5 Tips Investasi Saham saat Lebaran agar THR Gak Mubazir
Investasi memang gak ada matinya. Jalan terus meski kondisi ekonomi masih dalam masa pemulihan akibat pandemi beberapa tahun lalu. Dalam situasi seperti ini, saatnya untuk memacu investasi, termasuk di investasi saham.
Meski begitu, investasi saham saat momen Lebaran tidak boleh sembarangan. Kamu tetap harus jeli memilih atau membeli saham terbaik agar memberi keuntungan.
Baca Juga: 5 Dosa Keuangan yang Bisa Bikin Kamu Melarat Usai Lebaran
Investasi Saham saat Lebaran, Perlu atau Tidak?
Investasi saham saat Lebaran, perlu atau tidak?
Menjelang Lebaran biasanya identik dengan banyak uang, dapat gaji, sekaligus THR atau Tunjangan Hari Raya.
Buat kamu yang gak punya utang, momen Lebaran bisa jadi keuanganmu berlebih. Sebab, THR dan gaji tidak dipakai untuk membayar cicilan utang. Hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan Lebaran.
Saat punya uang lebih inilah, kamu tetap harus berinvestasi. Jangan diabaikan karena tujuannya demi masa depan keuangan yang lebih baik.
Investasi perlu konsisten dan disiplin menyisihkan uang, meski kondisi ekonomi Indonesia sedang sulit. Toh, keuanganmu tidak pailit. Tetap sehat. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak investasi, termasuk di saham.
Menurut Analis Saham yang juga merupakan Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, pada masa kritis, tetap ada peluang yang bisa dimanfaatkan untuk investasi di pasar modal, terutama saham. Sebab, biasanya di masa krisis, harga saham bergerak turun.
“Saat periode krisis, paling penting adalah value investor , yaitu harga Rp100 ribu dijual Rp10 ribu, itu yang harus dibeli. Ketika ada koreksi harga saham atau pasar melemah, itulah waktu yang tepat untuk membeli saham dan berinvestasi jangka panjang,” saran Hans.
Tips Investasi Saham saat Lebaran
Tips investasi saham saat Lebaran
Berikut tips investasi saham saat Lebaran yang dapat dipertimbangkan.
-
Atur Bujet Investasi Saham
Mau investasi dengan menggunakan THR atau gaji, alokasikan sedikitnya 20%. Jika THR kamu Rp5 juta, sisihkan Rp1 juta untuk investasi saham.
Sisihkan di awal begitu kamu menerima gaji atau THR. Bukan di akhir dari sisa gaji atau THR. Bisa-bisa malah gak ada sisa dan akhirnya gagal investasi saham.
-
Beli Saham dari Perusahaan atau Industri yang Tidak Mudah Terdampak Situasi Ekonomi
Kalau kamu tipe investor konservatif, maunya cari aman, beli saham dari perusahaan atau sektor industri yang tidak mudah terdampak gemparan ekonomi, seperti pandemi kemarin. Maka, kamu bisa memilih perusahaan consumer goods dan telekomunikasi, misalnya.
Perusahaan di sektor industri tersebut diyakini punya fundamental yang kuat. Jadi, bisnisnya mampu bertahan meski ada hantaman resesi.
Namun, perlu diingat, membeli saham perusahaan yang bisnisnya aman, tidak akan bangkrut karena memiliki kinerja keuangan yang bagus, jangan berharap harganya murah atau dapat diskon besar.
Biasanya, perusahaan-perusahaan kategori ini masuk di indeks saham unggulan dengan harga yang terbilang mahal. Misalnya harga Rp8.500 per lembar saham. Kalau bujet investasi Rp1 juta, berarti cuma bisa beli 117,65 lembar saham. Itu artinya hanya sebanyak 1 lot lebih.
-
Beli Saham dari Perusahaan atau Industri yang Terkena Dampak Situasi Ekonomi
Pilihan lain, beli saham dari perusahaan atau sektor industri yang sangat terpukul akibat situasi ekonomi yang sedang tidak baik. Contohnya pada saat pandemi kemarin, industri yang terpukul ialah industri travel, pariwisata, perhotelan, properti, ritel, dan lainnya.
Kamu bisa membeli lebih banyak saham dari perusahaan-perusahaan tersebut karena harga sahamnya turun tajam, terdiskon, atau banting harga.
Akan tetapi, jangan asal beli. Belilah saham perusahaan terkena dampak perekonomian, tetapi tetap memiliki kinerja keuangan bagus meski tak ada omzet sehingga bisnis bisa bertahan. Selain itu, pilih perusahaan yang diperkirakan ketika situasi ekonomi membaik diyakini bisa memberi keuntungan berlipat. Ini cocok buat kamu yang tipenya agresif atau berani mengambil risiko.
-
Lakukan Diversifikasi
Jika punya anggaran investasi cukup besar, kamu dapat mengombinasikan pembelian saham. Ini sebagai langkah diversifikasi.
Beli saham perusahaan yang terdampak, juga mengoleksi saham-saham yang tidak terpengaruh situasi perekonomian. Jadi, kalau ada saham yang rugi, saham yang lain memberi keuntungan.
Atau diversifikasi investasi ini bisa dilakukan dengan memiliki instrumen lain, seperti reksa dana, emas, deposito, atau properti.
-
Berinvesatasi dengan Reksa dana Saham
Salah satu keuntungan berinvestasi di reksa dana, apa pun jenisnya, adalah bebas pajak. Berbeda dengan investasi saham yang dikenakan pajak sebesar 0,1% per penjualan. Selain itu, kamu juga harus membayar pajak 10% saat menerima dividen.
Reksa dana saham juga merupakan pilihan yang paling cocok bagi yang baru mulai berinvestasi di saham dengan risiko rendah. Sebab, keputusan investasi yang akan dilakukan didelegasikan kepada manajer investasi.
Selain itu saham yang bisa dibeli melalui reksa dana saham bisa didapatkan dengan nominal yang sangat terjangkau, mulai dari Rp10 ribu. Berbeda halnya dengan saham yang minimum pembeliannya 1 lot. Harga 1 lotnya juga cukup bervariasi, tergantung harga saham per lembarnya.
Jangan Lakukan Beli Kucing dalam Karung
Beli saham jangan karena hasutan, bujukan, rayuan, atau karena ikut-ikutan orang lain. Ini sama saja seperti beli kucing dalam karung.
Beli saham yang telah kamu kenali perusahaan dan reputasi pemiliknya. Semua itu dilakukan dengan cara analisis.
Di cek yang punya siapa, laporan keuangannya masuk akal atau tidak. Dalam laporan keuangan, dibedah lagi, misal utangnya wajar gak, valuasinya murah atau mahal, return on equity (ROE) atau tingkat pengembalian investasinya.
Dengan begitu, beli saham pakai otak, bukan nafsu. Hasilnya pun menjadi jelas dan maksimal. Tidak hanya cuan kecil, tetapi bisa ratusan atau ribuan persen.
Baca juga: 5 Langkah Cerdas Mengelola Keuangan di Bulan Ramadan