Jadi Alat Bantu Investasi Obligasi, Ini Pengertian Convexity dan Cara Menggunakannya
Di dunia investasi, setiap instrumen memiliki metode atau tool tersendiri agar mampu mengoptimalkan peluang dan meminimalkan risikonya. Tentunya, investor perlu mempertimbangkan dan menyesuaikan metode tersebut dengan kebutuhan dan rencana investasinya sehingga mampu meraih hasil investasi yang maksimal.
Di obligasi misalnya, investor mengenal sebuah alat ukuran yang disebut sebagai convexity. Secara sederhana, convexity bisa dipahami sebagai derajat kurva atau ukuran kelengkungan pada hubungan harga obligasi dengan imbal hasilnya. Dapat menjadi ukuran untuk mengetahui peluang obligasi, alat bantu ini tentu penting untuk dipahami oleh para investor obligasi.
Nah, jika kamu ingin tahu tentang apa itu convexity beserta cara menggunakannya dalam investasi obligasi, berikut adalah pembahasannya.
Tentang Convexity
Jadi, apa yang dimaksud dengan convexity? Pada dasarnya, convexity merupakan sebuah alat yang digunakan investor atau manajer portofolio untuk proses manajemen risiko. Alat bantu ini berguna untuk mengelola dan mengukur eksposur portofolio pada risiko dari suku bunga.
Convexity juga bisa dipahami sebagai penggunaan dari hasil perhitungan Modified Duration, yaitu pengukuran sensitivitas perubahan dari harga obligasi akibat perubahan dari suku bunga. Namun, pada convexity, alat bantu ini lebih umum digunakan karena lebih akurat daripada Modified Duration. Pasalnya, perhitungan convexity menggunakan asumsi perubahan suku bunga berdampak lurus dengan fluktuasi harga obligasi.
Pengertian lain dari convexity adalah derajat kurva atau ukuran kelengkungan pada hubungan dari imbal hasil dan harga obligasi. Biasanya, istilah ini menunjukkan bagaimana perubahan dari suku bunga turut memberi perubahan pada durasi obligasi. Jika durasi dari obligasi meningkat sesuai imbal hasil yang bertambah, convexity bisa dianggap positif, begitu pula sebaliknya.
Memahami Cara Kerja Convexity
Sebelum membahas tentang cara kerja dari convexity, kamu perlu memahami tentang harga obligasi serta suku bunga pasar yang saling berkaitan satu sama lain. Ketika suku bunga menurun, nilai obligasi akan meningkat, begitu pun sebaliknya.
Reaksi yang berlawanan tersebut terjadi akibat kenaikan dari suku bunga akan memunculkan pandangan jika imbal hasil obligasi akan tertinggal di mata investor dan tak menarik lagi untuk dimiliki. Karena kurang diminati dan banyak investor lebih tertarik untuk berinvestasi di instrumen atau sekuritas lain, hal tersebut membuat harga obligasi menurun.
Lalu, ada pula hasil obligasi, yaitu pengembalian atau pendapatan yang diharapkan oleh investor ketika membeli kepemilikan produk ini. Harga obligasi tergantung dari sejumlah karakteristik tertentu, seperti tingkat bunga dari pasar yang nilainya bisa berubah seiring waktu.
Sesuai dengan kenaikan dari harga pasar, produk obligasi yang baru diterbitkan pada saat suku bunga meningkat juga akan mengalami kenaikan pengembalian. Hal ini dikarenakan penerbitan obligasi baru pasti disesuaikan dengan suku bunga yang baru. Di samping itu, seiring dengan suku bunga yang meningkat, terkait convexity, pihak investor juga akan menuntut imbal hasil lebih besar dari produk obligasi yang dibelinya.
Investor tak ingin terus menahan obligasi yang memiliki bunga tetap atau fixed rate dengan imbal hasil sekarang apabila mereka mengharapkan kenaikan suku bunga di waktu mendatang. Imbasnya, saat suku bunga dinaikkan, penerbit obligasi juga perlu meningkatkan imbal hasilnya sehingga tetap kompetitif dan menarik bagi investor.
Untuk menanggapi hal ini, tidak jarang penerbit obligasi menawarkan 2 jenis produk khusus, yaitu callable bond dan putable bond. Kedua jenis produk obligasi ini memiliki ketentuan untuk bisa ditebus kembali di kondisi tertentu agar bisa memaksimalkan keuntungan bagi pihak investor dan juga penerbitnya.
Baca Juga: Pahami Jenis-jenis Obligasi, Investasi Menguntungkan yang Cocok Buat Milenial
Penggunaan Convexity pada Investasi Obligasi
Apabila investor mempunyai obligasi dengan jenis bunga tetap sejumlah 2 persen, lalu suku bunga mulai dinaikkan hingga melebihi 2 persen, mereka barangkali ingin melepas obligasi tersebut karena imbal hasilnya lebih rendah. Dengan value yang kurang menarik dibanding suku bunga pasar tersebut, investor tak lagi ingin mempunyai obligasi yang memberikan bunga 2 persen jika produk lain menawarkan imbal hasil lebih tinggi.
Ketika pasar menawarkan suku bunga lebih tinggi, bond holder atau pemilik obligasi ingin menjual sekuritasnya tersebut dan membeli produk baru dengan imbal hasil yang lebih tinggi. Karena ada banyak obligasi dengan tingkat bunga lebih rendah pada pasar, terkait convexity, harga dari kepemilikan surat utang tersebut akan menurun.
Tidak hanya itu, ketika obligasi dijual lalu harganya turun, investor biasanya akan menunggu bunga berhenti dinaikkan sebelum kembali pada pasar obligasi dan lebih memilih untuk membeli sekuritas lain dengan return lebih tinggi. Dampaknya, harga serta imbal hasil dari obligasi bergerak berlawanan arah.
Baca Juga: Investasi ORI Obligasi Negara Ritel: Banyak Untungnya, Sedikit Risikonya
Manfaat Penerapan Convexity bagi Investor Obligasi
Secara umum, convexity adalah metode pengukuran yang ideal dalam menilai dampak dari suku bunga pada harga obligasi. Dibangun menggunakan konsep durasi, convexity mengukur sensitivitas dari durasi obligasi ketika imbal hasilnya berubah. Mengenai durasi obligasi ini convexity bisa dipahami sebagai ukuran dari risiko suku bunga.
Pada konsep ini, durasi memberi asumsi jika suku bunga serta harga obligasi mempunyai hubungan yang setara. Sehingga, convexity memungkinkan kehadiran faktor lain serta menghasilkan kemiringan. Durasi bisa menjadi ukuran yang bagus mengenai bagaimana harga dari obligasi bisa terpengaruh akibat perubahan suku bunga, sekalipun yang kecil dan terjadi tiba-tiba.
Akan tetapi, hubungan harga obligasi dengan imbal hasil umumnya lebih cembung atau miring. Karenanya, convexity merupakan ukuran yang lebih bagus digunakan untuk mengetahui dampak pergerakan suku bunga pada harga obligasi.
Saat convexity meningkat, ada peningkatan risiko sistematis pada portofolio. Risiko sistemis ini menjadi istilah umum pada krisis moneter tahun 2008 sebab kegagalan sebuah lembaga finansial mengancam lembaga lain atau kondisi keuangan secara umum. Akibat masalah tersebut, dampak yang muncul bisa terjadi pada segala jenis bisnis, industri, maupun ekonomi secara menyeluruh.
Apabila durasi obligasi bertambah seiring peningkatan return, obligasi bisa dikatakan mempunyai convexity yang negatif. Maksudnya, harga obligasi bakal menurun dengan nilai lebih besar dari kenaikan imbal hasilnya. Sementara saat imbal hasil menurun, kenaikan harga obligasi tidak akan terlalu signifikan dan tak sebanding dengan risiko penurunannya saat imbal hasil meningkat.
Apabila durasi obligasi bertambah serta imbal hasil menurun, obligasi bisa dikatakan mempunyai convexity positif. Dalam kata lain, ketika imbal hasil menurun, nilai obligasi meningkat dengan nilai lebih tinggi dibanding saat imbal hasilnya bertambah. Sehingga, ketika convexity sebuah obligasi semakin besar, artinya risiko investasi pada obligasi tersebut juga semakin tinggi.
Gunakan Convexity Sebagai Alat Manajemen Risiko Portofolio
Itulah penjelasan tentang apa itu convexity, cara kerja, hingga manfaat penerapannya bagi investor obligasi. Sebagai tool atau alat yang banyak disediakan di platform atau produk opsi terstruktur, convexity berguna untuk memudahkanmu dalam mengelola risiko portofolio obligasi. Melalui konsep ini, kamu bisa mengukur serta mengelola eksposur dari portofolio tersebut dengan risiko suku bunga.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Rating dalam Investasi Obligasi dan Pengaruhnya bagi Investor