Tidak Melulu Gaji Besar, Ini yang Dicari Milenial dalam Bekerja
Setiap orang memiliki harapan yang berbeda terhadap kariernya. Bekerja bukan sekadar mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi lebih dari itu.
Pun kaum milenial. Generasi kelahiran 1980-1995 atau berada pada rentang usia 25-40 tahun. Kelompok ini masuk usia produktif, yakni umur 15-64 tahun.
Di usia tersebut lagi semangat-semangatnya bekerja, aktif, energik, senang mencari pengalaman, kreatif dan inovatif, merintis karier. Orang yang masuk dalam kelompok umur ini sangat suka dengan tantangan. Berani mengambil risiko.
Ekspektasi mereka untuk perkembangan karier sangat tinggi, sehingga milenial lebih selektif dalam memilih pekerjaan maupun perusahaan tempatnya bekerja.
Namun demikian, tetap berada pada jalur pendidikan, bidang yang dikuasai, passion, minat, serta kemampuan dan keahlian mereka. Berikut harapan generasi milenial dalam meniti karier di sebuah perusahaan:
1. Ingin mengembangkan diri
Umumnya, milenial senang dengan hal-hal baru. Menerima tantangan bekerja pada bidang yang baru demi "label" pengembangan diri. Milenial ingin diberi kesempatan mengembangkan diri di perusahaan. Meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka.
Oleh karena itu, milenial akan mengambil pekerjaan di perusahaan yang dapat memberi kesempatan tersebut, seperti pelatihan, seminar, beasiswa pendidikan.
Jika keterampilan, keahlian, atau kompetensi meningkat, mereka percaya karier akan melesat. Gaji pun otomatis bakal mengikutinya.
Paling penting lagi, mereka akan lebih loyal terhadap perusahaan karena mampu memberikan fasilitas pengembangan diri bagi karyawan secara memadai. Gairah kerja dan produktivitas bakal meningkat.
2. Apresiasi dari perusahaan
Milenial akan merasa dihargai ketika mendapatkan apresiasi dari atasan maupun perusahaan atas kerja keras dan kerja cerdasnya selama ini. Inilah yang diharapkan milenial dalam berkarier.
Apresiasi tidak melulu harus berbentuk uang, seperti bonus. Tetapi terkadang ucapan terima kasih saja sudah cukup membuat karyawan merasa dihargai.
Sebab banyak atasan maupun perusahaan yang ‘berat’ sekali mengucapkan dua kata tersebut. Alibi perusahaan, karena itu sudah menjadi tanggung jawab dan tugas karyawan.
Buat milenial, lebih baik meninggalkan karier mereka di perusahaan yang tidak mengapresiasi kinerja karyawan ketimbang bertahan. Mereka beranggapan dapat mencari kantor lain yang lebih baik, khususnya perusahaan yang menghargai karyawannya.
3. Menambah relasi atau networking
Sebenarnya milenial bukanlah generasi anti sosial. Mereka tetap bergaul. Senang bertemu lebih banyak orang. Menjalin pertemanan dengan siapapun.
Begitupun dalam bekerja atau berkarier. Milenial berharap dapat memperluas jaringan atau relasinya. Baik itu dengan klien perusahaan, partner atau mitra kerja perusahaan, para pimpinan perusahaan, dan lainnya.
Oleh karenanya, mereka antusias apabila diajak atau dilibatkan dalam projek-projek perusahaan karena bisa bertemu dengan orang baru. Cara ini bisa menambah relasi mereka dan menjadi keuntungan di masa depan bagi milenial.
Misalnya bila kamu ingin banting stir membuka usaha , dapat mengontak relasi atau kenalanmu untuk jadi investor, rekan bisnis, atau malah menjadi mentor.
Bisa juga sebaliknya, saat relasi tersebut membutuhkan tenaga kerja di perusahaannya, kamu bisa direkrut atau istilahnya ‘dibajak’ mengisi posisi level pimpinan karena dia sudah tahu kinerjamu.
4. Fleksibilitas dalam bekerja
Namanya juga milenial, maunya bekerja sesuka hati. Kalau saklek di kantor selama kurang lebih 8 jam di depan komputer, dianggap sudah ketinggalan zaman.
Mereka menginginkan perusahaan memberi fleksibilitas dalam bekerja. Contohnya punya keleluasaan bekerja di luar kantor, seperti co-hive, kafe, atau bekerja dari rumah.
Dengan cara ini, milenial tetap produktif tanpa stres karena seharian di kantor. Sehingga dapat memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan lingkungan, termasuk perusahaan.