Cara Mengatur Gaji Harian agar Tak Cuma Numpang Lewat
Mengatur keuangan penting dilakukan setiap orang, termasuk kamu yang menerima upah atau gaji harian. Tujuannya untuk membantu perencanaan anggaran agar pengeluaran sesuai dengan pendapatan.
Pemilik upah harian ini bisa disebut pekerja harian, buruh harian, atau freelancer. Contohnya, buruh bangunan, petani, ojek online atau supir taksi online, asisten rumah tangga, freelancer, dan lainnya.
Mereka tidak terikat kontrak kerja. Sedangkan upah diberikan berdasarkan kehadiran atau pekerjaan yang telah dilakukan. Kalau tidak hadir dan bekerja, ya tidak digaji (no work, no pay).
Gaji harian biasanya tak sebesar gaji bulanan. Misalnya rata-rata upah harian berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, buruh tani sebesar Rp 56.902 per hari.
Sementara buruh bangunan (tukang bukan mandor) mengantongi upah harian Rp 85.587 per hari. Ojek online sekitar Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu per hari (tergantung banyak sedikitnya orderan yang mampu diselesaikan).
Dengan penghasilan segitu, jika tidak dikelola dengan baik, pasti langsung ludes. Tahu sendiri, harga kebutuhan dan barang makin mahal.
Baca Juga: Financial Distress, Penyakit Keuangan yang Jadi Momok Semua Orang
Mengatur Keuangan Gaji Harian
Pada dasarnya, mengatur keuangan gaji harian dengan bulanan atau mingguan sama saja. Kamu harus mengelola sedemikian rupa supaya tidak besar pasak daripada tiang.
-
Buat rencana pengeluaran, utamakan kebutuhan
Dalam mengatur keuangan, kamu perlu membuat rencana pengeluaran yang jelas. Pengeluaran diprioritaskan memenuhi kebutuhan utama, seperti makan dan minum, transportasi, cicilan utang dan tagihan, sewa kos, investasi atau tabungan, dana darurat, dan asuransi.
Penganggaran keuangan harian dapat menjadi cara mengumpulkan uang untuk kebutuhan bulanan. Contoh kebutuhan yang pembayarannya bulanan, sewa kos, tagihan listrik atau air, cicilan utang.
Kamu dapat membuat persentase seperti rumus mengatur keuangan. Misal 40% dari gaji untuk kebutuhan sehari-hari, alokasi 30% untuk bayar utang, 20% untuk masa depan, dan 10% beramal.
-
Langsung pisahkan sesuai pos anggaran saat terima gaji
Setiap kali mendapatkan gaji atau upah, segera bagi-bagi sesuai pos anggaran masing-masing yang telah dibuat. Tidak ada kata menunda, karena hal tersebut bisa mengakibatkan uang terpakai di luar rencana.
Gaji keburu habis dan kamu tidak mengalokasikan sepeserpun untuk rencana pengeluaran tersebut. Jadi, kamu harus disiplin dengan anggaran keuangan yang sudah disusun.
-
Investasi dan dana darurat tak boleh ketinggalan
Berapapun gaji harian yang kamu peroleh, sisihkan sebagian untuk masa depan. Seperti asuransi, investasi atau tabungan, serta dana darurat.
Dana darurat buat berjaga-jaga kalau kamu sedang mengalami kondisi gawat, seperti sakit, kehilangan pekerjaan, upah berkurang, dan keadaan mendesak lainnya.
Sedangkan asuransi sebagai proteksi atau perlindungan finansial dari risiko hidup yang dapat terjadi kapan saja, seperti kecelakaan, sakit, meninggal dunia, dan sebagainya.
Investasi menjadi jalan untuk mengembangkan uang. Jadi, kamu punya aset yang bekerja untukmu sehingga dapat menghasilkan fulus.
Tabungan bisa dijadikan alternatif investasi. Tujuannya sama-sama untuk mempersiapkan masa depan keuangan yang mapan. Jika keuangan pas-pasan, kamu dapat memilih mana yang lebih dibutuhkan.
Baca Juga: Beli Rumah dengan KPR, Untung atau Buntung?
-
Catat setiap realisasi pengeluaran
Begitu sudah terencana dengan baik, realisasinya tidak boleh menyimpang. Oleh sebab itu, catat setiap uang yang sudah kamu belanjakan dengan rinci setiap harinya.
Buat daftar realisasi pengeluaran terpisah. Dengan begitu, akan ketahuan apakah pengeluaran sudah berjalan dengan rencana atau meleset karena ada kondisi tidak terduga.
Misalnya, di tengah jalan ada kondangan, menjenguk tetangga sakit atau melahirkan, harga sewa kos naik, dan lainnya.
-
Lakukan evaluasi anggaran
Meski kamu membuat anggaran harian, tetap harus melakukan evaluasi. Bisa evaluasi harian, mingguan, atau sekaligus setiap bulan.
Cek apakah anggaran dan aliran uang sudah ideal atau malah jauh dari ideal. Mana pengeluaran yang membengkak, kebutuhan sehari-hari yang masih tersedia, sehingga hari atau bulan berikutnya bisa lebih mengontrol belanja.
Baca Juga: 5 Kebiasaan Buruk yang Mengganggu Keuangan Kamu
Contoh Mengatur Keuangan Gaji Harian
Ilustrasi mengatur keuangan
Berikut beberapa contoh mengatur keuangan gaji harian yang dapat menjadi acuan kamu:
Contoh 1:
Keterangan |
Jumlah (Rp) |
Penghasilan Harian |
100.000 |
Pengeluaran: |
|
Makan |
15.000 |
Bensin |
10.000 |
Sewa kos |
20.000 |
Pulsa / kuota internet |
5.000 |
Tagihan listrik dan air |
5.000 |
Utang pinjaman online |
10.000 |
Investasi / Tabungan |
10.000 |
Asuransi |
5.000 |
Dana darurat |
10.000 |
Hiburan |
5.000 |
Sedekah |
5.000 |
Total Pengeluaran |
100.000 |
Contoh 2:
Keterangan |
Jumlah (Rp) |
Penghasilan Harian |
50.000 |
Pengeluaran: |
|
Makan |
15.000 |
Bensin |
5.000 |
Sewa kos |
15.000 |
Pulsa / kuota internet |
5.000 |
Tagihan listrik dan air |
5.000 |
Dana darurat |
5.000 |
Total Pengeluaran |
50.000 |
Cari Penghasilan Tambahan agar Hidup Tak Pas-pasan
Punya gaji harian memang tidak salah. Yang jadi masalah adalah kalau kamu tidak ada usaha lebih memperbaiki taraf hidup.
Selamanya kamu hanya akan menerima upah yang tak seberapa. Sementara kebutuhan terus bertambah dan semakin mahal harganya.
Maka dari itu, kamu harus putar otak mencari pekerjaan sampingan. Caranya bagaimana wong kerja harian ini biasanya yang dijadikan banyak orang mendapat penghasilan tambahan.
Kamu bisa nyambi bisnis, seperti jualan online menjadi reseller atau dropshipper. Selain itu, bisa juga bekerja di dua tempat.
Misal freelancer jasa penulisan konten di perusahaan A, garap proyek lain di perusahaan B. Atau jadi ojek online malam hari, pagi sampai sore kerja di pabrik.
Dengan cara tersebut, pendapatanmu bertambah. Jadi, tidak melulu memangkas pengeluaran agar keuangan tetap sehat.
Baca Juga: 6 Cara Hidup Hemat di Jakarta Buat Para Pengabdi UMR