Penyakit Gagal Ginjal: Penyebab, Gejala, hingga Cara Mencegahnya

Sejak Agustus 2022, gagal ginjal telah menjadi salah satu penyakit yang mencuri banyak perhatian. Bagaimana tidak, jumlah kasus gagal ginjal akut misterius yang terjadi pada anak-anak terus mengalami peningkatan.

Lalu, sebenarnya apa itu penyakit gagal ginjal? Berikut penjelasan selengkapnya.

Baca Juga: Varikokel: Pembengkakan Pembuluh Darah yang Sering Terjadi Pada Pria

Pengertian Gagal Ginjal

Penyakit Gagal Ginjal

Ginjal adalah salah satu organ tubuh yang berfungsi untuk menyaring darah kotor yang mengandung racun. Tidak hanya itu saja, ginjal juga sangat penting untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.

Ketika ginjal mengalami kerusakan, maka fungsi-fungsi tersebut tidak lagi bisa dijalankan sebagaimana mestinya. Kondisi rusaknya ginjal sehingga tidak lagi bisa berfungsi secara normal inilah yang disebut dengan gagal ginjal.

Penyakit gagal ginjal sendiri ada dua macam, yakni gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Disebut gagal ginjal akut ketika kerusakan ginjal terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat, biasanya kurang dari tiga bulan. Sedangkan kerusakan ginjal yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih disebut dengan gagal ginjal kronis.

Orang yang mengalami gagal ginjal akut biasanya perlu segera dirawat di rumah sakit untuk mendapat penanganan. Sebab, semakin cepat pengidap gagal ginjal mendapat penanganan yang tepat, maka tingkat kesembuhannya juga semakin tinggi. Risiko timbulnya komplikasi juga semakin rendah.

Selain terapi dengan obat-obatan, kasus gagal ginjal yang parah biasanya juga memerlukan tindakan cuci darah atau hemodialisis. Ini merupakan proses penyaringan limbah pada darah di luar tubuh dengan menggunakan peralatan medis sebagai pengganti tugas ginjal yang mengalami kerusakan.

Cuci darah ini perlu dilakukan ketika ginjal tidak lagi sanggup untuk membersihkan limbah hasil metabolisme dan cairan dari darah. Kondisi ini biasanya terjadi ketika fungsi ginjal menurun drastis sampai hanya tersisa 10 hingga 15 persen saja.

Apa Penyebab Gagal Ginjal?

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab seseorang bisa mengalami gagal ginjal. Namun, secara garis besar, ada tiga penyebab gagal ginjal, yakni adanya sumbatan pada saluran kemih, kurangnya pasokan darah ke ginjal, serta terjadi kerusakan langsung di ginjal.

Penyebab terjadinya gagal ginjal akut dan kronis sendiri tidak sama. Gagal ginjal kronis umumnya disebabkan oleh suatu penyakit yang telah berlangsung lama. Sementara gagal ginjal akut bukan hanya dipicu suatu penyakit, tetapi juga bisa disebabkan oleh senyawa beracun.

Gagal Ginjal Akut

Gagal Ginjal Kronis

Penyebab gagal ginjal akut ini cukup beragam. Beberapa di antaranya adalah baru selesai melakukan operasi besar, mengalami reaksi alergi parah, infeksi berat, komplikasi hipertensi, luka bakar berat, cedera ginjal, hingga berkurangnya pasokan darah ke ginjal.

Penyebab lainnya adalah penggunaan zat kontras saat pemeriksaan radiologi seperti MRI dan CT Scan, konsumsi suplemen atau obat herbal, efek samping obat, interaksi obat, atau adanya zat beracun seperti etilen glikol dan logam berat. 

Gagal ginjal akut juga bisa disebabkan oleh terjadinya penumpukan zat tertentu di tubuh, seperti asam oksalat. 

Beberapa penyakit yang menyerang ginjal seperti infeksi berulang, batu ginjal, serta glomerulonefritis juga bisa menyebabkan gagal ginjal akut.

Kerusakan ginjal yang terjadi pada fase kronis telah berlangsung lama. Kondisi ini pada akhirnya membuat fungsi ginjal tidak lagi bisa kembali seperti semula, bahkan bisa jadi sama sekali tidak berfungsi.

Beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis seperti perokok aktif, kelebihan berat badan, keluarga ada yang mengalami penyakit ginjal, penyakit autoimun, serta tekanan darah tinggi dan diabetes yang tidak terkontrol.

Tidak hanya itu saja, orang dengan gangguan prostat serta memiliki penyakit ginjal juga bisa memicu terjadinya gagal ginjal kronis. 

Selain itu, beberapa kondisi juga bisa menyebabkan seseorang lebih berisiko mengalami gagal ginjal. Misalnya saja, usianya lebih dari 65 tahun, mengalami infeksi berat, ada sumbatan pada pembuluh darah di kaki dan lengan, dirawat di rumah sakit, hingga memiliki penyakit hati.

Baca Juga: Mengenal Fomepizole, Obat Gagal Ginjal Akut Akibat Keracunan Etilen Glikol

Gejala Gagal Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Ginjal berfungsi untuk menyaring limbah hasil metabolisme tubuh yang kemudian dikeluarkan dalam bentuk urin. Karena itu, salah satu gejala yang terlihat jika ada kerusakan pada organ ini adalah urin yang keluar lebih sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada.

Ciri ciri gagal ginjal lainnya adalah: 

  • Adanya bengkak pada tubuh dan wajah akibat penumpukan cairan (edema). 
  • Sering mengantuk.
  • Kesulitan untuk konsentrasi.
  • Linglung.
  • Nafsu makan menurun.
  • Mual dan muntah.
  • Pucat.
  • Hingga kejang atau koma.

Meskipun gejala tersebut umum dilaporkan oleh orang yang mengalami gagal ginjal, tetapi sebenarnya setiap orang mengalami gejala yang berbeda-beda. Dalam beberapa kasus, gagal ginjal ini tidak menunjukkan gejala dan baru terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Komplikasi Gagal Ginjal

Pada kasus gagal ginjal akut, umumnya kesempatan untuk sembuh akan lebih besar. Terutama jika pasien masih berusia muda dan dalam kondisi tubuh yang sehat tanpa ada penyakit bawaan yang lain. Tetapi dalam beberapa kasus, penyakit gagal ginjal juga bisa menyebabkan komplikasi, seperti:

  • Meningkatnya kadar kalium atau hiperkalemia.
  • Retensi cairan.
  • Kelemahan tulang akibat mineral yang tidak seimbang.
  • Anemia.

Tidak hanya itu saja, gagal ginjal juga bisa menyebabkan cairan dalam tubuh mengandung asam terlalu banyak atau disebut sebagai asidosis metabolik. 

Komplikasi sekunder seperti infeksi kulit, kerusakan saraf, edema paru, gagal hati, hingga depresi juga banyak dialami oleh orang yang terkena gagal ginjal.

Pencegahan Gagal Ginjal

Pencegahan Gagal Ginjal

Hal terpenting dalam mencegah seseorang mengalami gagal ginjal adalah menerapkan pola hidup yang sehat. Konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang, jangan terlalu banyak mengonsumsi gula dan garam, hindari mengonsumsi minuman beralkohol, serta olahraga yang cukup.

Selain itu, jika saat ini sudah memiliki kondisi kesehatan khusus seperti diabetes atau hipertensi, sebaiknya dijaga agar tetap stabil. Pasalnya, tidak sedikit orang yang menderita hipertensi atau diabetes berakhir dengan gagal ginjal karena tekanan dan gula darahnya tidak stabil.

Hindari juga mengonsumsi obat secara sembarangan. Pastikan jika penggunaannya sudah sesuai dengan aturan pakai atau petunjuk yang diberikan oleh dokter.

Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah selalu berkonsultasi ke dokter jika mengalami masalah pada ginjal atau melihat adanya gejala gagal ginjal. Jangan melakukan pengobatan sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter karena itu bisa membuat kerja ginjal jadi semakin berat.

Pencegahan Lebih Baik Daripada Pengobatan

Gagal ginjal adalah kondisi ketika ginjal mengalami kerusakan sehingga tidak lagi bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Penyakit ini terbagi menjadi dua kategori, yakni akut dan kronis. 

Disebut akut jika kerusakan terjadi secara tiba-tiba dalam waktu singkat, biasanya kurang dari tiga bulan. Sementara gagal ginjal kronis merupakan kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari tiga bulan.

Kasus gagal ginjal memang masih memiliki peluang untuk sembuh, tetapi itu bukan berarti kamu bisa menyepelekannya. Pasalnya, tidak sedikit juga kasus gagal ginjal, terutama gagal ginjal kronis, yang berakhir dengan kerusakan ginjal secara permanen.

Jika sudah demikian, maka seseorang harus rutin menjalani cuci darah agar mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Bahkan jika sudah sangat parah, cangkok ginjal mungkin harus dilakukan.

Karena itu, sangat penting untuk melakukan berbagai pencegahan agar tidak sampai menderita gagal ginjal. Selalu jaga kesehatan ginjal dengan makan makanan sehat dan bergizi seimbang, cukup minum air putih, menerapkan pola hidup sehat, serta menghindari alkohol.

Baca Juga: Penyakit Miom: Pengertian, Jenis, Gejala, dan Faktor Penyebab yang Perlu Diketahui