Salah Satu Penyebab Krisis Ekonomi, Ini Pengertian Bubble Economy, Tanda, dan Faktor Pemicunya
Tidak dapat dipungkiri jika setiap orang pasti khawatir akan terjadinya krisis ekonomi. Tapi, tahukah kamu jika krisis ekonomi bisa saja terjadi akibat spekulasi dari masyarakat sendiri dan membuat harga barang semakin mahal? Kondisi ini umumnya disebut sebagai bubble economy.
Apabila tidak diantisipasi dan disiasati dengan tepat, bukan tidak mungkin dampak dari bubble economy ini begitu besar dirasakan masyarakat. Lantas, apa sih tanda dan faktor pemicu terjadinya fenomena bubble economy ini? Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasan tentang apa itu bubble economy dan berbagai hal penting seputarnya berikut ini.
Bubble Economy Adalah
Diartikan sebagai ekonomi gelembung dalam bahasa Indonesia, bubble economy adalah perubahan pada siklus perekonomian yang terjadi dengan sangat cepat. Fenomena ini digambarkan dari peningkatan nilai sebuah objek sampai melampaui nilai intrinsiknya.
Selayaknya konsep gelembung, ketika ditiup dengan cepat dan semakin membesar, kemungkinannya untuk meletus atau pecah akan semakin tinggi. Jika harga dari sebuah barang terus meningkat dengan begitu tinggi, biasanya akan muncul satu titik di mana barang tersebut akan kehilangan nilainya. Kondisi gelembung ekonomi ini bisa terjadi pada berbagai jenis aset, termasuk properti dan instrumen investasi.
Tanda Bubble Economy Terjadi
Fenomena bubble economy tentu tidak terjadi tanpa alasan atau pertanda. Biasanya, kondisi ini akan terjadi ketika muncul tanda dan indikasi sebagai berikut.
1. Terjadi Peningkatan Harga dengan Pesat
Salah satu indikasi terjadinya bubble economy adalah adanya peningkatan harga dengan sangat cepat. Fenomena ini biasa terjadi ketika sebuah barang mengalami kenaikan harga dengan pesat dari harga awal. Ketika meningkat terlalu tinggi, tidak lama harganya akan anjlok dan barang tersebut akan kehilangan nilai selayaknya gelembung yang meletus.
2. Muncul Pemodal dengan Masif
Tanda lainnya, saat harga barang dengan cepat melambung tinggi, akan ada banyak pemodal yang tertarik untuk berinvestasi dan membeli barang tersebut dengan harapan nilainya akan terus meningkat. Padahal, hal ini bisa jadi merupakan jebakan yang membuat barang tersebut mengalami bubble economy dan kehilangan harganya dalam waktu dekat.
3. Dampak FOMO dan Investasi Tanpa Ilmu
Selain itu, indikasi bubble economy ialah banyak pihak merasa FOMO atau fear of missing out dengan kenaikan harga sebuah aset dan tanpa pikir panjang langsung ikut berinvestasi di dalamnya. Karena tak berlandaskan dengan ilmu yang jelas dan sekadar ikut tren, risiko menjadi korban gelembung ekonomi ini akan menjadi lebih tinggi. Seperti saat sudah terlanjur menimbun barang tapi ternyata harganya tiba-tiba merosot sehingga harus menelan kerugian.
Faktor Penyebab Terjadinya Bubble Economy
Selain tandanya di atas, bubble economy juga mempunyai beberapa faktor penyebab, antara lain:
1. Likuiditas yang Berlebihan
Faktor penyebab terjadinya bubble economy adalah likuiditas uang yang berlebihan. Ketika ada kelebihan likuiditas, masyarakat cenderung untuk berbelanja tanpa terlalu memperhatikan harga. Sehingga, di suatu titik tertentu, sebuah objek atau barang akan kehilangan nilai dan harganya menurun drastis.
2. Terlalu Percaya pada Nilai Sebuah Aset
Selain itu, gelembung ekonomi juga bisa terjadi saat masyarakat terlalu percaya pada nilai sebuah aset, tapi mendadak nilainya jatuh seketika. Karena kepercayaan yang terlalu tinggi tersebut, masyarakat akan terus berinvestasi maupun membeli sebuah aset dengan ekspektasi nilainya terus bertambah. Tapi, kenyataannya, nilai aset tersebut malah anjlok dan memberi kerugian.
3. Terjadi Kenaikan Harga Secara Terus-Menerus
Pemicu lain dari bubble economy adalah nilai barang yang terus naik hingga tak terkendali. Saat nilai barang terus melambung, banyak pihak akan melihatnya sebagai peluang keuntungan. Alhasil, permintaan akan barang tersebut menjadi sangat tinggi tapi bisa langsung menjatuhkan harganya karena efek gelembung ekonomi.
4. Tergiur Tren dan Ikut FOMO
Fenomena ini juga bisa terjadi karena adanya tren tertentu yang membuat banyak orang merasa FOMO. Contohnya, ketika harga Bitcoin meninggi, tidak sedikit orang tergiur untuk ikut membelinya. Lalu, tiba-tiba harganya langsung anjlok dan merugikan banyak investornya.
5. Kebijakan yang Kurang Tepat dari Pemerintah
Faktor pemicu terakhir dari bubble economy adalah adanya pengambilan kebijakan yang salah dari pemerintah. Misalnya, pemerintah menetapkan aturan yang menjadikan negara mengalami deflasi. Di kondisi tersebut, risiko bubble economy tidak akan terhindarkan dan kemungkinan besar terjadi.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Pertumbuhan Ekonomi dan Bagaimana Cara Mengukurnya
Jenis Fenomena Bubble Economy
Fenomena bubble economy secara umum bisa dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu aset atau investasi, dan utang. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis gelembung ekonomi tersebut.
1. Gelembung Investasi atau Aset
Pada jenis ini, bubble economy terjadi pada aset atau instrumen investasi yang dibeli dengan berlebihan agar mendapatkan keuntungan. Tapi, lonjakan permintaan tak dibarengi dengan kontrol likuiditas atau uang beredar sehingga menjadikan aset tersebut kehilangan nilai.
2. Gelembung Utang
Untuk bubble economy jenis utang, fenomena tersebut terjadi karena masyarakat mengajukan utang secara berlebihan tanpa memahami kemampuan finansialnya serta perbankan memberikan pinjaman dengan agunan tidak senilai. Imbasnya, kreditur tak mampu melunasi utang dan memicu kredit macet. Bank pun mengalami krisis moneter dan merugi.
Tahapan Terjadinya Kondisi Bubble Economy
Pada dasarnya, bubble economy adalah fenomena yang terjadi melalui sejumlah tahapan tertentu terlebih dulu. Ada 5, berikut adalah alur terjadinya kondisi gelembung ekonomi.
1. Displacement
Alur gelembung ekonomi diawali dengan ketertarikan untuk membeli atau berinvestasi di sebuah aset tertentu. Umumnya, kondisi ini dipicu oleh kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi, faktor suku bunga, dan sebagainya. Sehingga, banyak pihak tertarik untuk membeli atau berinvestasi saat melihat kesempatan tersebut.
2. Bloom/Boom
Tahap selanjutnya adalah bloom atau boom. Karena minat yang tinggi terhadap sebuah objek, harganya dengan cepat meningkat. Situasi tersebut memunculkan potensi keuntungan karena harganya terus melonjak.
3. Euphoria
Lalu, karena harganya terus meningkat, lebih banyak orang tertarik dengan tren pembelian atau investasi tersebut dengan harapan mendapat keuntungan. Di tahap euphoria ini harga obyek akan meningkat karena jumlah permintaannya terus bertambah.
4. Profit Taking
Selanjutnya, karena harga aset sudah meningkat sangat tinggi, banyak pihak yang melakukan aksi profit taking atau mengambil keuntungan. Pada tahap ini, banyak orang yang menjual aset agar bisa memperoleh imbal hasil maksimal. Tapi, karena terjadi penjualan dengan sangat masif dan jumlah suplai yang membengkak, harga aset akan menurun drastis hingga kehilangan nilainya.
5. Panic
Tahap yang terakhir, imbas dari penurunan nilai secara drastis, muncul kepanikan di antara pihak yang memiliki objek tersebut. Kondisi ini akan memicu kerugian secara besar-besaran karena obyek atau aset telah kehilangan nilainya dengan signifikan, meski setelah berhasil dijual sekalipun.
Baca Juga: Prinsip Ekonomi, Manfaat dan Contohnya di Kehidupan Sehari-hari
Cara Mengantisipasi Bubble Economy
Setelah memahami tanda dan penyebabnya, kamu juga perlu mengerti bagaimana cara menyiasati risiko bubble economy sebagai berikut.
1. Hindari Sikap FOMO
Sebagai salah satu pemicu bubble economy, FOMO adalah sikap yang harus dihindari agar tak terdampak bahaya fenomena tersebut. Pahami dulu potensi sebuah aset atau investasi sebelum ikut menanam modal di dalamnya. Selain itu, jangan pernah berinvestasi di produk yang tidak kamu mengerti.
2. Jangan Tergiur Godaan Investasi Tak Masuk Akal
Setiap instrumen investasi pasti mempunyai potensi dan risikonya tersendiri. Semakin tinggi peluang keuntungannya, risiko yang harus kamu tanggung juga sama tingginya. Karenanya, jangan tergiur godaan investasi dengan janji imbal hasil tak masuk akal atau istilahnya “too good to be true”.
3. Bijak dan Cerdas Menanam Modal
Tips lainnya, selalu bijak dan cerdas dalam berinvestasi. Jangan sekadar ikut-ikutan tren, dan pilih aset atau instrumen investasi sesuai profil risiko dan tujuan finansial.
4. Lakukan Analisis dan Tak Sekadar Ikut Spekulasi Pasar
Tidak kalah pentingnya, selalu analisis terlebih dulu potensi sebuah aset di waktu mendatang dan tak sekadar membelinya karena tergoda spekulasi pasar. Dengan begitu, kamu bisa terhindar dari risiko terjebak bubble economy ini dan berakhir menelan kerugian.
Picu Kerugian, Hindari Risiko Bubble Economy dengan Pahami Pemicunya
Itulah penjelasan tentang bubble economy, tanda, penyebab, dan cara menyiasatinya. Sebagai fenomena yang berisiko memicu kerugian, kamu tentu perlu mengantisipasi potensi terjadinya gelembung ekonomi ini. Nah, semoga penjelasan di atas bisa membantumu lebih memahami tentang fenomena ini dan menghindari bahayanya, ya!
Baca Juga: Memahami Pengertian UMKM, Ciri, dan Perannya bagi Ekonomi