Prinsip Investasi High Risk, High Return, Apakah Patut Diterapkan?
Dalam berinvestasi, semua tentu paham bahwa ada beberapa hal penting yang patut dipertimbangkan. Selain besar nilainya, faktor risiko dari instrumen investasi yang dipilih pun tak boleh diabaikan. Pasalnya, hal tersebut akan menjadi faktor penentu keberhasilan dari tujuan investasi ke depannya.
Dalam hal ini, investor harus berhati-hati dalam memilih instrumen investasi. Pastikan memahami berbagai risiko yang mengintai, apakah tinggi, sedang, atau rendah. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk menganalisis untung atau tidaknya kegiatan investasi tersebut dilakukan.
Pemahaman risiko investasi juga erat hubungannya dengan prinsip high risk, high return yang artinya semakin besar risikonya, semakin besar pula keuntungan atau imbal hasil yang didapatkan. Dalam hal ini, investor cenderung mengabaikan fakta risiko demi mengejar besarnya keuntungan. Padahal hal tersebut belum tentu selamanya benar, lho.
Lalu, apa sebaiknya yang harus dilakukan investor dalam menghadapi faktor risiko dalam berinvestasi? Apakah prinsip high risk, high return memang bisa diterapkan? Begini penjelasannya.
Baca Juga: Investasi Bebas Risiko, Kenali Apa Itu Risk Free Rate dan Pilihan Instrumennya di Indonesia
Pentingnya Memahami Faktor Risiko sebelum Berinvestasi
Risiko dalam Berinvestasi
Beberapa orang memahami investasi sebagai ladang mencari cuan. Padahal, investasi juga penuh dengan risiko. Jika tak hati-hati dan penuh perhitungan, maka akan sangat mungkin mengalami kerugian.
Untuk itu, sangat perlu mempertimbangkan faktor risiko ketika hendak berinvestasi. Biasanya, investor cenderung mengambil risiko yang tinggi demi mendapatkan imbal hasil yang tinggi pula. Pola pikir seperti ini yang kemudian melahirkan prinsip high risk, high return.
Sejatinya, pemahaman seperti itu tidaklah salah. Investor tentu memiliki ekspektasi tersendiri terhadap imbal hasil yang didapatkannya. Hal ini sebagai wujud kompensasi karena telah memilih instrumen investasi tersebut, khususnya yang berisiko tinggi.
Di sisi lain, yang tak boleh diabaikan tentu saja faktor risiko dalam berinvestasi. Hal ini sepatutnya dijadikan pertimbangan sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Apalagi jika instrumen yang dipilih termasuk yang berisiko tinggi, sudah pasti diperlukan perhitungan yang benar-benar matang agar keuntungan yang didapatkan lebih maksimal.
Contohnya adalah saat memutuskan memilih instrumen investasi berisiko rendah seperti reksa dana pasar uang, kamu menaruh ekspektasi keuntungan di kisaran 3% per tahunnya. Ini tentu sesuai dengan penawaran yang diberikan, pun faktor risiko yang dihadapi yang terbilang “aman”. Jadilah kamu tak akan keberatan dengan besarnya nilai tersebut.
Ini akan berbeda jika instrumen yang dipilih adalah yang berisiko tinggi, seperti reksa dana saham. Kamu pasti menaruh ekspektasi tinggi terhadap imbal hasil yang akan didapatkan, kan? Ini dianggap sepadan mengingat risiko yang dihadapi pun juga terbilang tak main-main.
Baca Juga: Investasi Reksa Dana dan Unit Link, Mana yang Lebih Menguntungkan?
Apakah Prinsip High Risk, High Return Patut Diterapkan?
Melihat fakta di lapangan, apakah prinsip investasi high risk, high return terbukti kebenarannya? Jawabannya tentu saja tidak.
Nyatanya masih banyak investor yang siap menerima return tinggi tapi kurang memperhitungkan risiko. Akibatnya, ketika hasil yang didapat tak sesuai ekspektasi, timbulah kekecewaan. Lebih parahnya lagi, risiko yang tak diperhitungkan tersebut menimbulkan kerugian yang lumayan besar. Jika sudah begitu, tujuan dari investasi pun tak bisa dicapai, sebaliknya harus rela kehilangan sejumlah harta atau aset yang diinvestasikan.
Beberapa pihak berpendapat bahwa prinsip yang ideal sebenarnya adalah high risk, high expected return. Mengapa demikian? Karena ekspektasi dan keinginan dalam imbal hasil berinvestasi bersifat hanya di angan. Jadi, belum tentu bisa terealisasi.
Maksudnya, investor tentu menaruh harapan akan mendapatkan return yang tinggi dari setiap investasi yang dilakukannya. Namun, keinginan tersebut tidak bisa semena-mena terwujud. Ada banyak faktor yang memengaruhi, contohnya kondisi pasar, pergerakan ekonomi, nilai tukar mata uang, dan lain sebagainya.
Untuk itu, sangat penting untuk mengambil langkah guna meminimalisir risiko saat berinvestasi. Hal ini dilakukan untuk memelihara dan mengembangkan keberadaan aset. Jika hanya terpaku pada imbal hasil atau keuntungan tanpa memperhitungkan risikonya, investasi akan jauh terasa lebih memberatkan, terlebih saat pergerakan pasar mengalami penurunan atau portofolio juga mengalami kerugian.
Satu lagi yang perlu digaris bawahi adalah investasi dengan instrumen rendah risiko tetap berpeluang mendatangkan return yang lumayan. Pasalnya investasi ini relatif lebih mudah untuk dijalankan, baik pengelolaan risikonya pun besarnya imbal hasil yang didapatkan.
Jadi, lebih baik jangan mengabaikan investasi rendah risiko jika tak mau merugi. Akan jauh lebih baik untuk mempertimbangkannya dengan tujuan untuk menjaga nilai aset. Apalagi instrumen berisiko rendah ini pun pergerakannya juga relatif stabil, sehingga mudah dipantau dan dikelola secara maksimal.
Bijak Pahami Risiko Berinvestasi agar Tak Merugi
Setelah membaca uraian di atas, sudah tergambar kan bagaimana risiko dan return dalam berinvestasi saling terkait? Sejatinya, keuntungan dalam berinvestasi itu berada di luar kontrol, jadi tak bisa dianggap pasti. Semua yang diinginkan hanya berdasar pada ekspektasi. Untuk itu, akan lebih baik jika kamu selalu memperhitungkan risiko sebelum berinvestasi agar tak merugi.