Janji Jiwa Kenalkan Konsep Grab and Go ke Penggemar Kopi Indonesia
Minum kopi saat ini, bukan hanya menjadi kebutuhan bagi masyarakat Indonesia. Melainkan sebagai gaya hidup yang digandrungi oleh kawula muda.
Banyak dari mereka yang memilih untuk berkumpul dengan komunitasnya untuk menikmati segelas atau dua gelas kopi sebagai teman mengobrol.
Tidak hanya untuk berkumpul dengan komunitasnya. Penggemar kopi biasanya pergi ke warung kopi hanya untuk menghabiskan waktu luangnya sendirian. Warung kopi pun kadang digunakan sebagai kantor atau kampus kedua bagi mereka untuk mengerjakan kerjaan dan tugas kuliahnya.
Beranjak dari situ lah, banyak pemilik usaha di bidang kopi berlomba-lomba menyediakan lokasi yang nyaman dan strategis. Mulai dari dekat dengan stasiun, atau tempat umum lainnya. Juga fasilitas tambahan yang membuat konsumen betah berlama-lama.
Baca Juga: Daftar Minuman Kekinian yang Bisa Ubah Bad Mood Jadi Good Mood, Cobain Yuk!
Hadir dengan Konsep Baru
Janji Jiwa Kopi
Dalam budaya ngopi masyarakat Indonesia yang seperti itu, Janji Jiwa hadir menciptakan kebiasaan baru ngopi bagi masyarakat Indonesia. Dengan tidak menyediakan lokasi bagi konsumen untuk duduk atau berlama-lama di lokasi.
Konsep ini kemudian dikenal dengan nama grab and go. Gerai yang berdiri di pertengahan 2018 itu, merupakan salah satu franchise kopi yang mengenalkan konsep tersebut. Pembeli pun dipaksa untuk segera pergi, setelah mendapatkan kopi mereka.
Pilihan kedua, konsumen bisa saja memesan kopi secara delivery. Menggunakan aplikasi penyedia jasa antar jemput makanan yang marak saat ini. Sehingga, penikmat kopi tidak perlu beranjak dari lokasinya saat itu, hanya untuk menikmati kopi.
Anomali tersebut, justru disambut hangat dari para penikmat kopi di Indonesia. Konsumen kopi Janji Jiwa, biasanya berasal dari karyawan kantoran yang tidak bisa keluar dari kantor di pagi hari. Namun, tetap membutuhkan asupan kafein untuk menghadapi hari.
Hangatnya sambutan penikmat kopi Indonesia, dibuktikan dari pertumbuhan gerai Janji Jiwa sendiri. Dari yang awalnya hanya membuka kedai di ITC Kuningan, dalam dua tahun kopi Janji Jiwa sudah memiliki setidaknya 450 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sistem Waralaba Kalahkan Strategi Pemasaran
Pemilik kopi Janji Jiwa, Billy Kurniawan ini membuat brand-nya masuk ke dalam kategori merek yang jarang muncul di media untuk melakukan pemasaran. Sebagai gantinya, Janji Jiwa kopi lebih getol untuk memasarkan waralaba mereka kepada investor.
Mereka menjual franchise ini dengan janji akan mendapatkan laba yang signifikan dalam kurun waktu 10-12 bulan. Ini pun jika lokasi gerai yang dipilih oleh mitra tidak terlalu strategis. Jika lokasinya cukup strategis dan mudah dijangkau, Break Even Point (BEP) setidaknya bisa dicapai dalam kurun waktu 6-8 bulan saja.
Bagi Anda yang ingin membuka salah satu gerai kopi kekinian ini harus menyiapkan modal setidaknya Rp85 Juta untuk lisensinya saja. Nanti, mitra yang melakukan kerjasama akan diberikan pasokan biji kopi, begitu juga peralatan untuk membuatnya.
Modal ini tidak termasuk dengan harga sewa tempat. Menurut Billy, yang dikutip dari entrepreneur.bisnis.com, modal bersih untuk bermitra dengan Janji Jiwa Kopi berkisar Rp150-200 Juta. Biaya tambahan digunakan untuk sewa tempat dan menggaji karyawan.
Jika kerjasama sudah resmi dijalin, manajemen akan terus memberikan support kepada mitranya untuk menjalankan bisnisnya. Mulai dari bagaimana cara menggaet pelanggan hingga memberikan standar operasional dalam menjalankan usaha.
Hal ini lah yang membuat brand tersebut bisa sukses seperti saat ini. Terihitung pada Juni lalu, Janji Jiwa sudah memiliki setidaknya 800 gerai di seluruh Indonesia. Di mana 75 persennya merupakan milik mitra waralaba. Sedangkan, manajemen hanya mendirikan 25 persen diantaranya saja.
Baca Juga: Strategi Manajemen Pemasaran Tepat: Konsumen Terpikat, Bisnis Anda Maju Pesat
Tips Pemasaran Ala Janji Jiwa Kopi
Tidak memungkiri, strategi pemasaran juga tetap dilakukan oleh Janji Jiwa. Meskipun, tidak segetol merek-merek lain. Strategi pemasaran yang dilakukan merupakan contoh pemasaran perusahaan-perusahaan yang muncul di era industri 4.0.
Tidak melakukan pengiklanan di media mainstream seperti televisi, surat kabar, maupun radio. Janji Jiwa lebih getol melakukan pemasaran melalui media sosial. Media yang digunakan adalah Key Opinion Leader (KOL) dan Influencer yang banyak diikuti.
Hal ini tergolong cukup ampuh karena pasar Janji Jiwa sendiri berasal dari mereka para generasi milenial dan generasi Z yang sehari-harinya tidak lepas dari gawai dan media sosial.
Tidak hanya melakukan branding melalui Influencer di media sosial. Janji Jiwa juga memasarkan produknya dengan melakukan kerja sama dengan beberapa brand. Hal ini dilakukan untuk melakukan terobosan yang akan menarik pelanggan.
Salah satunya, adalah kerjasama Janji Jiwa dengan Sasa Santan. Menggunakan Sasa Santan, Janji Jiwa pernah membuat produk yang hanya muncul saat itu saja yakni, coco latte.
Jika biasanya susu digunakan sebagai campuran utama untuk membuat kopi. Saat itu, mereka menggantinya dengan santan. Terobosan terbaru ini, tentu saja menggugah minat dari para penikmat kopi.
Terlebih produk itu tidak akan ada secara permanen di menu. Sehingga, kerjasama yang dijalin pun secara tidak langsung menggenjot pemasukan dari Janji Jiwa sendiri.
Strategi pemasaran lainnya yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan acara yang diminati pasar. Salah satunya, kompetisi World Barista Championship pada 2018 lalu.
Amankan Bahan Baku Langsung
-
Biji Kopi Berkualitas dari Petani Indonesia
Janji Jiwa sendiri menggunakan biji kopi Robusta dari Sumatera. Kopi Indonesia dipilih karena cocok dengan tagline perusahaannya, yakni Kopi dari Hati.
Billy ingin membuat usaha yang juga memiliki story seperti ia menjalankan bisnis ini dengan passion. Sehingga, semua bahan baku yang digunakan pun harus memiliki cerita dan terjaga.
Biji kopi dari Sumatera sendiri dipilih untuk mengenalkan kopi Indonesia ke warga masyarakat. Sebagai negara produsen kopi terbesar kelima di dunia, Indonesia juga perlu diperhitungkan biji kopinya. Tidak hanya itu, ia juga memiliki niat mulia untuk mensejahterakan petani kopi di Indonesia.
Billy juga menjaga semua biji kopi yang dikirim langsung dari petani ke seluruh gerai di Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas kopi yang ada di seluruh gerainya.
Pemilihan robusta sebagai bahan baku utama, juga tidak main-main. Jika dibandingkan dengan arabika, tingkat keasaman (acid) robusta tidak seberapa tinggi dan disukai banyak orang.
-
Bahan Baku Pasti Sama
Selain kerjasama yang kuat dengan petani kopi saja. Janji Jiwa juga membangun kerjasama yang erat dengan penyuplai bahan baku lainnya yang mereka butuhkan. Hal ini juga yang menjadi kunci kenapa kualitas kopi Janji Jiwa tidak berubah di setiap gerai.
Sebab, pemasok bahan bakunya memiliki pusat yang sama. Misalnya gula dari perusahaan A, merupakan gula yang digunakan di gerai Jakarta, Bogor, dan kota lainnya. -
Menggunakan Konsep Rantai Pasokan
Janji Jiwa sendiri menggunakan konsep supply chain (rantai pasokan) kepada penyedia bahan bakunya. Artinya, Billy sebagai pemilik Janji Jiwa sudah menjalin kontrak dengan perusahaan penyedia bahan baku. Penyedia pun akan terus menyuplai setiap gerai dengan bahan baku yang diproduksi perusahaannya, selama kontrak masih berjalan.
Selain untuk menjaga kualitas produk di gerai mana pun. Supply chain juga memiliki keuntungan agar bahan baku yang dibutuhkan akan terus ada. Hal tersebut juga lah yang menyelamatkan merek ini ketika pandemi Covid-19 melanda.
Sukses karena Passion dan Usaha
Dari merek kopi yang satu ini, kita bisa belajar satu hal. Sebagai pemilik usaha, kita harus mengerti cara membaca pasar.
Pemilik usaha juga dituntut untuk menyiapkan diri terhadap kondisi terburuk sekalipun. Semua itu, wajib dilakukan agar usahanya terus memberikan keuntungan.
Baca Juga: Perjalanan Kokumi Menjadi Brand Minuman Kekinian dengan Omzet Miliaran