Cara Menabung Rp 50 Juta dengan Gaji UMP
Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit. Pepatah yang bisa dimaknai untuk menabung. Menyisihkan uang seperak dua perak, sehingga menjadi jutaan.
Bukan mustahil! Walaupun suku bunga tabungan kecil, dapat digunakan sebagai sarana belajar mengumpulkan uang. Bagaimana dengan orang yang bergaji pas-pasan atau upah minimum? Apakah bisa menabung?
Jawabannya tentu saja bisa. Asalkan ada niat dan aksi nyata. Bukan sekadar omong kosong. Kalau kamu mau punya target mengumpulkan uang sebesar Rp 50 juta dengan gaji UMP, coba pakai trik menabung berikut ini:
Baca Juga: Mau Menabung di Dua Rekening Berbeda? Ikuti Tips Berikut!
1. Utak-atik anggaran
Dengan gaji standar atau sesuai UMP tanpa penghasilan tambahan, kamu perlu pintar mengelola uang. Jika tidak memiliki utang, kamu bisa mengalokasikan gaji lebih banyak untuk tabungan.
Porsinya sisihkan 70 persen untuk pengeluaran sebulan, dan sisanya 30 persen ditabung. Contoh UMP DKI Rp 4,4 juta per bulan. Berarti Rp 3,08 juta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menabung sebesar Rp 1,32 juta.
Jika setiap bulan konsisten menabung sebesar Rp 1,32 juta, kamu dapat mengumpulkan uang sebesar Rp 15,84 juta setahun. Artinya dalam 4 tahun saja, kamu sudah berhasil menabung lebih dari Rp 50 juta.
Bagaimana kalau punya utang? Diatur lagi. Alokasikan 30 persen dari gaji sebulan untuk membayar cicilan utang. Selanjutnya 50 persen untuk biaya hidup sehari-hari, dan menabung sisihkan 20 persen.
Tak mengapa porsi tabungan lebih kecil, karena prioritas adalah kewajiban membayar utang. Kalau utang lunas, kamu bisa memperbesar anggaran menabung.
2. Kalahkan keinginan, utamakan kebutuhan
Jika anggaran menabung ingin lebih besar agar cepat mencapai target Rp 50 juta, maka kamu harus memangkas pengeluaran. Cek lagi daftar pengeluaranmu selama sebulan.
Coret belanja yang masih bisa ditunda atau hanya bersifat keinginan, seperti beli pakaian, sepatu, smartphone baru, nonton konser, atau bujet nongkrong di kafe. Utamakan kebutuhan penting, seperti makan dan minum, ongkos transportasi, sewa rumah, kuota internet atau pulsa, listrik dan air.
Semakin kamu berhemat, maka semakin banyak uang yang bisa dikumpulkan demi target dan tujuan menabung.
3. Disiplin menabung di awal, bukan akhir
Sudah membuat alokasi anggaran, tetapi tidak disiplin menabung. Gaji justru lari di luar daftar pengeluaran. Sama saja bohong.
Kamu tidak akan pernah mengumpulkan uang Rp 50 juta yang menjadi targetmu. Kalaupun bisa, waktunya lama.
Oleh karena itu, niat harus dibarengi dengan praktik. Begitu menerima gaji, langsung sisihkan sesuai alokasi bujet. Jika perlu pakai sistem autodebet dari rekening gaji ke rekening tabungan.
Jangan menunggu sisa gaji. Karena faktanya, tidak akan pernah sisa. Justru malah defisit dan akhirnya gagal menabung. Cita-cita punya tabungan Rp 50 juta, harus kandas.
4. Jangan sia-siakan uang receh
Bila punya uang receh, kembalian dari membeli sesuatu, jangan dibuang atau disia-siakan. Kumpulkan saja di toples, kaleng, atau celengan.
Misalnya uang Rp 1.000, setiap hari dikumpulkan, dalam sebulan Rp 30.000. Diakumulasi selama 10 tahun, bisa mencapai Rp 3,8 juta. Lumayan bukan?
5. Cari penghasilan tambahan
Mau punya duit banyak, ya harus berkorban. Mengorbankan waktu luangmu untuk mencari penghasilan tambahan. Jangan hanya mengandalkan gaji pas-pasan.
Walaupun kamu tidak punya utang, merasa cukup dengan penghasilan UMP, bisa menabung, tetapi jangan sia-siakan masa mudamu. Mumpung masih kuat, produktif, kamu bisa bekerja sampingan.
“Menjual” keahlian dan keterampilan yang dimiliki, seperti menjadi freelance, jualan online, dan masih banyak lainnya. Ini semata-mata dilakukan agar target menabungmu lebih cepat terwujud. Tidak menunggu sampai puluhan tahun untuk bisa mengumpulkan uang Rp 50 juta.
6. Jajal investasi
Biar cepat terkumpul tabungan Rp 50 juta, bantu dengan investasi. Pilih instrumen investasi yang menawarkan modal terjangkau. Namun memberi imbal hasil cukup besar, seperti reksadana dan fintech p2p lending.
Apabila menabung dibarengi investasi, kamu perlu membagi bujet lagi. Misalnya 50 persen dari gaji untuk biaya hidup sehari-hari, 25 persen investasi dan 25 persen tabungan.
Paling penting, pastikan kamu berinvestasi pada produk dan perusahaan yang resmi, terdaftar, dan diawasi regulator, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar tidak menjadi korban investasi bodong.
Baca Juga: Biar Tak Boros, Begini Tips Menabung Seminggu Sekali