasi parkir yang sesuai. Besar kecilnya ruangan yang dibutuhkan tergantung pada tempat atau lokasi parkir ingin dibuat. Jadi, antara supermarket, mall, rumah sakit, dan gedung perkantoran tentu memiliki akumulasi parkir yang berbeda-beda. |
Akumulasi Biaya |
Akumulasi biaya adalah metode atau cara yang sering digunakan untuk mengetahui besar kecilnya biaya yang dibutuhkan untuk membeli suatu barang maupun jasa. Baik barang atau jasa, keduanya dapat digabung dalam komponen akumulasi biaya. Balik lagi, tergantung pada kebutuhan masing-masing perusahaan. Terdapat dua jenis akumulasi biaya, di antaranya:
Merupakan pengumpulan harga pokok produk berdasarkan satuan waktu. Metode ini sering digunakan untuk barang yang diproduksi secara terus-menerus. Misalnya obat-obatan, rumah sakit, dan mesin.
Merupakan pengumpulan harga pokok produk dimana biayanya dikumpulkan atas setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah yang dapat pisahkan sesuai identitasnya masing-masing. Metode ini sering digunakan oleh suatu perusahaan yang produksinya dapat diputus-putus. Misalnya, usaha katering, bengkel, dan fotokopi |
Akumulasi Penyusutan |
Akumulasi penyusutan adalah penyesuaian nilai karena adanya penurunan kapasitas maupun manfaat dari suatu aset. Atau dengan bahasa yang lebih sederhana, akumulasi penyusutan adalah penurunan nilai suatu aset akibat pemakaian. Misalnya, akumulasi penyusutan gedung, kendaraan, mesin, dan alat-alat elektronik lainnya. Suatu aset yang mengalami penyusutan biasanya memiliki beban penyusutan. Beban ini dihitung selama satu tahun dan akan dilaporkan dalam laporan laba rugi suatu perusahaan, sedangkan akumulasi penyusutan akan dicatat dalam laporan neraca. Terdapat tiga variabel penting yang digunakan untuk menghitung akumulasi penyusutan maupun beban penyusutan. Ketiga variabel tersebut, di antaranya. Harga perolehan Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh manfaat dari aset yang dibelinya. Jadi, komponen biaya atas pembelian yang perusahaan bayarkan mencakup harga beli suatu aset, ongkos kirim, maupun biaya pemasangannya. Nilai residu Merupakan taksiran atau estimasi nilai yang tersisa apabila umur pemakaian suatu aset telah selesai. Nilai ini akan ditaksir langsung oleh pemilik aset atau dibantu oleh seorang profesional. Apabila suatu aset tetap tidak bernilai lagi, maka nilai residunya akan disamakan dengan nol. Umur ekonomis Merupakan taksiran usia dari pemakaian suatu aset tetap. Umur ekonomis berbicara tentang berapa lama set tersebut dapat dipakai oleh suatu perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Misalnya, mesin A ditaksir memiliki umur ekonomis selama 10 tahun, sedangkan mesin B selama 5 tahun. Setiap aset memiliki umur ekonomis yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada jenis asetnya. Semakin lama umur ekonomisnya, artinya semakin lama aset tersebut dapat dipakai. |
Bagaimana Cara Menghitung Akumulasi?
Nah, setelah mengetahui tiga variabel untuk menghitung akumulasi penyusutan, sekarang bahas tentang cara menghitung akumulasinya. Terdapat tiga metode yang sering digunakan untuk menghitung akumulasi. Apa saja
1. Metode Garis Lurus
Metode ini digunakan untuk mengetahui nilai beban penyusutan dari suatu aktiva. Caranya dengan mengurangkan harga perolehan dengan nilai residu, lalu membagi hasilnya dengan umur ekonomis suatu aktiva. Dalam metode garis lurus, hasil akhir dari nilai buku harus 0
Rumusnya:
Beban penyusutan = (harga perolehan – nilai residu) : umur ekonomis
Contoh:
Harga perolehan suatu kendaraan adalah 100 juta dengan nilai residu 20 juta dan akan dipakai dalam waktu 8 tahun. Dengan rumus di atas, maka beban penyusutan yang diperoleh adalah Rp10 juta.
Tahun |
Beban penyusutan |
Akumulasi penyusutan |
Nilai buku |
0 |
80.000.000 |
||
1 |
10.000.000 |
10.000.000 |
70.000.000 |
2 |
10.000.000 |
20.000.000 |
60.000.000 |
3 |
10.000.000 |
30.000.000 |
50.000.000 |
4 |
10.000.000 |
40.000.000 |
40.000.000 |
5 |
10.000.000 |
50.000.000 |
30.000.000 |
6 |
10.000.000 |
60.000.000 |
20.000.000 |
7 |
10.000.000 |
70.000.000 |
10.000.000 |
8 |
10.000.000 |
80.000.000 |
0 |
2. Metode Unit atau Hasil Produksi
Khusus untuk metode ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung beban penyusutan per unit yang dihasilkan. Caranya yaitu harga perolehan dikurangi nilai sisa, lalu dibagi dengan jumlah produksi. Setelah itu, baru menghitung beban penyusutan dengan cara mengalikan biaya penyusutan per unit dan jumlah produksi. Jika nilai beban penyusutan telah diketahui, maka nilai akumulasi penyusutan dapat dicari tahu dengan menjumlahkan beban ini dari tahun ke tahun.
Contoh:
Mesin A seharga Rp50 juta diperkirakan dapat memproduksi barang sebanyak 80 ribu unit per 5 tahun. Dikarenakan hasil produksinya akan dijual lagi, maka nilai residu yang ditetapkan sebanyak Rp10 juta. Dengan demikian, maka biaya penyusutan per unit adalah (Rp50 juta – Rp10 juta) / 80.000 unit = Rp500
Perkiraan jumlah unit yang dihasilkan per tahun adalah
Tahun pertama : 25 ribu unit
Tahun kedua : 18 ribu unit
Tahun ketiga : 15 ribu unit
Tahun keempat : 12 ribu unit
Tahun kelima : 10 ribu unit
Tahun |
Beban penyusutan |
Akumulasi penyusutan |
1 |
12.500.000 |
12.500.000 |
2 |
9.000.000 |
21.500.000 |
3 |
7.500.000 |
29.000.000 |
4 |
6.000.000 |
35.000.000 |
5 |
5.000.000 |
40.000.000 |
Baca Juga: Cara Membaca Laporan Keuangan Perusahaan, Investor Wajib Tahu
3. Metode Saldo Menurun
Metode ini digunakan untuk menghitung penurunan manfaat dari suatu aktiva seiring dengan berkurangnya umur ekonomis aktiva tersebut. Beban penyusutan diperoleh dengan mengalikan fixed annual rate dan nilai buku dari suatu aktiva. Fixed annual rate didapatkan dengan rumus:
1- nscx 100%
Keterangan :
n : umur ekonomis
s : nilai residu
c : harga perolehan
Contoh:
Sebuah mesin seharga Rp500 juta memiliki masa manfaat selama 5 tahun. Nilai residunya adalah Rp50 juta, maka fixed annual rate dari aktiva tersebut adalah 37%.
Akhir tahun ke- |
Annual fixed rate |
Beban penyusutan |
Akumulasi penyusutan |
Nilai buku |
0 |
500.000.000 |
|||
1 |
37% |
185.000.000 |
185.000.000 |
315.000.000 |
2 |
37% |
116.550.000 |
301.550.000 |
198.450.000 |
3 |
37% |
73.426.500 |
374.976.500 |
125.023.500 |
4 |
37% |
46.258.695 |
421.235.195 |
78.764.805 |
5 |
37% |
29.142.978 |
450.378.173 |
49.621.827 |
Akumulasi untuk Meningkatkan Keuntungan
Demikianlah penjelasan mengenai akumulasi. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan akumulasi sendiri adalah untuk meningkatkan jumlah modal, sehingga keuntungan pun meningkat. Semoga membantu!
Baca Juga: Poin yang Perlu Dipahami dari Laporan Keuangan, Investor Wajib Tahu!