Tak Sekadar Ambil Risiko, Ini Arti Risk Appetite dan Perannya pada Keputusan Investasimu
Saat berinvestasi, risiko dan peluang menjadi 2 hal yang saling berkaitan satu sama lain. Jika ingin mendapatkan potensi keuntungan yang tinggi, kamu juga harus bersiap menghadapi risiko kerugian yang tak kalah tinggi. Itulah mengapa pemahaman tentang risiko saat investasi menjadi hal yang penting bagi semua investor.
Berbicara soal pemahaman risiko investasi, apakah kamu pernah mendengar istilah risk appetite? Berbeda dengan toleransi risiko atau risk tolerance, risk appetite adalah kondisi di mana seorang investor bersedia mengambil risiko investasi untuk tujuan meraih keuntungan. Kecenderungan mengambil risiko untuk mendapatkan cuan menarik ini berbeda-beda bagi setiap investor
Lantas, seperti apa sih pengertian dan peran risk appetite ini di dunia investasi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut penjelasan tentang risk appetite dan manfaatnya untuk membantumu mengambil keputusan investasi.
Apa Itu Risk Appetite?
Di dunia investasi, mengambil risiko umumnya berkaitan dengan menoleransi potensi kerugian. Memahami risk appetite yang dimiliki membuatmu lebih mudah mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang jelas.
Secara umum, risk appetite adalah kondisi di mana investor bersedia mengambil risiko, tapi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di tingkat tertentu. Investor yang memiliki risk appetite tinggi umumnya akan memilih jenis instrumen investasi yang beragam pada portofolionya, seperti reksa dana atau saham.
Pengertian risk appetite lain adalah tingkat risiko yang rela diambil oleh investor untuk mencapai tujuan atau target investasinya. Istilah ini mengacu pada rangkaian sikap yang diambil oleh investor dalam menghadapi risiko saat berinvestasi.
Peran Risk Appetite pada Aktivitas Investasi
Bagi sebagian orang, risiko dianggap sebagai kesempatan dan hal menarik. Tapi, untuk sebagian orang lainnya, risiko malah memberikan perasaan takut dan tidak nyaman, serta menjadi paksaan yang harus dihadapi bagaimanapun juga.
Terlebih dalam konteks investasi, risiko adalah hal yang tak akan pernah bisa dipisahkan, khususnya jika ingin meraih keuntungan yang tinggi. Pasalnya, risiko dan keuntungan dalam dunia investasi selayaknya 2 sisi pada koin, di mana untuk mendapatkan imbal hasil tinggi investor harus bersiap menelan risiko kerugian yang tak kalah tingginya.
Oleh karena itu, setiap investor disarankan untuk mengetahui profil risikonya agar mengetahui tingkat toleransinya dalam mengambil risiko. Biasanya, profil risiko ini ditentukan oleh beberapa faktor, seperti usia, gaya hidup, dan tujuan investasi yang seiring waktu bisa berubah.
Dengan memahami sikap dalam menghadapi risiko, kamu bisa lebih optimal menanam modal. Hindari mengambil risiko terlalu tinggi dari risk appetite karena bisa membuat aktivitas investasi terganggu. Bahkan, di titik tertentu, salah mengambil risiko akan menyebabkan rasa kecewa yang membuatmu berhenti investasi atau menelan kerugian terlampau besar hingga tujuan investasi gagal diraih.
Beda Risk Appetite dan Risk Tolerance
Mirip dengan risk appetite, ada pula istilah yang disebut sebagai risk tolerance. Meski sekilas mirip, tapi kedua istilah ini memiliki arti yang berbeda dan penting untuk dipahami oleh investor.
Jika risk appetite menunjukkan kesediaan investor dalam mengambil risiko untuk meraih keuntungan atau tujuan investasinya, risk tolerance lebih mengarah ke toleransi risiko investor. Toleransi risiko ini wajib dipertimbangkan dengan matang dalam mengambil langkah investasi, termasuk saat menentukan tujuan, opsi instrumen investasi, dan potensi keuntungan.
Dalam kata lain, risk tolerance adalah batas maksimal dan minimal risiko yang bisa diambil oleh investor saat menanam modal. Dengan memperhatikan toleransi risikonya, investor mampu lebih cermat berinvestasi dengan menyesuaikan jangka waktu, modal, dan tujuannya.
Cara Mengetahui Risk Appetite
Ada beberapa aspek yang bisa dicermati oleh investor untuk mengetahui tingkat risk appetite yang dimilikinya, antara lain:
1. Usia
Secara umum, investor dengan usia muda memiliki durasi investasi yang lebih panjang. Hal ini membuat mereka lebih mampu menghadapi risiko yang tinggi untuk meraih potensi keuntungan yang menjanjikan.
Sebaliknya, investor yang lebih tua memiliki jangka waktu investasi lebih singkat untuk mencapai tujuannya. Sehingga, mereka akan lebih berhati-hati dalam berinvestasi guna memastikan uangnya bisa bertumbuh dengan stabil dan siap meraih tujuan investasi saat jatuh tempo.
2. Pemasukan
Investor dengan pemasukan tinggi umumnya mempunyai lebih banyak uang dingin yang bisa dijadikan sebagai modal investasi. Karena itu, mereka biasanya mampu menanggung risiko yang lebih tinggi saat menanam modal.
3. Tujuan Investasi
Selain itu, faktor yang mampu mempengaruhi risk appetite seseorang adalah tujuan investasinya. Pahami dengan jelas alasanmu berinvestasi dan jangka waktunya. Misalnya, untuk jangka pendek, risk appetite yang kamu miliki biasanya rendah, sementara investasi jangka panjang akan lebih ideal jika berani mengambil instrumen berisiko tinggi.
Hubungan Risiko dan Keuntungan Investasi
Keterkaitan antara risiko dan keuntungan menentukan segala keputusan investasi. Semakin tinggi tingkat risiko yang bersedia diambil investor, potensi keuntungan yang mungkin didapatkannya akan lebih menarik. Walaupun begitu, risiko yang tinggi tak selalu menjanjikan keuntungan yang sama tingginya sehingga investor perlu menyesuaikannya dengan risk appetite yang dimiliki.
Terkait hal tersebut, selalu pertimbangkan tingkat risiko dan keuntungan investasi sebelum mengambil keputusan. Matangkan dulu langkah investasi dengan menyesuaikan kebutuhan, tujuan, dan kondisi agar tak sampai berisiko membuat aktivitas menanam modal berantakan. Jika memang risiko yang diambil tak sebanding dengan potensi keuntungan, maka ada baiknya hindari mengambil keputusan investasi tersebut.
Cara Meminimalkan Risiko dengan Diversifikasi
Biasanya, investor akan melakukan strategi diversifikasi untuk mengakali tingkat risiko yang dihadapinya. Diversifikasi adalah strategi membagi risiko investasi dengan membeli beberapa aset atau instrumen sekaligus. Sebagai contoh, saat membeli saham dengan tingkat risiko tinggi, kamu menyeimbangkannya dengan membeli aset pendapatan tetap dan pasar uang yang lebih stabil.
Langkah ini krusial dilakukan investor untuk memastikan potensi keuntungan yang didapatkannya optimal, sekaligus meminimalkan risiko. Tentunya, investor perlu menyesuaikan porsi aset yang didiversifikasikannya dengan risk appetite dan risk tolerance.
Misalnya, jika memiliki risk appetite tinggi, tidak ada salahnya membeli saham dengan porsi yang lebih besar untuk memaksimalkan keuntungan. Seiring waktu, ketika mengalami penyesuaian risk appetite, mulai alihkan sebagian modal di saham ke instrumen yang lebih stabil untuk menekan risiko.
Intinya, diversifikasi merupakan langkah untuk mencapai keseimbangan aset pada portofolio sesuai dengan tujuan investasi dan kondisi keuangan saat ini. Jadi, jika ada aset yang memiliki performa buruk, aset lain masih mampu menjaga nilai portofolio investasi agar tak anjlok terlalu dalam.
Tepat Ambil Keputusan Investasi dengan Memahami Risk Appetite Diri
Dengan memahami risk appetite yang dimiliki, kamu bisa mengambil posisi investasi yang lebih jelas dan berlandaskan pertimbangan yang tepat. Hal ini mampu membantumu mengetahui peluang yang menarik untuk diambil, tanpa menghadapi risiko yang terlalu tinggi. Jadi, aktivitas investasi pun bisa berlangsung lebih lancar untuk meraih tujuan secara lebih optimal.