Cara Membaca Laporan Keuangan Perusahaan, Investor Wajib Tahu

Investor sukses yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia, Lo Kheng Hong pernah bilang, belilah saham perusahaan yang labanya besar dan bertumbuh. Itulah strateginya untuk mencetak kekayaan dari investasi saham.

Dengan demikian, kalau kamu ingin membeli saham sebuah perusahaan, pelototi dulu laporan keuangannya. Laporan keuangan perusahaan adalah dokumen yang pertama kali harus dibaca seorang investor di pasar modal.

Maka dari itu, investor harus mengetahui cara membaca laporan keuangan emiten (perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia/BEI). Ini baru pengetahuan dasarnya.

Selanjutnya menganalisa laporan keuangan, sehingga akan ketahuan apakah perusahaan tersebut bagus atau tidak dari sisi kinerja keuangan, untung atau rugi, saham layak dibeli atau tidak.

Apa Itu Laporan Keuangan?

Laporan Keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Umumnya setiap tiga bulan sekali, dan tahunan yang disajikan setelah diaudit.

Dalam laporan keuangan biasanya ada aktiva (aset lancar dan tidak lancar), pasiva (liabilitas dan ekuitas). Sedangkan total aset adalah liabilitas ditambah ekuitas.

Cara Membaca Laporan Keuangan Perusahaan

Cara membaca laporan keuangan perusahaan tidak sulit kok kalau mau belajar. Contohnya saja Lo Kheng Hong. Setiap hari kerjaannya mantengin laporan keuangan emiten dari pagi sampai malam.

Investor dapat melihat, bahkan mengunduh laporan keuangan kuartalan dan tahunan di situs resmi BEI. Caranya:

  • Buka https://www.idx.co.id/
  • Di menu Perusahaan Tercatat > Laporan keuangan dan Tahunan > pilih Laporan Keuangan > Saham > masukkan kode emiten atau nama perusahaan > pilih Periode dan Tahun > klik Cari.
  • Jika tidak ada, kamu bisa menemukannya di menu Berita > Pengumuman > ketik “Laporan Keuangan (kode emiten)” > klik Cari.

Berikut cara membaca laporan keuangan perusahaan secara cepat dan tepat yang dikutip dari channel youtube Avere Investama. Cara membaca laporan keuangan ini dibagikan oleh Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat dengan memperhatikan 15 poin penting.

  1. Laba Bersih dan Ekuitasnya Naik


    Perusahaan yang bagus, laba bersih atau laba periode berjalannya naik. Misalnya, laba bersih dari periode 30 September 2020 dibanding 30 September 2019 terjadi kenaikan. Begitpula dengan total ekuitasnya.

  2. Return On Equity (ROE) di Level 15%

    ROE adalah tingkat pengembalian investasi. Setiap investasi Rp1.000, maka menghasilkan untung bersih minimal 15% atau lebih dalam setahun.

    ROE adalah indikator paling dasar dari analisis fundamental. Jika ROE-nya bagus, kemungkinan besar yang lain di laporan keuangan juga bagus. Tetapi kalau kurang dari 15%, artinya perusahaan itu tidak menguntungkan. Hal ini tentu menjadi pertimbangan apakah perusahaan itu memiliki saham yang layak dibeli.

    Contoh menghitung ROE

    Laba periode berjalan SIDO 30 September 2020 = Rp640,8 miliar (9 bulan)

    Total ekuitas = Rp3,3 triliun

    Jadikan laba periode berjalan 1 tahun = Rp854,4 miliar

    ROE = Rp854,4 miliar : Rp3,3 triliun x 100

    ROE = 25,8%

    Artinya, setiap investasi Rp1.000 di SIDO, menghasilkan untung bersih setahun sekitar Rp250.

  3. Membayar Dividen 30-40% dari Laba Bersih Perusahaan dalam Setahun

    Data pembayaran atau pembagian dividen ada yang tersaji di laporan keuangan, kadang juga tidak. Investor dapat mencari informasi tersebut di internet.

    Lihat total dividen yang dibagikan. Misalnya, dari 80% perolehan laba bersih perusahaan di tahun 2018 sebesar Rp500 miliar. Bukan melihat dividen tunai interim saja.

    Data dividen ini sangat penting. Sebab, perusahaan bisa saja menuliskan laba bersih sekian rupiah, tetapi kalau tidak bayar dividen, perolehan laba tersebut dapat diragukan kebenarannya.

    Bila pembayaran dividen kurang dari 30-40%, terlalu kecil. Investor berhak lebih dari itu. Namun, kalau lebih dari angka di atas, bisa juga menunjukkan perusahaan tersebut sudah mature alias tidak bisa bertumbuh lagi.

    Akhirnya, keuntungan dibagi ke investor. Lalu, bagaimana sebaiknya? Cari perusahaan yang membayarkan dividen tidak terlalu besar, dan tidak kecil juga.

  4. Utangnya Kecil

    Utang di dalam laporan keuangan biasanya disebut liabilitas. Jadi, jangan bingung jika tidak ada tulisan utang. Kalau nilai liabilitas atau utangnya lebih besar dari nilai ekuitas harus hati-hati.

    Meski begitu, tidak semua laporan keuangan harus disamaratakan seperti itu. Sebab, ada saja yang dianggap wajar nilai utang sama dengan ekuitas.

  5. Utang yang Mengandung Bunga Jumlahnya Kecil

    Perusahaan yang bagus adalah yang nilai utang mengandung bunga, seperti utang bank dan obligasinya kecil. Sebab, jenis utang tersebut, pembayaran bunganya akan menjadi beban operasional perusahaan sehingga akan menurunkan laba bersih.

    Utang bank beda dengan utang usaha. Kalau utang usaha tidak ada bunga. Misalnya, beli bahan baku, bayar belakangan. Nilai pembayaran tetap sama.

  6. Saldo Laba Positif

    Dalam laporan keuangan di bagian ekuitas, ada nilai modal disetor dan nilai tambahan modal disetor (jumlahkan). Kemudian ada nilai saldo laba (jumlahkan).

    Saldo laba harus positif, bukan negatif dan jika dijumlahkan nilanya harus lebih besar dibanding total modal disetor. Itulah namanya perusahaan yang tumbuh bagus.

    Jika saldo laba tercatat minus, berarti di masa lalu, perusahaan tersebut negatif terus. Bila saldo laba positif dan nilainya lebih kecil dari total nilai modal disetor, artinya kurang bagus.

    Terdapat dua kemungkinan. Pertama, laba perusahaan selama ini kecil sehingga saldo laba selama perusahaan beroperasi segitu-gitu saja. Atau kedua, sebetulnya laba besar, tetapi terus dihabiskan untuk membayar dividen sehingga ekuitas tidak bertambah.

  7. Asset Turn Over (ATO) Besar

    Rumusnya nilai penjualan atau pendapatan dibagi nilai total aset perusahaan. Makin besar ATO, makin bagus. Cari saham yang perusahaannya punya kinerja ATO besar.

  8. Inventory Turn Over Besar

    Rumusnya nilai pendapatan atau penjualan (dalam setahun) dibagi nilai persediaan. Misalnya, SIDO mencetak nilai penjualan Rp2,8 triliun. Nilai persediaannya Rp300 miliar.

    Berarti perusahaan tersebut bisa menjual sampai 9 kali sehingga termasuk perusahaan dengan perputaran cepat. Dengan begitu, omzet jalan terus dan nilai penjualan lebih besar dari persediaan.

  9. Current Ratio Besar

    Rumusnya aset lancar dibagi utang atau libilitas lancar. Perusahaan yang bagus, total aset lancar harus lebih besar daripada utang lancarnya (utang jangka pendek yang jatuh tempo dalam setahun).

    Jika menunjukkan kinerja seperti itu, artinya perusahaan tidak punya risiko gagal bayar. Namun, bila kondisi sebaliknya, sangat berbahaya, bisa saja perusahaan akan sulit membayar utang-utangnya.

  10. Net Income Margin Besar

    Rumusnya laba bersih dibagi pendapatan atau penjualan. Contoh laba periode berjalan SIDO Rp578 miliar dibagi nilai penjualannya dalam 9 bulan Rp2,1 triliun, dikali 100%, hasilnya 27%. Dari pendapatan senilai Rp1.000, bisa diperoleh laba bersih senilai Rp270.

    Marjin laba yang bagus untuk manufaktur adalah 20%. Sedangkan perusahaan dagang distribusi barang minimal 10%. Jadi kalau perusahaan manufaktur, mencetak marjin kurang dari 20%, berarti kurang bagus.

  11. Hanya Ada Beban Pajak Sebesar 25% dari Laba Usaha

    Perusahaan yang sahamnya layak dibeli harus bahwa menunjukkan tidak terlalu banyak beban yang dipikul. Contohnya tidak ada beban bunga utang. Hanya ada beban pajak (PPh Badan) sebesar 25% dari laba usaha sebelum pajak.

    Investor perlu hati-hati. Ada perusahaan yang beban pajaknya tidak sampai 25% dari laba usahanya. Kemungkinan itu bukan laba riil, hanya tercatat di pembukuan saja.

  12. Angka Laba Komprehensif Mirip dengan Angka Laba Bersih

    Laba periode berjalan dan laba komprehensif berbeda. Laba periode berjalan atau laba bersih adalah yang berasal dari operasional perusahaan, walaupun angkanya ada yang riil dan ada yang tidak.

    Laba komprehensif adalah pendapatan atau beban utang yang tidak ada hubungannya dengan operasional perusahaan. Contoh liabilitas imbalan kerja karyawan. Itu adalah utang perusahaan kepada karyawan yang akan dibayar pada saat pensiun nanti.

    Uangnya ada ditaruh di perusahaan dana pensiun misalnya supaya diputar. Perusahaan dapat keuntungan dari perputaran modal tersebut. Namun, hal ini tetap harus dimasukkan dalam laporan keuangan.

  13. Laporan Arus Kas Mirip dengan Laporan Laba Rugi

    Lihat bagian “Arus Kas dari Aktivitas Operasi,” lalu bandingkan dengan nilai penjualan atau pendapatan dan laba periode berjalan.

    Contohnya SIDO. Nilai penerimaan dari pelanggan dengan nilai penjualan hanya beda tipis. Begitupula dengan kas neto diperoleh dari aktivitas operasi dengan laba periode berjalan. Nilainya tidak beda jauh.

    Kalau angkanya persis sama tidak mungkin. Tetapi, perlu hati-hati kalau ternyata nilainya beda jauh. Berarti pendapatan hanya bersifat pembukuan, tidak benar-benar ada duitnya.

  14. Neraca Keuangannya ‘Bersih’ dan Sederhana

    Perhatikan laporan keuangan, sederhana, tidak rumit atau jelimet dibagian aset, ekuitas, liabilitas atau utang, dan lainnya. Sebab, memang sudah seharusnya sebuah laporan keuangan mudah untuk dibaca dan dipahami. Jika tidak, kamu patut mencurigai laporan keuangan tersebut. Boleh jadi tidak membeli saham dari perusahaan tersebut sebagai tindakan preventif.

  15. Hasil Audit “Wajar”, Tanpa Pengecualian


    Contoh opini wajar dalam laporan keuangan emiten SIDO 2019 via situs resmi BEI

    Ini juga penting buat investor. Lihat laporan keuangan akhir tahun yang sudah diaudit. Letaknya di halaman depan, ada laporan dari auditor.

    Langsung saja baca di bagian akhir dengan sub judul “OPINI.” Ada tulisan “Wajar.” Mayoritas perusahaan hampir pasti mendapatkan predikat laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian.

    Namun ada beberapa perusahaan yang opini publiknya tidak seperti itu. Dituliskan Wajar, tetapi ada penekanan atau catatan dalam hal-hal tertentu. Ini harus ditelaah lebih lanjut oleh investor.

    Hasil audit memang bukan jaminan sebuah laporan keuangan perusahaan bagus. Ada kok laporan keuangan yang direkayasa dan harus disajikan kembali.

    Akan tetapi, kalau sejak awal laporan keuangan mengantongi opini Wajar Tanpa Pengecualian, maka risikonya lebih kecil dibanding Wajar Dengan Pengecualian.

Jangan Malas Membaca Laporan Keuangan

Kalau mau investasi sukses dan untung gede, harus totalitas tanpa batas nyemplung. Budayakan membaca laporan keuangan perusahaan.

Bukan cuma laporan keuangan terbaru, tetapi juga yang terdahulu. Contoh laporan keuangan pertama setelah IPO di BEI, laporan keuangan 5 atau 10 tahun lalu.

Jadi pahami dengan baik laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut cocok untuk jadi tempat investasi saham. Selamat belajar!

Baca juga: Cara Membuat Laporan Keuangan Sederhana untuk UKM