Mengenal Profil Risiko Investasi dan Tipe-Tipe Investor Berdasarkan Kepribadian
Di zaman sekarang, investasi menjadi salah satu kegiatan yang populer dilakukan oleh banyak orang khususnya untuk menyiapkan dana di masa depan. Melalui investasi, penanaman modal dalam bentuk uang atau aset berharga ke dalam sebuah investasi bisa menghasilkan keuntungan yang berlipat dalam jangka waktu tertentu.
Sedikit berbeda dengan menabung, Tujuan investasi tidak lain dan tidak bukan adalah untuk melipatgandakan uang dan meningkatkan kekayaan.
Singkatnya nih, semakin rutin kamu berinvestasi, maka semakin besar juga keuntungan yang didapat dalam jangka waktu tertentu. Apalagi jika alokasi dana dan instrumen investasi yang dipilih tepat.
Namun tahukah kamu? Untuk memilih instrumen investasi yang tepat, selain perlu mengetahui terlebih dahulu berapa target dana yang perlu dikumpulkan dan jangka waktunya, kita juga perlu mengetahui profil risiko kita sebagai seorang investor.
Profil risiko ini merupakan komponen penting dalam berinvestasi. Karena selain bisa membantumu memilih instrumen investasi yang tepat, kamu juga bisa lebih nyaman berinvestasi sesuai dengan karakter dan kepribadian masing-masing terutama untuk investor pemula.
Nah kali ini, Cermati.com akan membahas lebih lengkap soal apa itu profil risiko dan tipe-tipe investor yang dikelompokkan berdasarkan hal tersebut. Yuk Sobat Cermat, kita simak pembahasannya berikut ini.
Apa Itu Profil Risiko?
Profil Risiko
Risk profile atau profil risiko adalah sebuah indikator untuk mengetahui tingkat toleransi seseorang dalam menghadapi suatu risiko. Melalui profil risiko ini kita bisa mengidentifikasi bagaimana reaksi dan toleransi seseorang terhadap potensi kerugian yang mungkin saja terjadi saat berinvestasi.
Misalnya nih, ketika kamu berinvestasi saham di pasar modal, tentu saja akan ada potensi kerugian dimana nilai saham seringkali naik atau turun karena kondisi pasar yang tidak stabil dalam kurun waktu tertentu.
Apabila memiliki tingkat toleransi risiko yang tinggi, maka kamu tergolong sebagai investor agresif. Sehingga bisa tetap tenang dan bisa terus konsisten berinvestasi tanpa rasa khawatir yang berlebih. Sebaliknya, jika memiliki tingkat toleransi risiko yang rendah, maka kamu mungkin tergolong sebagai investor konservatif. Sehingga, perlu memilih instrumen investasi lain selain saham lain yang lebih stabil seperti reksadana pasar uang atau deposito.
Ingat ya, semakin besar tingkat return atau imbal hasil yang ditawarkan dalam sebuah instrumen investasi, maka semakin besar juga risiko investasinya.
Bagaimana Cara Mengetahui Profil Risiko?
Untuk menentukan profil risiko seseorang, ada suatu proses yang dinamakan penilaian risiko (risk profiling). Proses penilaian risiko ini dilakukan dengan cara menjawab beberapa pertanyaan untuk mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan dalam menentukan profil risiko seseorang.
Berikut ini adalah beberapa contoh pertanyaan dan data yang dibutuhkan untuk menentukan profil risiko yang diambil dari Cermati.com:
1. Kapan Kamu Lahir?
2. Apakah Kamu Sudah Menikah dan Memiliki Tanggungan?
3. Berapa Pendapatan Tiap Bulan dalam Rumah Tangga Kamu?
4. Berapa Nilai Total Kekayaan Kamu?
5. Apa yang Paling Kamu Utamakan dalam Berinvestasi?
6. Jika Kamu Sudah Investasi di Sebuah Produk, Tiba-Tiba Harga Produknya Turun Drastis, Apa yang Akan Kamu Lakukan?
Hasil Penilaian Risiko
Nah dari beberapa pertanyaan di atas, kita sudah bisa menyimpulkan nih beberapa komponen penilaian yang pada umumnya mempengaruhi profil risiko seseorang:
- Usia: Seorang investor yang berusia muda cenderung memiliki toleransi risiko yang tinggi. Sedangkan untuk investor yang berusia lebih tua atau memasuki usia pensiun cenderung memiliki toleransi risiko yang lebih rendah.
- Jumlah Tanggungan: Seorang investor yang belum menikah atau tidak memiliki tanggungan cenderung memiliki toleransi risiko yang lebih tinggi. Dana yang bisa disisihkan untuk investasi akan lebih besar, dan memilih instrumen yang lebih berisiko. Sedangkan untuk investor yang sudah berkeluarga atau memiliki tanggungan, dana yang bisa disisihkan akan lebih sedikit dan instrumen yang dipilih juga biasanya minim risiko karena banyak keperluan lain dalam keluarga yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
- Jumlah Pendapatan: Semakin tinggi pendapatan, maka toleransi risiko juga akan semakin tinggi. Seseorang dengan sumber pendapatan yang tinggi, bisa lebih banyak menyisihkan uang mereka untuk berinvestasi, dan akan cenderung memilih instrumen yang lebih berisiko. Sebaliknya, semakin rendah pendapatan, maka jumlah uang yang diinvestasikan juga akan semakin sedikit dan cenderung menghindari risiko.
- Jumlah Kekayaan: Seorang investor yang memiliki jumlah harta atau kekayaan yang besar tentu akan memiliki toleransi risiko yang lebih tinggi, karena dapat berinvestasi dengan lebih agresif dengan cadangan dana yang lebih besar. Sedangkan investor dengan jumlah kekayaan yang lebih sedikit, cenderung memiliki toleransi risiko yang lebih rendah dan menghindari risiko, karena cadangan dana yang lebih sedikit.
- Jenis Pekerjaan: Jika kamu bekerja dan memiliki penghasilan yang tidak menentu seperti freelancer, maka toleransi risiko saat berinvestasi akan lebih rendah, dibandingkan dengan investor yang bekerja sebagai profesional atau karyawan yang memiliki penghasilan tetap.
- Pengetahuan: Semakin kamu paham dan mengerti berbagai jenis investasi beserta risikonya masing-masing, maka toleransi risiko akan semakin tinggi. Memiliki pengetahuan akan berbagai instrumen investasi bisa membuat portofolio investasi kamu lebih beragam, sehingga risiko kerugian bisa diminimalisir dengan melakukan diversifikasi. Sebaliknya, seseorang dengan pengetahuan investasi yang minim akan memiliki toleransi risiko lebih rendah karena biasanya hanya berinvestasi di instrumen dengan jenis yang lebih terbatas dan minim risiko.
Profil risiko seseorang dapat berubah dari waktu ke waktu, tergantung pada perubahan dalam siklus kehidupan. Misalnya karena faktor penghasilan yang bertambah atau memiliki tujuan investasi yang baru. Strategi dan instrumen investasi yang dipilih saat kamu berumur 22 tahun dan masih single tentunya akan berbeda saat berumur 40 tahun dan berkeluarga bukan?
Oleh karena itu, penting untuk menilai profil risiko secara berkala karena dapat berubah sewaktu-waktu selama masa hidup kita tergantung pada kondisi dan prioritas.
Baca Juga: Masih Nabung Aja? Yuk Pahami Dulu Pengertian, Konsep, Manfaat, dan Jenis Investasi
Apa Saja Tipe-Tipe Investor Berdasarkan Profil Risiko?
Setelah mengetahui apa itu profil risiko dan bagaimana cara mengukurnya, berikut ini adalah penjelasan tipe-tipe investor yang dibagi berdasarkan profil risikonya masing-masing:
Tipe Investor | Toleransi Risiko | Profil Investor | Rekomendasi Instrumen Investasi |
---|---|---|---|
Sangat Konservatif | Sangat Rendah | Tipe investor yang lebih mementingkan imbal hasil/keuntungan yang terukur dan mengutamakan keamanan dana pada portofolio investasi mereka. |
Deposito Tabungan Berjangka Emas |
Konservatif | Rendah | Tipe investor yang mengutamakan nilai portofolio yang stabil dan imbal hasil/keuntungan melebihi suku bunga deposito. |
Reksadana Pasar Uang Surat Berharga Negara (SUN) |
Moderat | Menengah | Tipe investor moderat tergolong cukup berani mengambil risiko saat berinvestasi untuk mendapatkan imbal hasil/keuntungan yang lebih besar. Namun tetap masih berhati-hati terhadap perubahan nilai investasi pada portofolio mereka. |
Reksadana Pendapatan Tetap Reksadana Campuran Obligasi |
Agresif | Tinggi | Tipe investor yang tujuan investasinya mencari keuntungan/imbal hasil semaksimal mungkin. Biasanya cenderung tidak mudah panik apabila terjadi perubahan nilai investasi pada portofolio mereka dan berinvestasi pada instrumen yang berpotensi mengalami kerugian dalam jumlah besar. |
Saham Reksadana Saham |
Tipe Investor Sangat Konservatif: Tipe investor ini umumnya memiliki tingkat toleransi risiko yang sangat rendah dan lebih mementingkan imbal hasil yang terukur serta mengutamakan keamanan dana pada portofolio investasi mereka. Beberapa contoh rekomendasi instrumen investasi yang cocok untuk tipe investor ini antara lain:
- Tabungan Berjangka.
- Deposito.
- Emas.
Tipe Investor Konservatif: Tipe investor konservatif biasanya memiliki tingkat toleransi risiko yang relatif rendah. Investor tipe konservatif biasanya mengutamakan portofolio investasi yang stabil dan mencari imbal hasil mereka. Beberapa contoh rekomendasi instrumen investasi yang cocok untuk tipe investor ini antara lain:
- Reksadana Pasar Uang.
- Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Tipe Investor Moderat: Tipe investor moderat memiliki tingkat toleransi risiko menengah, tergolong cukup berani mengambil risiko saat berinvestasi namun tetap masih berhati-hati terhadap perubahan nilai investasi pada portofolio investasi mereka. Beberapa contoh rekomendasi instrumen investasi yang cocok untuk tipe investor ini antara lain:
Profil Risiko Agresif: Tipe investor dengan tingkat toleransi risiko tinggi yang tujuan investasinya mencari keuntungan/imbal hasil maksimal. Investor tipe ini umumnya tidak mudah panik apabila terjadi perubahan nilai investasi pada portofolio mereka dan berinvestasi di instrumen investasi yang berpotensi mengalami kerugian dalam jumlah besar namun menawarkan keuntungan yang tinggi. Beberapa contoh rekomendasi instrumen investasi yang cocok untuk tipe investor ini antara lain:
- Reksadana Saham
- Saham
Baca Juga: Efektif Capai Tujuan Finansial Keluarga dengan Investasi, Begini Tips Menyisihkan Uang Belanja
Mengenal Konsep Risiko Investasi
Konsep Risiko Investasi
Risiko investasi adalah potensi kerugian yang dapat dialami seorang investor dari kegiatan investasi. Artinya imbal hasil atau keuntungan investasi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Return dan risiko investasi selalu berbanding lurus. Bila return atau keuntungan investasi besar, akan diikuti risiko yang tinggi pula. Sebaliknya, jika keuntungan investasi kecil, biasanya risiko investasinya rendah.
Nah, buat kamu yang ingin terjun dan mulai berinvestasi, terutama investor pemula penting untuk mengenai profil risiko masing-masing seperti yang dijelaskan di atas.
Cara Mengurangi Risiko Investasi
Jika sudah mengetahui profil risiko dan termasuk tipe investor seperti apa, maka selanjutnya adalah melakukan manajemen risiko investasi. Hal ini juga penting dilakukan supaya risiko bisa mengurangi risiko investasi dalam jangka waktu tertentu sesuai tujuan investasi yang telah ditentukan.
Cermati.com sangat menyarankan kamu para Sobat Cermat untuk menerapkan beberapa hal di bawah ini ya:
1. Sisihkan Dana Sesuai Kemampuan dan Modal
Investasi adalah aktivitas mengelola keuangan yang membutuhkan modal. Sebagai investor, penting untuk menyisihkan sejumlah dana secara rutin sesuai dengan kemampuan dan penghasilan. Berinvestasilah apabila dana untuk kebutuhan pokok dan dana darurat sudah terpenuhi.
Idealnya, sisihkan kurang lebih 10 s.d. 20% dari total penghasilan kamu tiap bulan untuk alokasi dana investasi. Apabila kebutuhan lain sudah terpenuhi, barulah porsinya bisa ditingkatkan ya. Misalnya, jika kamu memiliki penghasilan bulanan sebesar Rp5 juta, maka setidaknya sisihkan Rp500 ribu (10%) untuk dana investasi.
Selain itu, pertimbangkan juga besaran dana darurat atau tabungan yang kamu miliki. Seperti penjelasan di atas, Seorang investor yang memang memiliki jumlah harta yang besar akan memiliki toleransi risiko yang relatif tinggi, karena bisa berinvestasi dengan lebih berani atau agresif karena masih punya cadangan dana yang besar. Untuk kamu yang memiliki jumlah harta yang tidak terlalu besar, ada baiknya berinvestasi dengan lebih hati-hati dan memilih instrumen investasi yang minim risiko sambil menyiapkan dana darurat ya.
2. Punya Tujuan Investasi yang Jelas
Kedua, sebagai investor sudah seharusnya kamu mempunyai tujuan investasi yang jelas. Setiap investor pasti memiliki tujuan investasi yang berbeda-beda bukan? Karena itu penting untuk menentukan dari awal dengan jelas apa tujuan investasimu sebelum mulai menempatkan dana di dalam sebuah instrumen investasi.
Contohnya nih, di luar sana, ada investor yang hanya ingin mengumpulkan uang untuk DP mobil, DP rumah, atau renovasi rumah sehingga memilih instrumen investasi jangka pendek. Tetapi ada juga yang memang berniat investasi jangka panjang untuk persiapan dana pensiun, dana pernikahan, dana pendidikan anak, dan lainnya.
Menentukan tujuan investasi yang jelas ini tentunya mencakup beberapa hal. Untuk kamu yang masih bingung, coba tanyakan 3 pertanyaan ini:
- Berapa jumlah dana yang harus dikumpulkan?
- Berapa lama kamu berharap dana itu bisa terkumpul?
- Berapa kira-kira dana yang bisa kamu alokasikan untuk investasi secara rutin?
Jika ketiga pertanyaan tersebut sudah terjawab, maka kamu sudah bisa mulai menentukan profil risiko berdasarkan tujuan investasi tersebut. Tujuannya supaya bisa memilih instrumen investasi yang tepat sesuai dengan tujuan investasi dan kondisi keuangan saat ini.
3. Terus Belajar dan Perdalam Ilmu Investasi
Jangan lupa juga untuk terus disiplin mempelajari instrumen investasi yang kamu pilih dan lainnya sehingga bisa makin cermat berinvestasi ya. Tidak harus menjadi ahli, tapi setidaknya kamu harus paham ilmu-ilmu dasarnya saja agar investasi dapat dikelola dengan baik. Dengan ilmu tersebut, investor tahu kapan harus membeli suatu investasi dan kapan harus melepasnya untuk beralih ke instrumen lain.
Dengan demikian, modal yang dimiliki tidak “diam di tempat”. Melainkan terus berputar sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan.
4. Lakukan Diversifikasi Investasi
Yang terakhir dan yang tidak kalah penting adalah jangan lupa melakukan diversifikasi investasi. Diversifikasi investasi sendiri artinya menempatkan modal investasi di lebih dari satu jenis instrumen investasi untuk mengurangi potensi risiko kerugian.
Ada istilah yang mengatakan “Jangan Menaruh Telur dalam 1 Keranjang”. Hal ini juga berlaku saat kamu berinvestasi. Sebagai seorang investor, ada baiknya tidak menaruh semua dana pada satu instrumen investasi saja, namun disebar ke banyak instrumen sesuai tujuan investasi.
Misalnya kamu tergolong sebagai investor bertipe agresif dan berinvestasi saham untuk mengumpulkan dana pernikahan. Alokasikan 60% dana investasi pada saham-saham yang menawarkan return tinggi dan bagus, kemudian 40% sisanya diinvestasikan ke instrumen dengan risiko lebih rendah, seperti deposito atau reksadana pasar uang.
Seandainya dana investasi yang kamu tempatkan di saham turun, ada investasi lain yang tetap memberi keuntungan. Modal kamu juga tidak habis semua di dalam 1 instrumen investasi saja, tetapi sebagian juga berkembang melalui diversifikasi.
Baca Juga: Jadikan Diri Lebih Disiplin, Ini Pentingnya Memiliki Target Menabung dan Sederet Tips Mewujudkannya
Investasi Sesuai dengan Profil Risiko
Risiko investasi akan selalu ada. Karena itu, pastikan kamu terus mempelajari, mengukur, dan mengelola investasi dengan benar serta tepat sesuai dengan tujuan investasi atau profil risiko masing-masing ya.
Selama masih memungkinkan, gunakan uangmu untuk sesuatu yang produktif dan positif, salah satunya adalah investasi. Saat ini, pilihan instrumen investasi sangat banyak yang dapat kamu pilih sesuai profil risiko. Akses untuk berbagai produk investasi Jadi, tak perlu takut memulai investasi dari sekarang.
Ingat ya Sobat Cermat, semakin dini kamu berinvestasi, maka akan semakin cepat kamu mendapatkan keuntungan di masa depan.