Alami Kegagalan Investasi? 8 Kesalahan Ini Mungkin Jadi Penyebabnya
Ketika berinvestasi, kamu pasti mengharapkan modal yang telah ditanam bisa berkembang dan bertumbuh sesuai dengan perkiraan hingga tujuan keuangan berhasil diraih. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak jarang kamu malah mengalami kegagalan investasi yang membuat nilai portofolio terus stagnan seiring waktu. Bahkan, nilai investasi awal bisa terus merosot dan merugi hingga membuatmu bingung melakukan langkah selanjutnya.
Sebenarnya, mengalami kerugian ketika berinvestasi adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh semua investor, termasuk yang telah berpengalaman sekalipun. Namun, bukan tanda untuk menyerah, kamu perlu mencari tahu apa penyebab kegagalan investasi tersebut. Dengan mempelajari alasan menanam modal mengalami kerugian, kamu bisa mencari cara untuk bangkit dan tak lagi mengulangi kesalahan yang sama.
Menganalisis kesalahan dalam berinvestasi memang tidak mudah dan belum tentu bisa dilakukan oleh semua investor. Akan tetapi, berikut adalah 8 hal atau faktor yang mungkin menjadi penyebab kamu mengalami kegagalan investasi dan membuat nilai portofolio tidak kunjung berkembang. Apa saja?
Penyebab Kegagalan Investasi
Penyebab Kegagalan Investasi
1. Berinvestasi Tanpa Pahami Produknya
Kesalahan pertama yang memicu kegagalan investasi adalah membeli produk atau instrumen yang sebenarnya tidak kamu pahami. Sebagai contoh, kamu tidak begitu memahami tentang cara kerja atau risiko dari saham tapi tetap membeli dan berinvestasi di instrumen tersebut.
Karena dipaksakan, risiko kegagalan investasi di instrumen saham tentu sangat tinggi. Apalagi saham dikenal sebagai instrumen high risk dan tidak dianjurkan untuk dipilih oleh investor yang masih awam dengan produk tersebut ataupun yang memiliki tujuan investasi jangka pendek.
Contoh kesalahan yang paling sering dilakukan adalah kamu berinvestasi saham tanpa memahami tentang cara melakukan analisis fundamental dan analisis teknikal. Padahal, kedua metode analisis tersebut begitu krusial untuk bisa memilih produk saham dari perusahaan yang memang menjanjikan dan mampu berkembang di masa depan.
Oleh sebab itu, sebelum berinvestasi, pastikan untuk mempelajari dulu produk yang ingin dibeli, baik itu saham, obligasi, reksa dana, dan sebagainya. Dengan begitu, kamu bisa memahami betul tentang risiko dan peluang dari masing-masing instrumen investasi dan menyesuaikannya dengan kebutuhan serta tujuan keuangan.
2. Terlalu Gegabah dan Keliru Ambil Momentum
Pada tidak sedikit kasus, investor sering kali merasa tidak sabar dan gegabah dalam mengambil keputusan atau momentum investasi. Contohnya, ketika baru 3 bulan berinvestasi, kamu sudah ingin memperoleh keuntungan 50 atau bahkan 100 persen dari modal awal.
Padahal, inti dari investasi adalah membiarkan modal yang ditanam bertumbuh seiring waktu secara perlahan. Apa pun instrumen investasi yang dipilih, kamu harus sabar dalam menanam modal agar bisa mendapatkan imbal hasil sesuai harapan.
Terlebih, dalam investasi dikenal prinsip high risk high return di mana jika menginginkan imbal hasil yang besar, kamu juga harus bersiap mendapatkan risiko kerugian yang tak kalah tingginya. Jadi, tetaplah bersikap realistis sembari terus memantau dan mengevaluasi kinerja investasi agar tujuan keuangan bisa tercapai secara optimal.
3. Sekadar Ikut Tren dan FOMO
Tergantung dari kondisi keuangan dan tujuan yang ingin diraih, setiap orang perlu menyesuaikan strategi dan instrumen investasi pilihan dengan kebutuhannya. Untuk itu, menanam modal tidak boleh dilakukan karena sekadar mengikuti tren atau Fear of Missing Out alias FOMO.
Hal ini tentu harus dihindari karena bisa membuatmu terjebak untuk berinvestasi di produk yang berisiko tinggi. Bahkan, investasi karena mengikuti tren ini sering kali dijadikan incaran oleh bandar yang menjual saham gorengan.
Dengan iming-iming imbal hasil berkali-kali lipat, kamu membeli saham gorengan dan termakan buaian bandar. Alhasil, bukannya untung, kamu malah buntung dan kehilangan modal investasi. Karenanya, untuk menghindari hal ini, pahami dulu instrumen dan sektor investasi yang kamu pilih, serta tak menanam modal hanya karena mengikuti tren belaka.
4. Fanatik Berlebihan ke Perusahaan Tertentu
Hal lain yang bisa menyeretmu ke kegagalan investasi adalah fanatik berlebihan ke perusahaan tertentu. Bagaimana maksudnya? Contoh sederhananya adalah kamu tetap berpegang teguh dan menahan modal investasi di saham sebuah perusahaan padahal sudah tahu nilainya tidak bisa naik lagi.
Karena sikap fanatik ini juga kamu enggan membuka mata untuk berinvestasi ke saham perusahaan lain yang lebih menjanjikan. Tak hanya menahan potensi keuntungan yang bisa didapatkan, hal ini juga bisa memicu penurunan nilai investasi ketika salah memilih saham perusahaan yang nilainya sudah overvalued.
5. Investasi Tanpa Perencanaan Matang
Selain itu, investasi juga kemungkinan besar berakhir dengan kegagalan jika tidak direncanakan dengan matang. Tanpa rencana, sudah pasti aktivitas investasimu akan berjalan tanpa arah dan tujuan.
Agar berhasil meraih kesuksesan, pastikan investasi mempunyai tujuan yang jelas, termasuk jangka waktunya. Dengan begitu, kamu bisa menentukan strategi dan instrumen investasi yang terbaik untuk dipilih demi merealisasikan tujuan keuangan.
6. Jarang Memantau dan Mengevaluasi Portofolio
Meski sudah memiliki rencana, bukan tidak mungkin kondisi pasar akan berjalan tak sesuai dengan perkiraan. Mengetahui hal tersebut, kamu perlu rutin memantau dan mengevaluasi portofolio investasi.
Jika memang tak berjalan sesuai rencana, jangan ragu melakukan penyesuaian demi memastikan tujuan investasi bisa diraih tepat waktu. Pun jika kinerja investasi sesuai ekspektasi, tetap terus memantau kondisi pasar dan mencermati potensi efek yang lebih menjanjikan untuk dipilih.
7. Keluar Jalur yang Tak Sesuai Tujuan Awal Investasi
Alasan lain kenapa investasimu gagal adalah kamu keluar dari jalur atau rencana yang telah dibuat dan tak sesuai dengan tujuan awal. Ingat jika investasi merupakan aktivitas jangka panjang yang harus dijalani secara konsisten dan perlahan. Melalui strategi dan tujuan investasi yang dimiliki, fokuskan diri untuk meraihnya sesuai rencana.
Jangan sampai tergoda untuk menggunakan alokasi dana investasi untuk hal yang tidak perlu hingga merusak rencana investasimu. Sebagai contoh, karena ingin membeli gadget baru, kamu menggunakan modal investasi yang sebenarnya ditujukan untuk dana pensiun atau tabungan menikah. Jika demikian, jangan heran jika tujuan investasimu tak kunjung tercapai sampai kamu bisa menghilangkan kebiasaan ini.
8. Tak Melakukan Diversifikasi
Kesalahan terakhir yang bisa membawamu pada kegagalan investasi adalah tak melakukan diversifikasi. Untuk meminimalkan risiko kerugian, diversifikasi merupakan strategi yang wajib dilakukan semua investor. Pada dasarnya, strategi diversifikasi dilakukan dengan membagi modal investasi ke beberapa instrumen sekaligus.
Misalnya, kamu menempatkan 30 persen modal di instrumen saham, 50 persen di reksa dana, dan 20 persen sisanya di produk emas. Dengan alokasi yang lebih merata tersebut, kamu bisa menjamin nilai investasi tidak akan langsung menyusut ketika kinerja saham meredup, pun sebaliknya.
Sukses Raih Tujuan Keuangan dengan Jauhi Hal yang Picu Kegagalan Investasi
Sebagai salah satu cara ideal untuk mewujudkan tujuan keuangan, semua orang tentu ingin berhasil ketika berinvestasi sesuai rencananya. Padahal, tanpa sadar mereka kerap melakukan kesalahan yang menyeretnya ke kegagalan investasi. Nah, semoga penjelasan di atas bisa menjauhkanmu dari kegagalan investasi hingga berhasil meraih tujuan keuangan sesuai rencana.