Kenali Fenomena Latte Factor, Pengeluaran Kecil yang Berdampak Buruk bagi Finansial
Banyak orang menganggap jika kondisi keuangan yang buruk disebabkan oleh pengeluaran besar dan beban cicilan kredit. Padahal, mayoritas pendapatanmu dikuras oleh pengeluaran kecil semisal membeli secangkir kopi di coffee shop setiap hari. Meski terkesan kecil, jika dilakukan secara rutin pengeluaran kecil ini bisa menggunung dan memberi beban berat bagi kondisi keuanganmu.
Fenomena tersebut biasa dikenal dengan sebutan latte factor dan sering kali menjadi pemicu kenapa banyak orang kesulitan menabung atau menyisihkan uang. Secara umum, latte factor merupakan pengeluaran kecil yang terus dilakukan berulang dan rutin hingga mengancam kondisi keuangan dalam jangka panjang.
Nah, karena bisa memicu masalah keuangan dan menghambatmu meraih tujuan finansial, yuk pahami apa itu latte factor, penyebab, hingga cara mengatasinya berikut ini.
Pengertian Latte Factor
Latte factor adalah...
Latte factor adalah istilah yang mengacu pada kebiasaan melakukan pengeluaran kecil secara terus menerus hingga jumlahnya menjadi sangat besar saat diakumulasikan. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh penulis buku finansial, David Bach. Dalam penjelasannya, Bach menyoroti jika pengeluaran kecil tapi rutin, misalnya membeli kopi tiap hari, dapat memberi dampak besar terhadap kondisi keuangan.
Pada dasarnya, latte factor tak terbatas pada pengeluaran untuk membeli kopi saja. Tapi, fenomena ini juga mencakup beragam jenis pengeluaran kecil yang kerap dilakukan namun sering diabaikan. Beberapa contohnya adalah membeli makanan ringan, makan di restoran, hingga pembelian impulsif yang walaupun nominalnya kecil tapi sering dilakukan dan tidak menyadari total pengeluarannya.
Contoh Fenomena Latte Factor
Agar lebih mudah memahami latte factor, kamu bisa melihat contohnya berikut ini.
Anggap saja kamu menghabiskan 20 ribu rupiah setiap hari untuk membeli kopi. Awalnya, kamu merasa jika transaksi tersebut hanyalah pengeluaran kecil dan tak akan berdampak pada kondisi keuangan.
Tapi, jika ditotal selama sebulan, kebiasaan tersebut ternyata membengkakkan pengeluaran hingga 600 ribu rupiah. Nominal tersebut tentu mampu menggerus gaji dengan cukup signifikan untuk jangka panjang. Jika dialokasikan untuk tabungan atau investasi, dalam 1 tahun kamu bisa mengumpulkan uang setidaknya 7 juta rupiah saat mampu menghilangkan pengeluaran kecil tersebut.
Pola ini juga berlaku pada pengeluaran kecil lain yang sifatnya rutin. Contohnya adalah membeli camilan, sarapan di restoran, hingga membayar biaya layanan delivery atau semacamnya. Seluruh pengeluaran tersebut sering kali diabaikan padahal merupakan contoh latte factor yang bisa terus menggerus keuanganmu.
Apa Pemicu Latte Factor?
Lantas, apa hal yang biasanya menjadi pemicu latte factor? Mulai dari kebiasaan sehari-hari hingga kurang pandai atur keuangan, berikut beberapa penyebab latte factor.
-
Terbiasa Membeli Kopi di Coffee Shop
Alasan pertama kenapa latte factor terjadi adalah karena kamu telah terbiasa meminum kopi di coffee shop atau kedai kopi. Pemicu tersebut bisa menjadi lebih serius saat pembelian kopi dilakukan melalui layanan delivery atau pesan antar karena harus membayar biaya layanannya.
Meski dianggap pengeluaran kecil, tapi jika dilakukan setiap hari, kebiasaan ini bisa memangkas keuangan dengan cukup signifikan. Tanpa disadari, anggaran untuk pengeluaran tersebut membengkak dan berisiko merusak arus kas bulananmu. Tak harus kopi, membeli barang murah secara online dengan membayar biaya pengiriman juga termasuk latte factor yang bisa sangat besar ketika diakumulasikan.
-
Tuntutan Sosial & Budaya
Pemicu lainnya adalah karena tekanan sosial yang mengharuskanmu untuk menyesuaikan gaya hidup circle pertemanan atau lingkungan sekitar. Hal ini dapat mendorong seseorang mengeluarkan uang lebih banyak untuk mengikuti tren dan menjadi penyebab latte factor.
-
Tak Tahu Cara Kelola Keuangan
Selain itu, pengeluaran untuk membeli barang bernilai kecil juga dipicu sikap abai dan kurangnya pemahaman tentang cara mengelola keuangan. Padahal, pengeluaran kecil jika dilakukan dengan intensitas tinggi bisa berdampak besar terhadap kondisi finansial. Karena dianggap kecil, pengeluaran tersebut semakin tidak terkontrol selama kamu tak pandai dalam mengelola keuangan.
Dampak Latte Factor bagi Keuangan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, latte factor bisa berdampak cukup signifikan pada kondisi keuangan jika dilakukan dalam jangka panjang. Dampak paling terlihat dari kebiasaan ini adalah kamu kesulitan untuk menabung dan investasi.
Jika terus berlanjut, kamu tidak akan bisa meraih tujuan keuangan, tak mempunyai dana darurat, hingga kondisi finansial terus stagnan meski telah bertahun-tahun bekerja. Bahkan, memenuhi kebutuhan pokok seperti membayar tagihan bulanan akan terasa sulit karena pengeluaran tak terbendung imbas dari kebiasaan ini.
Tips Menghentikan Kebiasaan Latte Factor
Agar bisa terbebas dari belenggu latte factor, sebenarnya ada banyak cara yang bisa kamu lakukan, antara lain:
-
Buat Anggaran Belanja
Disebabkan oleh pengeluaran kecil yang sering kali diabaikan dan tak tercatat, latte factor bisa diatasi dengan membuat anggaran belanja bulanan atau mingguan. Prioritaskan keuangan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan sekunder, lalu cari celah untuk mengurangi pengeluaran yang tak diperlukan. Tergantung kondisi keuangan, kamu bisa mengatur keuangan dengan pola 70 persen untuk penuhi segala kebutuhan, 20 persen untuk tagihan kredit, dan 10 persen untuk tabungan agar kondisi keuangan terjaga.
-
Minimalkan Hasrat Membeli Kopi
Bagi pecinta kopi, terutama yang membeli di coffee shop via layanan pesan antar, minimalkan kebiasaan tersebut dan cari alternatif yang lebih ramah di kantong. Misalnya, kamu bisa beralih untuk membeli kopi instan dan menyeduhnya sendiri di rumah atau kantor. Lalu, penuhi hasrat membeli kopi ini dengan frekuensi yang lebih terbatas, seperti seminggu sekali agar pengeluaran tetap terjaga.
-
Sadari Pengeluaran Kecil Berdampak bagi Keuangan
Tips yang terakhir, kamu perlu menyadari jika pengeluaran kecil yang dilakukan berulang bisa memberi dampak signifikan bagi keuangan. Untuk itu, pahami bagaimana cara manajemen finansial yang tepat dan perbanyak edukasi tentang pentingnya mengelola pengeluaran dengan bijak. Cara ini ideal membantumu terlepas dari kebiasaan latte factor.
Lakukan Ini untuk Cegah Latte Factor
Selain tips menghentikannya, kamu juga perlu mencari tahu cara agar kebiasaan latte factor tak kembali muncul. Berikut beberapa di antaranya.
-
Biasakan Diri untuk Menabung
Agar tak lagi sering melakukan pengeluaran kecil, bangun kebiasaan untuk menabung dengan rutin. Meski sekadar mengalihkan pengeluaran kecil untuk menabung, kamu bisa mendapatkan hasil yang menjanjikan dalam jangka panjang. Misalnya, cukup sisihkan 10 persen gaji bulanan untuk ditabung agar bisa mengisi pos dana darurat ataupun meraih tujuan keuangan sesuai keinginanmu.
-
Menjauhi Utang Konsumtif
Selain itu, jauhi utang konsumtif yang kerap memicu munculnya latte factor. Contohnya, hindari penggunaan paylater atau kartu kredit untuk membeli kopi, camilan, atau barang lain yang tak terlalu dibutuhkan. Kalaupun saat ini masih terbebani utang, susun rencana keuangan agar bisa segera melunasinya dengan teratur, misalnya memprioritaskan pelunasan utang berbunga tinggi.
-
Punya Tujuan Finansial
Agar tergugah untuk menabung dan menghindari latte factor, kamu bisa mencanangkan tujuan finansial yang ingin diraih dalam jangka waktu tertentu. Sebagai contoh, buat tujuan keuangan untuk dana liburan di tahun depan. Dengan begitu, kamu bisa fokus mengalokasikan dana untuk meraih tujuan tersebut dan menghindari pengeluaran kecil.
-
Lebih Bijak Kelola Pengeluaran
Tak kalah penting, perhatikan segala pengeluaran yang kamu lakukan dan tanyakan ke diri sendiri apakah pembelian tersebut memang penting atau sekadar impulsif saja. Jika memang tak memberi manfaat apa pun, jangan ragu untuk memendam keinginan membeli barang yang tak dibutuhkan agar pengeluaran tidak membengkak.
Banyak Disepelekan, Jangan Sampai Latte Factor Jadi Penyebab Keuanganmu Berantakan
Karena nominalnya yang kecil, latte factor sering kali diabaikan oleh kebanyakan orang. Padahal, jika dilakukan berulang kali, pengeluaran kecil tersebut bisa berimbas besar pada kondisi keuanganmu. Untuk itu, pahami dampak dan cara menyiasati latte factor agar kebiasaan tersebut tak menjadi alasan kenapa kondisi keuanganmu tak kunjung berkembang.