Tentang Balanced Investment Strategy, Cara Investasi untuk Seimbangkan Risiko dan Return
Dalam berinvestasi, setiap investor pasti berharap untuk bisa meraih peluang keuntungan atau return yang menjanjikan. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, investor tentu perlu memilih strategi investasi yang sesuai dengan kondisi pasar dan kebutuhannya.
Salah satu contoh strategi investasi yang penting untuk diketahui oleh para investor adalah balanced investment strategy. Secara umum, yang dimaksud dengan strategi investasi ini adalah mengombinasikan sejumlah jenis instrumen investasi berbeda sebagai upaya menyeimbangkan risiko serta tingkat pengembaliannya.
Dengan tujuannya tersebut, strategi investasi ini tentu bisa mengoptimalkan peluang keuntungan investasi dan meminimalkan risikonya, khususnya dalam kondisi pasar yang sulit diprediksi. Nah, jika ingin tahu lebih lanjut tentang balanced investment strategy, alasan diterapkan, contoh, hingga cara kerjanya, simak penjelasan berikut ini.
Baca juga: Belajar Strategi Investasi Lump Sum, Kenali Pengertian dan Berbagi Manfaatnya
Apa Itu Balanced Investment Strategy?
Balanced Investmemtn Strategy
Sebagai strategi investasi, balanced investment strategy mengombinasikan sejumlah instrumen investasi sebagai upaya menyeimbangkan tingkat risiko dan peluang return investasi. Jadi, apabila terdapat satu atau dua instrumen investasi yang mempunyai kinerja kurang memuaskan, instrumen investasi yang lain dengan performa lebih baik mampu menjaga nilai portofolio investasi milik investor.
Strategi investasi ini sering kali dianggap sebagai cara terbaik dalam meraih pertumbuhan aset maksimal serta mampu meminimalkan risiko investasi. Guna membangun portofolio menggunakan strategi investasi seimbang ini, investor bisa berinvestasi di sejumlah instrumen investasi yang memiliki tingkat risiko serta return berbeda. Contohnya adalah memilih instrumen investasi berisiko tinggi seperti saham, sekaligus instrumen berisiko rendah, seperti reksa dana pasar uang atau deposito.
Intinya, tujuan dari menggunakan balanced investment strategy adalah untuk menjaga agar modal investasi milik investor terhindar dari risiko investasi yang terlalu tinggi. Apabila kinerja satu instrumen investasi tengah buruk, performa investasi di instrumen lain tetap bisa melindungi nilai portofolio investor. Melihat konsepnya tersebut, strategi ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan diversifikasi yang sama-sama mendorong investor guna menempatkan dananya pada sejumlah instrumen investasi agar risiko kerugiannya bisa diminimalkan.
Alasan Balanced Investment Strategy Perlu Diterapkan
Jika telah cukup lama berkecimpung di dunia investasi, ada kalanya kamu pernah mengalami kondisi pasar yang tengah riuh dan pergerakannya sulit untuk bisa diprediksi. Sebagai contoh saat pandemi lalu, bisa dibilang kondisi pasar saham tengah kacau dan membuat fluktuasi harga sahamnya sangat sensitif terhadap sejumlah sentimen.
Apabila perekonomian bergerak menguntungkan terhadap sektor saham yang dipilih, hal tersebut tentu bisa memberi peluang keuntungan yang menggiurkan. Sebaliknya, jika sentimen yang muncul negatif, artinya kemungkinan besar fluktuasi saham akan memburuk. Menanggapi situasi tersebut, strategi investasi seimbang ini penting untuk diterapkan.
Penerapan dari strategi ini bisa dilakukan dengan cara membangun portofolio yang memudahkan investor mendapatkan return optimal dari keuntungan berjangka pendek, serta stabilitas jangka panjang. Penerapan strategi ini juga bisa membantu investor meminimalkan kerugian, atau dalam istilahnya menerapkan strategi investasi defensif.
Misalnya, kamu bisa mengelola portofolio investasi sesuai dengan toleransi risiko atau profil risiko investasimu. Tentunya, investor dengan tingkat toleransi investasi tinggi mampu menanam modalnya di instrumen yang lebih berisiko, seperti saham. Sebaliknya, investor dengan profil risiko rendah atau konservatif umumnya hanya akan memilih instrumen investasi berisiko rendah atau sedang saja, seperti deposito, obligasi, dan reksa dana pasar uang.
Baca juga: Kenalan dengan Dollar Cost Averaging, Strategi Investasi Andalan Banyak Orang
Cara Menerapkan Aplikasi Balanced Investment Strategy
Berkat kemajuan teknologi, investasi saat ini bisa dilakukan secara online dengan proses yang jauh lebih simpel dan praktis. Karenanya, saat ini strategi investasi seimbang bisa lebih mudah diaplikasikan oleh investor. Pasalnya, platform investasi online memudahkan investor mengelola portofolio investasinya secara otomatis, termasuk dalam hal menjual atau membeli instrumen yang diinginkan.
Terkait penerapan balanced investment strategy, investor perlu membagi modal investasinya secara merata pada masing-masing ekuitasnya, seperti, saham, obligasi, deposito, dan sebagainya. Strategi ini dianggap seimbang sebab nilai saham dan obligasi umumnya bergerak dengan arah berlawanan.
Sebagai contoh, saat investor melepas modalnya dari instrumen saham, mereka bakal mendapatkan modal lebih banyak di instrumen pendapatan tetap. Dengan begitu, nilai modal di instrumen tersebut menjadi lebih tinggi. Hal tersebut biasanya dilakukan karena investor merasa tidak puas dengan performa produk yang dilepasnya.
Hanya saja, ingat jika strategi investasi seimbang ini harus dibedakan dengan strategi investasi tak berisiko. Meski sama-sama memberi manfaat diversifikasi, tujuan dari balanced investment strategy bukan menghilangkan risiko, namun menyeimbangkannya dengan peluang keuntungan.
Rekomendasi Portofolio pada Balanced Investment Strategy
Balanced Investment Strategy
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan dari penerapan strategi ini adalah menyeimbangkan risiko dan return investasi. Karenanya, investor yang menerapkan strategi ini harus menyusun pula portofolionya secara seimbang. Beberapa rekomendasi opsi yang bisa dijadikan pilihan pada strategi investasi ini adalah saham, deposito, obligasi, crypto, reksa dana, dan investasi crowdfunding.
Dengan memilih instrumen saham, investor bisa mendapatkan peluang keuntungan yang sangat tinggi, tapi risikonya juga cukup besar. Sedangkan untuk deposito dan obligasi yang dijamin negara mempunyai tingkat risiko lebih kecil dan cenderung stabil.
Lalu, instrumen crypto yang memiliki tingkat fluktuasi tinggi cocok dijadikan investasi jangka panjang dengan peluang keuntungan besar. Terakhir, melalui investasi crowdfunding, investor bisa mendapatkan passive income melalui keuntungan dividen secara berkala.
Sejumlah instrumen investasi tersebut menawarkan peluang keuntungan berbeda, termasuk pada tingkat risikonya. Selaku investor, penting bagimu untuk mempelajari semua jenis instrumen investasi dan menganalisis peluang serta risikonya sebelum memutuskan untuk menanamkan modal ke dalamnya.
Setiap investor harus pula mempunyai preferensi tersendiri guna menentukan alokasi penempatan modalnya sesuai profil risiko. Jika termasuk sebagai investor agresif, tidak ada salahnya menempatkan porsi lebih tinggi pada instrumen saham, sedangkan untuk investor konservatif, memilih instrumen berisiko rendah dengan fluktuasi stabil lebih dianjurkan.
Baca juga: Intip Bedanya Strategi Investasi Pria dan Wanita
Contoh Portofolio Balanced Investment Strategy
Mengacu pada konsepnya, balanced investment strategy dilakukan dengan membangun portofolio investasi yang berisikan beberapa jenis instrumen berbeda yang memiliki tingkat pengembalian serta risiko bervariasi. Lantas, bagaimana cara menyusun portofolio investasi yang seimbang ini?
Umumnya, portofolio investasi berimbang ini dilakukan dengan berinvestasi di sejumlah instrumen berbeda dengan porsi yang setara. Misalnya, jika memilih 2 jenis instrumen investasi berbeda, kamu dapat mengalokasikan modal investasi dengan rasio 50:50, atau porsi sedikit lebih besar di salah satu instrumen, misalnya 60:40.
Rasio investasi tersebut sifatnya tidak mutlak sebab investor bisa menyesuaikan sendiri keputusan investasinya dengan profil risiko dan kebutuhannya. Selain itu, pilihan instrumen investasi juga tak terbatas pada obligasi atau saham saja, tapi semua pilihan instrumen investasi yang tersedia dan bisa dibeli oleh investor.
Di samping itu, ada pula pilihan instrumen investasi seperti crowdfunding yang mempunyai cara kerja berbeda dengan mayoritas instrumen di bursa. Saham yang dibeli via investasi crowdfunding merupakan saham bisnis private serta termasuk sebagai investasi pasif.
Jenis investasi crowdfunding ini ideal dipilih oleh investor yang mempunyai strategi investasi berjangka panjang. Pasalnya, investor tak perlu repot terus memantau pergerakan nilai sahamnya, namun hanya menunggu kapan dividen akan dibagikan.
Keuntungan dari dividen sendiri tergantung dari performa return operasional bisnis dalam kurun waktu tertentu. Biasanya, pembagian dividen ini dilakukan secara berkala sejak minimal 3 bulan dan membuat investor crowdfunding mempunyai peluang mendapatkan dividen sampai 4 kali selama setahun sesuai dengan performa bisnis.
Contoh Penerapan Balanced Investment Strategy
Kamu merupakan investor yang mempunyai modal investasi sebesar 10 juta, dengan tujuan investasi jangka panjang dan profil risiko konservatif. Menanamkan modal investasi di platform online, kamu menggunakan strategi investasi seimbang dengan pemisahan 50 berbanding 50 di instrumen sekuritas ekuitas dan pendapatan tetap.
Untuk ekuitas sendiri merupakan instrumen yang terdiri dari saham jenis blue chip yang mayoritas mempunyai reputasi pendapatan stabil serta memberikan dividen pada investornya. Sementara untuk pendapatan tetap umumnya terdiri atas obligasi pemerintah berkualitas tinggi, serta sejumlah obligasi korporasi peringkat tinggi. Sehingga, kombinasi portofolionya terbilang seimbang dengan porsi modal investasi yang setara pula, dan sesuai dengan profil risiko investor.
Baca juga: Dasar, Tujuan, dan Cara Pengambilan Keputusan Investasi
Seimbangkan Tingkat Keuntungan dan Risiko Investasi dengan Balanced Investment Strategy
Itulah penjelasan tentang apa itu balanced investment strategy, cara penerapan, hingga rekomendasi dan contoh portofolionya. Sejatinya, strategi investasi ini berguna untuk menyeimbangkan risiko dan return investasi sebagai respons investor terhadap kondisi bursa. Dengan begitu, mereka bisa membuat modal investasinya lebih terjaga terhadap risiko fluktuasi di waktu mendatang.