Mengenal Risk Tolerance, Komponen yang Memudahkan Investor Ambil Keputusan Investasi
Di dunia investasi, risiko dan keuntungan adalah 2 hal yang saling berkaitan dan tak bisa dipisahkan satu sama lain. Jika ingin meraih keuntungan menjanjikan saat investasi, investor harus bersiap menanggung risiko kerugian yang tak kalah tinggi. Untuk menyiasati hal tersebut, setiap investor perlu memahami tentang batas toleransi risiko yang dimilikinya atau dalam istilahnya disebut risk tolerance.
Tapi, apa sih yang dimaksud dengan risk tolerance atau toleransi risiko ini dalam konteks investasi? Juga, apa hal yang membuat risk tolerance mampu membantu investor dalam berinvestasi dan memudahkannya mengambil keputusan dengan lebih tepat?
Nah, untuk memahami lebih lanjut tentang apa itu risk tolerance dan segala hal penting seputarnya, simak panduan berikut ini.
Pengertian Risk Tolerance
Risk tolerance, atau dalam bahasa Indonesia disebut toleransi risiko, adalah tingkatan risiko yang bisa diterima oleh investor ketika menanam modal di sebuah instrumen investasi. Toleransi risiko ini menggambarkan besarnya risiko kerugian yang bisa ditahan oleh investor dengan melihat tingkat volatilitas nilai aset investasi.
Merupakan aspek penting di dunia investasi, risk tolerance sering kali digunakan untuk menentukan jenis instrumen dan nominal investasi yang sebaiknya dipilih oleh investor. Pertimbangan mengenai risk tolerance bisa membuat investor lebih matang mengambil keputusan investasi, termasuk nominal modal, tujuan, instrumen, dan potensi keuntungan.
Definisi risk tolerance lainnya adalah batas maksimal maupun batas minimal risiko yang bisa diambil investor. Sehingga, ketika mencari tahu tentang risk tolerance, hal yang penting dipahami adalah seberapa besar kerugian yang siap ditanggung investor untuk mendapatkan imbal hasil investasi sesuai harapan.
Manfaat Pahami Risk Tolerance saat Investasi
Seperti yang kita tahu, dalam dunia investasi dikenal prinsip high risk high return. Jika memiliki memiliki toleransi risiko tinggi, investor berpeluang mendapatkan keuntungan menjanjikan dengan membeli aset investasi seperti saham, reksa dana ekuitas, dan ETF atau exchange traded fund.
Sementara investor dengan risk tolerance rendah, instrumen yang lebih stabil dan minim risiko lebih diutamakan, seperti reksa dana obligasi, pendapatan tetap, dan deposito. Tujuannya agar motivasi untuk menanam modal tidak sirna karena harus menanggung kerugian di luar toleransi yang dimiliki.
Semua instrumen investasi pasti melibatkan tingkat risiko tertentu dan mengetahui toleransi risiko mampu membantu investor merencanakan alokasi portofolio investasinya. Selain itu, risk tolerance juga mampu membantu investor menentukan bagaimana cara berinvestasi dengan optimal.
Sebenarnya, tidak sulit untuk mengetahui berapa batas toleransi risiko investasi yang kamu miliki. Ada banyak platform online yang menyediakan fitur untuk mengetahui risk tolerance investor, termasuk survei dan kuesioner yang berkaitan dengan hal tersebut.
Selain itu, kamu juga bisa melihat riwayat imbal hasil dari kelas aset yang tertentu. Dengan begitu, kamu bisa mengetahui tingkat volatilitas atau fluktuasi harga dan menyesuaikannya dengan risk tolerance yang dimiliki.
Faktor yang Pengaruhi Risk Tolerance
Jangka Waktu Investasi | Terkait risk tolerance, investor pasti menyesuaikannya dengan jangka waktu investasi yang dimilikinya. Sebagai contoh, investor dengan tujuan investasi jangka panjang bisa menanam modal di aset berisiko tinggi untuk memaksimalkan keuntungan. Sebaliknya, instrumen berisiko rendah lebih ideal dipilih oleh investor dengan tujuan finansial jangka pendek karena mampu menjamin stabilitas dan nilai pokok investasinya. |
Tingkat Pemasukan | Tidak hanya itu, risk tolerance seseorang juga seringkali dipengaruhi oleh kapasitas pemasukannya. Misalnya, investor akan lebih berani berinvestasi di instrumen berisiko tinggi ketika memiliki sumber pemasukan yang besar dan stabil dibanding investor dengan pemasukan lebih rendah. |
Kepemilikan Aset Lain |
Faktor lain yang mempengaruhi risk tolerance investor adalah keberadaan aset lain yang dimilikinya. Contohnya, investor yang telah memiliki rumah pribadi, simpanan pensiun, jaminan sosial, dan warisan umumnya mempunyai toleransi risiko lebih fleksibel dibanding investor yang masih memiliki banyak tanggungan. |
Kapasitas Portofolio | Terakhir, risk tolerance investor juga bisa dipengaruhi oleh kapasitas atau alokasi modal yang ada di portofolio investasinya serta telah didiversifikasi. Semakin besar alokasi modal di portofolio investasinya, investor mampu mentoleransi kerugian dengan lebih baik. Pasalnya, persentase kerugiannya akan menjadi lebih kecil dibanding investor dengan kapasitas portofolio lebih terbatas. |
Jenis Risk Tolerance yang Biasa Dimiliki Investor
Mengacu dari tingkat risiko yang bisa ditoleransinya, investor bisa dibedakan kedalam 3 jenis, yaitu investor agresif, investor moderat, dan investor konservatif. Masing-masing jenis investor berdasarkan risk tolerance tersebut tentu memiliki karakteristik dan strategi investasi yang berbeda. Berikut adalah penjelasannya.
Jenis Risk Tolerance | Penjelasan |
Investor Agresif | Investor agresif adalah sebutan untuk mereka yang memiliki risk tolerance tinggi dan berani kehilangan uang demi meraih potensi keuntungan menjanjikan. Investor jenis ini cenderung memilih sekuritas dan instrumen investasi dengan volatilitas tinggi seperti saham. Investor agresif juga kerap menggunakan strategi yang mampu membantunya mendapatkan rerata imbal hasil lebih besar. Contohnya berfokus pada kenaikan nilai investasi dibanding menjaga pokok modalnya. Tentunya, diversifikasi ke instrumen berisiko lebih kecil tetap dianjurkan pada investor jenis ini guna meminimalkan kerugian. |
Investor Moderat | Selanjutnya ada investor moderat yang ingin menumbuhkan uangnya dengan optimal tanpa terlalu berisiko mengalami kerugian. Tujuan investor jenis ini adalah menyeimbangkan tingkat risiko dan peluang keuntungannya. Biasanya, investor moderat memiliki alokasi portofolio investasi yang tak jauh berbeda, misalnya 50 persen saham dan 50 persen obligasi atau dengan persentase 60/40. |
Investor Konservatif |
Sementara untuk investor konservatif adalah investor yang memiliki risk tolerance paling rendah di antara jenis investor lainnya. Investor jenis ini umumnya mempunyai tujuan investasi jangka pendek sehingga lebih cenderung memilih instrumen investasi stabil dan minim resiko. Contohnya adalah obligasi, reksa dana pasar uang, dan deposito. |
Risk Tolerance Adalah Kunci untuk Tepat Ambil Keputusan Investasi
Setiap investor pasti mempunyai toleransi risiko berbeda yang mampu mempengaruhi keputusannya dalam menanam modal. Tergantung beberapa faktor tertentu, seperti jangka waktu & tujuan, jumlah pemasukan, kepemilikan aset lain, serta kapasitas portofolio investasi, risk tolerance antar investor pasti berbeda. Jadi, pahami risk tolerance yang kamu miliki agar mampu mengambil keputusan terbaik dan optimal saat berinvestasi.