Kisah Sukses CEO Berrybenka Jason Lamuda: Jualan Dari Garasi Rumah hingga Melawan Tren
Milenial yang suka belanja online, pasti kenal dengan nama Berrybenka dan Hijabenka. Ya, toko baju online terbesar di Indonesia ini didirikan oleh seorang anak muda kreatif, Jason Lamuda. Kegigihan Jason berhasil melejitkan dua brand fesyen tersebut hingga mampu bersaing dengan merek lokal maupun asing yang sudah lebih dulu berkibar.
Usianya baru menginjak 32 tahun, namun Jason bisa dibilang pengusaha sukses karena kejeliannya membaca peluang pasar. Pria yang memperoleh gelar Master Financial Engineering di Columbia University ini seperti punya tangan emas. Perusahaan rintisan atau startup yang ia dirikan selalu mendulang sukses.
Hengkang dari perusahaan bonafit McKinsey & Company, Jason mulai terjun menggarap bisnis online sesuai dengan passion-nya. Disdus.com, situs diskon lahir pertama dari ‘tangan emas’ Jason dan rekannya Ferry Tenka pada 2010. Saat naik daun, Disdus resmi diakuisisi situs penyedia diskon raksasa di dunia, Groupon di 2011 silam.
Berbekal ide brilian dan modal yang cukup, Jason kembali mendirikan startup Berrybenka, situs belanja online yang fokus menjual pakaian pria dan wanita di tahun 2012. Seiring berjalannya waktu, lahir pula Hijabenka yang menjajakan busana muslim modern secara online. Semua dirintis Jason dari nol. Berjuang dari sebuah garasi rumah, jatuh bangun menghadapi masa-masa sulit, hingga akhirnya berjaya.
Mau tahu lebih lengkap kisah sukses Jason Lamuda, Co-Founder sekaligus CEO Berrybenka membangun bisnis online? Simak petikan wawancaranya dengan Cermati.com berikut ini.
Baca Juga: Nurhayati Subakat Siap Bawa Wardah Masuk Jajaran 5 Besar Merek Dunia
1. Bisa diceritakan awal mula berdirinya Berrybenka hingga tumbuh pesat seperti sekarang?
CEO Berrybenka, Jason Lamuda
Kami mengawali bisnis dari garasi rumah tahun 2012. Modal puluhan juta saja, dan itu modal sendiri. Dibilang pesat tidak juga, karena perjuangan kami masih panjang. Dari kacamata orang, kami sudah punya 20 toko, tapi brand lain sudah ratusan toko. Orang melihatnya yang bagus-bagus saja di luar, tapi di dalamnya kami pernah mengalami masa-masa sulit, bahkan suram.
Kami pernah punya gudang kebanjiran, jadi banyak barang yang rusak. Enggak mungkin kan dijual lagi, jadi kami rugi. Di tahun pertama mencari kerja sama, banyak partner yang menolak. Banyak juga pertanyaan mengapa mesti jualan online dengan kami. Banyak yang menolak, sampai akhirnya ada yang tertarik. Berrybenka baru dikenal orang di tahun kedua. Kami memulai dengan brand sendiri dan brand partner, tapi sekarang kami menjual brand kami saja.
2. Mengapa fokus menjual fesyen saja?
Kami percaya fesyen adalah kategori yang akan tumbuh besar. Di Indonesia, tidak ada brand fesyen yang kuat banget, nah kami ingin menjadi pemenangnya. Jangan sampai indonesia dipenuhi brand-brand dari luar. Selain itu, Indonesia memiliki banyak penjahit, industri tekstil sehingga mendapatkan barang (bahan baku) sangat mungkin. Tinggal kami bikin produk yang menarik, kreatif, dan harga tidak terlalu mahal.
3. Apakah orangtua melarang Anda untuk berbisnis online?
Dilarang sih enggak, hanya menanyakan ngapain bisnis online. Itu kan bisnis sepele. Tapi kalau memang kita percaya sesuatu hal, tertarik, ya dicoba kan. Kalau enggak jalan, bisa coba yang lain.
4. Selama 6 tahun berjalan, apa saja yang sudah dicapai Anda dalam membangun Berrybenka?
Di luar angka-angka, pencapaian signifikan yang kami lihat, dulu waktu memulai di tahun 2012-2013, kami berpikir online adalah future-nya, semua bakal ke online. Sedangkan realitanya online memang channel baru untuk berjualan, tapi ujungnya bakal campuran, ada offline dan online. Jadi harus kuat di toko, tapi juga harus punya sosial media (sosmed). Sosmednya pun berubah dari Facebook ke Path, dan sekarang Instagram. Kami akan terus inovasi, next-nya livestreaming.
Kami mengubah model bisnis jualan, tidak hanya lewat offline dan online, tapi juga menjajakan brand sendiri. Sekarang kami menjual brand Berrybenka dan Hijabenka saja, tidak ada brand dari partner. Itu sudah kami lakukan sejak tahun ini dan menjadi perubahan besar kami. Kami bekerja sama dengan konveksi dan penjahit lokal. Di sinilah kekuatan dan fokus kami.
5. Mengapa Anda malah membuka toko offline melawan arus tren?
Memang banyak yang menanyakan kenapa sih Berrybenka malah buka toko offline ketika orang mulai menutup tokonya dan beralih ke online? Karena kenyataannya untuk belanja baju, membuka toko offline sangat membantu penjualan online. Offline-nya bagus, tapi online-nya juga semakin baik. Lihat saja di Jakarta dan di luar kota, banyak orang ke mal Sabtu-Minggu, sehingga mal masih menjadi pusat berbelanja.
Kami melihat, offline masih memiliki peran penting memberikan pengalaman berbeda belanja, walaupun untuk buka toko ribet, harus ada investasi. Mereka bisa mencoba datang dan belanja di toko offline kami, sehingga mereka bisa berani belanja online. Kalau online, hanya investasi besar di awal, lalu tinggal dikembangin.
Oleh karena itu, offline dan online punya peranan masing-masing. Dulu, kami enggak menyangka bakal buka toko, anti lah. Masuk dunia online, karena toko offline bakal mati. Tapi nyatanya terbalik dan hal ini membuka mata kami bahwa kami harus fleksibel.
6. Saat ini total sudah ada berapa toko offline?
Totalnya sudah ada 20 toko di seluruh Indonesia, khususnya di mal kelas menengah ke atas. Rata-rata penjualan keseluruhan bagus. Tapi kalau mau di breakdown, sejujurnya pasti ada toko offline yang kurang, ada juga yang di atas ekspektasi. Nah kalau misalnya nanti ada toko yang penjualanannya di bawah ekspektasi, sudah diapa-apain seperti boost marketing enggak bisa juga, ya harus berani ambil keputusan tutup. Jangan dipaksa, harus move on.
Baca Juga: Cerita Sukses Sosialita Poppy Hayono Isman, Dari Pegawai Jadi Pengusaha Perhiasan
Proyeksi dan Target 2019
7. Apa saja gebrakan Anda untuk mengembangkan Berrybenka di tahun 2019?
Ada tiga hal yang mau kami ingin gencarkan di 2019, yaitu:
- Membuat channel pemasaran baru dalam bentuk live streaming
Di online masih akan tumbuh pesat, jadi kami mau gencarin toko online-nya dengan mengarah inisiatif-inisiatif baru. Contohnya 5-6 tahun lalu, orang mau belanja baju nyarinya dari Facebook dan BBM, lalu sekarang ada Instagram dan Youtube. Saat ini kami mau coba tren dari luar negeri, berbelanja lewat live streaming. Kami kan punya toko offline, dan kami ingin bawa toko offline ke dunia online juga.
Kami sudah trial 2 episode pakai Instagram (IG) live. Kalau sukses, mungkin kami akan buka channel sendiri, misalnya Berrybenka/live. Kesannya ada TV sendiri. Orang nonton langsung di live streaming, dan belanjanya bisa lewat online. Kami melihat tren ini bakal naik, makanya kami ingin coba.
- Mengembangkan toko offline, salah satunya dengan ekspansi membuka 12 toko lagi di 2019. Investasinya sekitar Rp300 juta-500 juta per toko di mal.
- Selain Berrybenka, kami juga akan mengembangkan Hijabenka untuk modis fesyen bagi wanita berhijab yang tetap ingin tampil keren dan fashionable. Potensinya di situ sangat besar.
8. Dengan inovasi tersebut, berapa target pertumbuhan transaksi di Berrybenka di 2019?
Kami inginkan sekitar dua kali lipat pertumbuhannya dari tahun 2018 ke 2019. Di 2018 saja sudah hampir triple digit (offline dan online) dengan membuka 10 toko baru. Jumlah transaksinya mencapai ribuan transaksi. Porsinya 70% dikontribusi online dan 30% offline. Tahun depan komposisinya masih mirip.
9. Bagaimana prospek bisnis online di tahun depan?
Masih bagus sekali. Secara industri pertumbuhan transaksi melalui online sekitar 30-50% per tahun. Cukup pesat karena kalau bisnis yang sudah matang kan paling 7%, 10%, 12% saja sudah tinggi 12%. Sementara online basisnya masih kecil, peluangnya masih banyak. Kalau kondisi tahun depan pemilu aman, tidak ada kerusuhan, konsumen masih mau belanja ke mal, belanja online. Tapi saya yakin, pemerintah pasti akan berusaha menjaga stabilitas keamanan di tahun pemilu.
Kunci Sukses Jadi Orang Kaya dari Bisnis Online
10. Apa kunci utama Anda dalam membangun bisnis online sehingga besar seperti sekarang?
Membangun usaha sama saja seperti bekerja, ada naik turunnya. Pertama, jangan putus asa di tengah jalan. Kedua, bisnis bisa maju tergantung orangnya, jadi bukan sekadar one man show. Tim di dalamnya sangat penting, dari urusan packing, desain, dan lainnya. Sumber daya manusia adalah aset terbesar bagi sebuah perusahaan. Di Berrybenka, karyawan di kantor maupun gudang kamu ada sekitar 150-160 orang.
11. Apalagi yang ingin Anda capai?
Tujuan kami adalah menjadi brand fesyen lokal di Indonesia yang ternama. Kalau orang Indonesia mau beli baju, belinya di Berrybenka. Brand lokal dan barangnya sebagus brand luar negeri. Kami ingin seperti itu. Mau mereka ke mal atau belanja online, ingatnya Berrybenka sebagai tujuan belanja fesyen lokal untuk general, dan Hijabenka untuk modis fesyen atau hijab fesyen.
12. Apa saja tips bagi milenial yang ingin merintis bisnis online?
- Cari ide atau peluang usaha yang punya pasar atau permintaannya. Ide tidak harus beda, yang penting bisa menjawab kebutuhan konsumen
- Setelah ketemu ide, langsung jalankan. Karena kendala pengusaha adalah punya ide banyak, tapi tidak dieksekusi. Akhirnya enggak jadi-jadi tuh bisnis, cuma ngomong doang. Lebih baik dijalankan, kalau ada kekurangan sana sini bisa dilengkapi atau dibenarkan.
- Untuk urusan modal, sebetulnya memulai usaha sekarang ini modal bisa seminim mungkin lewat online. Cari konsumen dan secara bertahap dikembangin. Jadi enggak harus buka toko kayak dulu. Yang penting berani memulai.
Yang Penting Mulai Saja Dulu
Jika kamu tertarik mengikuti jejak kesuksesan Jason Lamuda dalam membangun bisnis, termasuk bisnis online, kuncinya eksekusi ide dan pantang menyerah. Dengan keteguhan prinsip ini, kamu akan selalu punya semangat membara saat menjalankan bisnis, masa-masa susah senang dihadapi dengan keuletan.
Tidak perlu khawatir dengan modal karena kamu bisa memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini. Ada juga fasilitas pinjaman yang dapat membantu, seperti Kredit Tanpa Agunan (KTA), Kredit Multiguna (KMG), dan pinjaman langsung dari fintech peer to peer landing resmi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ingat, membangun bisnis terasa mudah bila sesuai dengan passion kamu.
Baca Juga: Mengintip Gebrakan Bos JNE Hadapi Arus Digitalisasi Lewat Transformasi Bisnis