Jualan Properti Sepi Akibat Pandemi? Pakai Cara Ini Biar Cepat Laku
Pandemi Covid-19 membuat hampir seluruh sektor usaha babak belur, termasuk properti. Penjualan properti turun signifikan.
Bagaimana orang mau beli rumah, apartemen, ruko, atau tanah, wong penghasilan saja dipangkas gegara Corona. Pun ada yang kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Buat makan saja susah, apalagi beli properti. Di masa sulit seperti sekarang ini, yang paling utama adalah berhemat agar tetap bertahan hidup.
Namun bagi orang berduit, saat pandemi dan resesi begini, mereka hanya wait and see. Lebih memilih menyimpan uangnya ketimbang belanja, termasuk membeli properti sampai kondisi ekonomi kembali stabil.
Kalau sepi pembeli, yang pusing tentunya para pengembang maupun perbankan. Jualan rumah, tanah, apartemen, dan ruko tidak laku. Pun bank yang menawarkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maupun Kredit Pemilikan Apartemen (KPA).
Bukan hanya pengembang dan bank, Anda yang ingin menjual properti karena butuh dana mendesak misalnya, juga akan bernasib serupa.
Tapi tenang, banyak jalan menuju Roma. Berikut tips laku jualan properti di tengah pandemi dan resesi:
Baca Juga: Survei: Orang RI Ingin Bunga KPR Bank Turun Biar Bisa Beli Rumah KPR
1. Harga jual kompetitif dan beri gimmick menarik
Harga jual kompetitif dan gimmick menarik
Kondisi ekonomi sekarang ini lagi merana, kalau properti mau laku terjual kayak kacang goreng, strateginya pasang harga kompetitif dibanding kompetitor.
Pasti pengembang, bank, maupun agen penjual berlomba memberikan harga terbaik bagi calon konsumen. Cara tersebut pasti akan menarik konsumen.
Apalagi jika ditambah dengan gimmick menarik, seperti diskon atau potongan harga buat yang bisa bayar tunai, bebas cicilan pokok dan bunga selama 2 tahun, gratis hadiah emas Antam 5 gram untuk 5 pembeli pertama, dan lainnya.
Dengan strategi ini, pasti langsung ada yang tertarik. Seperti sudah disebutkan di atas, tidak semua masyarakat Indonesia, pendapatannya berkurang atau hilang sama sekali, tetapi ada yang cuma cari aman dengan cara menyimpan uangnya.
2. Jualan pakai media sosial
Jualan pakai sosial media
Di era digital saat ini, cara pemasaran properti secara offline sudah ketinggalan zaman. Dari mulut ke mulut sudah tidak lagi efektif.
Hanya menjangkau beberapa orang saja. Tidak tepat sasaran. Maka dari itu, beralihlah secara online. Manfaatkan media sosial sebagai wadah jualan atau promosi.
Contohnya menjual via Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, atau media sosial lainnya. Cara ini lebih mudah, murah, efektif, dan efisien.
Iklanlah produk properti yang ingin Anda jual dengan apik. Foto-foto dan video produk bagus, menarik dari setiap sudut dan angle. Agar calon konsumen terpikat.
Tak lupa lengkapi deskripsi produk yang mampu membuat calon konsumen penasaran, dan tertarik membeli.
3. Harus punya keunggulan dibanding kompetitor
Harus punya keunggulan dibanding kompetitor
Menjual properti bakal lebih cepat laku kalau harganya bersaing, tetapi punya fasilitas lengkap. Dengan kata lain, properti yang Anda jual lebih punya nilai tambah atau keunggulan dibanding kompetitor dan produk lain.
Misalnya menjual rumah tipe 36 di sebuah komplek perumahan yang sudah terbangun. Ada fasilitas bersama, seperti kolam renang, lapangan tenis, bola basket, dan lainnya.
Sementara pesaing menjual rumah tipe sama di komplek perumahan yang juga sudah terbangun, tetapi tanpa fasilitas bersama. Padahal harganya tidak beda jauh.
Yang jelas, produk properti Anda memiliki keunggulan dibanding pesaing. Ini yang jadi kekuatan Anda untuk menjualnya.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Turun Jadi 3,75%, Ngefek Gak Sih ke Bunga Kredit Bank?
4. Sales harus bisa mengambil ‘hati’ calon konsumen
Tenaga marketing harus punya kemampuan komunikasi yang baik
Dalam memasarkan produk properti, umumnya menerjunkan sales atau tenaga marketing. Di sini, mereka harus punya kemampuan berkomunikasi yang baik.
Gaya komunikasi sales mengunggulkan properti yang dijual tanpa harus menjatuhkan produk pesaing. Harus aktif, enerjik, dan pastinya mampu mengambil ‘hati’ calon konsumen saat menawarkan produk.
Seorang sales atau tenaga marketing juga harus menguasai produk properti yang dijualnya. Sehingga kalau ada pertanyaan dari calon konsumen, mereka dapat menjawabnya tanpa ada keraguan.
Dengan demikian, calon konsumen bakal yakin dengan properti yang Anda jual karena peran tenaga marketing Anda. Tetapi ingat, saat masa pandemi ini, jualan properti tetap harus menjalankan protokol kesehatan 3M.
5. Membeli properti bisa secara online
Bukan hanya saat menjual saja yang harus mengarah ke online. Pengajuan atau pembelian pun juga mesti mengarah ke online.
Jadi, calon konsumen dapat membeli properti melalui aplikasi atau portal yang sudah Anda buat. Cukup dari ponsel calon konsumen. Mulai dari isi formulir sampai submit. Bahkan pembayarannya.
Sementara untuk survei lokasi maupun rumah, dapat tatap muka. Ataupun proses lainnya yang mengharuskan penjual dan pembeli bertemu langsung, seperti tandatangan akad jual beli, dan lainnya.
6. Pelayanan ramah dan memuaskan
Pelayanan ramah dan memuaskan
Ini sih kunci sukses dari orang jualan, yakni pelayanan. Pelayanan yang ramah, informatif, dan selalu melayani dengan senyum akan membuat calon konsumen merasa dihargai.
Dari mata turun ke hati. Dari pelayanan yang memuaskan, calon konsumen bakal tertarik membeli. Kemudian akan menyebarkan hal yang positif terhadap produk dan pelayanan Anda, bahkan merekomendasikannya kepada orang lain.
Pantang Menyerah adalah Kunci Sukses Jualan Properti
Jika segara cara dan upaya sudah dilakukan untuk menjual properti, tetapi hasilnya masih belum memuaskan atau mencapai target, bersabar saja.
Roda pasti akan berputar. Ekonomi Indonesia pasti akan bangkit lagi setelah melewati badai Covid-19 dan resesi.
Jangan pantang menyerah jualan properti. Sebab pasti ada saja yang butuh, mengingat properti, khususnya rumah adalah kebutuhan utama.
Properti juga merupakan salah satu instrumen investasi yang harganya tidak pernah turun. Selalu naik setiap tahun dan akan selalu diburu masyarakat.
Baca Juga: Cicilan DP Rumah KPR, Pilih ke Bank atau Pengembang?