Mengenal Alibaba Grup, Kerajaan Bisnis Milik Jack Ma dari China
Nama besar Alibaba sebagai perusahaan e-commerce raksasa tak terlepas dari pendirinya Jack Ma. Salah satu orang terkaya di China itu sukses membangun kerajaan Alibaba Grup ke berbagai sektor, mulai marketplace hingga ke industri film dan fintech. Mau tahu apa saja gurita bisnis Jack Ma, berikut ulasannya.
Bulan September lalu, Jack Ma mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO Alibaba Grup karena ingin fokus pada kegiatan filantropi dan edukasi. Saat ini, pucuk pimpinan kerajaan bisnis Alibaba dipegang Daniel Zhang.
Apapun keputusannya, Jack Ma tetaplah orang di balik kejayaan Alibaba. Perusahaan yang berdiri di China pada tahun 1999 itu tercatat memiliki valuasi sekitar USD420 miliar atau setara dengan Rp6.090 triliun (kurs Rp14.500 per dolar Amerika Serikat).
Tidak puas sampai di situ, mantan guru Bahasa Inggris itu juga menyuntikkan modal ke beberapa startup unicorn, yakni Tokopedia dan Lazada. Langkah Jack Ma tersebut merupakan salah satu strategi Alibaba menghadapi persaingan sengit di bisnis e-commerce, khususnya di China.
Jack Ma telah membuktikan kepada dunia bahwa dengan kegigihan dan semangat pantang menyerah, seseorang akan berhasil mewujudkan mimpinya. Dari guru miskin menjadi konglomerat China yang bergelimang harta lewat 11 gurita bisnisnya.
Baca Juga: Bagaimana Cara Jack Ma Membangun Bisnis Alibaba?
1. Alibaba.com
Alibaba.com
Alibaba.com merupakan perusahaan e-commerce yang didirikan Jack Ma dan rekannya pada tahun 1999. Marketplace tersebut adalah bisnis pertama Pria kelahiran 1964 itu. Alibaba telah menjadi salah satu e-commerce raksasa di dunia.
Jumlah pembeli di situs Alibaba.com diklaim sudah menjangkau 190 negara. Penggunanya tidak hanya individu, tapi juga pengecer, produsen, pedagang besar, Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak di bisnis ekspor impor, maupun agen perdagangan.
2. 1688.com
Tak hanya ingin berkutat pada Alibaba.com, Jack Ma menghadirkan situs 1688.com. Situs jual beli lokal untuk barang eceran maupun grosiran. Jadi mirip pasar grosir tapi via online. Barang-barang yang dijual beragam, mulai dari aksesoris, pakaian, perabotan rumah tangga, sampai produk minuman dan makanan lokal. Biasanya para pedagang besar ritel di China mendapat pasokan dari situs tersebut.
3. Taobao
Popularitas ponsel pintar dimanfaatkan Alibaba untuk melirik bisnis e-commerce yang ramah bagi pengguna ponsel. Berdiri pada 2003, Taobao merupakan situs e-commerce atau marketplace yang hampir mirip dengan e-Bay.
Sejak Juni 2011, Jack Ma menyatakan akan membagi Taobao menjadi tiga perusahaan yang berbeda, yaitu: eTao, Taobao Mall, dan Taobao Marketplace. Dalam proses layanan pelanggan, Taobao memiliki layanan agen belanja untuk mempermudah pelanggan dari asing atau dari luar China untuk menggunakan layanan mereka.
4. Alimama
Selang empat tahun kemudian, Alibaba kembali melakukan ekspansi bisnis. Mendirikan perusahaan di bidang teknologi pemasaran bernama Alimama pada tahun 2007. Alimama menyediakan platform yang menjawab kebutuhan pedagang, di mana mereka bisa menaruh display pemasaran di situs web dan aplikasi pihak ketiga. Dengan begitu, jangkauan promosi dan pemasaran akan semakin luas.
5. TMall
Tidak berhenti sampai disitu, pada periode 2008, Alibaba mengembangkan platform Business to Consumer (B2C) yang disebut TMall. Target yang dibidik adalah masyarakat kalangan atas karena platform ini menawarkan layanan premium. Kehadiran TMall telah menarik merek-merek asing untuk menggunakan platform tersebut.
6. Alibaba Cloud
Alibaba Cloud besutan Alibaba berdiri pada 2009. Perusahaan ini bermain di bisnis layanan cloud computing yang bisa digunakan para pelaku bisnis di China maupun negara lain di dunia, baik itu UKM, perusahaan besar, startup, maupun instansi pemerintah.
7. Ali Express
Setelah satu dekade, Alibaba terus melebarkan sayapnya dengan mendirikan perusahaan jasa logistik atau pengiriman barang di tahun 2010 bernama Ali Express. Dengan layanan tersebut, pembeli dari negara lain dapat membeli produk secara langsung melalui pedagang besar di China.
8. Cainiao Network
Perusahaan jaringan logistik yang dihadirkan Alibaba adalah Cainiao Network. Bukan tanpa alasan Jack Ma mendirikan perusahaan tersebut. Ada satu visi yang ingin dicapai, yakni untuk mengirim pesanan ke konsumen dalam waktu 24 jam di wilayah China dan hanya butuh waktu 72 jam ke negara lain.
Baca Juga: Mengenal Sosok Jack Ma, Si Pendiri E-Commerce Raksasa Alibaba
9. Ant Financial
Alibaba Grup pun ingin menjajal peruntungan dengan mendirikan fintech, Ant Financial pada tahun 2014. Kini, Ant Financial merupakan raksasa fintech asal China yang mendunia melalui aplikasi Alipay. Ant Financial menawarkan layanan inklusi keuangan yang aman bagi usaha kecil serta membangun sistem kredit bersama.
Ant Financial pada 1 November 2016, resmi menyuntikkan dana ke perusahaan Ascend Money yang merupakan induk perusahaan dari layanan e-money True Money. True Money sudah ada di Indonesia sejak September 2015 setelah mengakuisisi pemilik lisensi e-money di Indonesia, Witami Tunai Mandiri.
10. Alibaba Pictures
Ekspansinya terus meluas, Alibaba Grup bermain di bisnis film dan hiburan dengan mendirikan Alibaba Pictures. Tak main-main, pada 2016, perusahaan ini langsung membeli saham minoritas pemilik DreamWorks Pictures. Selain itu, merogoh ratusan juta dolar AS untuk membeli saham divisi sinema perusahaan China Wanda Film, dan berinvestasi di dua film ternama.
11. Youku
Youku adalah salah satu situs video streaming paling populer di China. Berkat kehadiran Youku, pendapatan Alibaba dari sektor ini melonjak lebih dari 40 persen setiap tahun.
Pemilik Saham Minoritas di Tokopedia
Pemilik Saham Minoritas di Tokopedia
Alibaba Grup berdiri dan dibesarkan oleh bisnis e-commerce yang dijalankan sejak 1999. “Nafas” ini sepertinya tidak akan pernah berhenti, sehingga berkomitmen investasi di Tokopedia yang merupakan salah satu marketplace terbesar di Indonesia. Alibaba menyuntikkan modal senilai USD1,1 miliar atau setara dengan Rp14,9 triliun pada 2017. Investasi ini pun masih menjadikan Alibaba Grup sebagai salah satu pemegang saham minoritas di Tokopedia.
Pemilik Saham Mayoritas di Lazada
Alibaba mengakuisisi 67% saham dari Lazada yang berbasis di Asia Tenggara senilai US$1 miliar pada 2016. Dengan akuisisi ini, Alibaba menjadi pemegang saham mayoritas di 6 negara, termasuk di Indonesia. Selanjutnya, Alibaba menyuntikkan modal kembali sebesar US$1 miliar pada 2017 untuk Lazada Group di pasar Asia Tenggara.
Belum berhenti sampai di situ, Alibaba lagi-lagi menginvestasikan US$2 miliar atau setara dengan Rp27 triliun sehingga total investasi Alibaba mencapai US$4 miliar di Lazada pada Maret 2018. Sebelum investasi ini, Alibaba telah memegang saham sebesar 83 persen di Lazada.
Kerja Sama dengan J&T Express
Alibaba dan J&T Express telah melakukan kerja sama pada 9 Mei 2017 yang menghasilkan perusahaan J&T Alibaba. Sinergi ini menjadikan J&T Express sebagai rekan untuk mensosialisasikan servis dari Alibaba, bukan sebagai mitra logistik.
Kamu Juga Bisa Sesukses Jack Ma
Tidak ada yang menyangka Jack Ma akan sesukses sekarang ini. Semua pencapaian tersebut tak terlepas dari kerja keras Sarjana dari Universitas Keguruan Hangzhou, China itu. Dari Jack Ma, kamu bisa belajar bahwa kalau mau sukses harus gigih, mau berkorban, pantang menyerah, dan rajin inovasi dalam membangun bisnis dari nol. Kegagalan bukan hal yang harus ditakuti, tapi dihadapi untuk menggapai kesuksesan.
Baca Juga: Bisnis Sukses Anak Jokowi untuk Inspirasi Bangun Bisnismu Sendiri