Uang Rp100 Ribu Sekarang Dapat Apa, Sih?
“Belanja dengan uang Rp100 ribu sekarang dapat apa?”
Sepenggal kalimat ini memang tengah ramai jadi bahan perbincangan kalangan netizen. Bermula dari seloroh sosok pengusaha muda yang terjun ke dunia politik, Sandiaga S. Uno, belum lama ini, yang menyebutkan uang seratus ribu sekarang ini hanya cukup untuk membeli bawang dan cabai.
Sepintas, tidak ada yang salah dengan kalimat itu. Dan benar saja, uang segitu itu ternyata masih cukup besar bila hanya sekedar membeli kebutuhan pokok untuk sehari. Atau sebaliknya, nyatanya sangat kecil untuk memenuhi keperluan tertentu.
Tapi, apakah benar uang Rp100 ribu itu sekarang ini ‘tidak ada nilainya’? Mari kita lihat hitung-hitungannya.
Tentu saja, besaran nilai rupiah sekarang ini tidak bisa dibandingkan secara langsung dengan beberapa tahun lalu. Praktis secara nilai pasti berbeda, karena faktanya semakin hari dari tahun ke tahun nilai mata uang mengalami perubahan, lebih tepatnya rendah secara nilai.
Lalu, mengapa uang Rp100 ribu sekarang tidak bisa disamakan dengan tahun-tahun lalu? Simak ulasan Cermati.com berikut ini.
Idealnya, Bandingkan Nilai Rupiah secara ‘Apple to Apple’
Ilustrasi kurs IDR-USD
Tentu saja, mengantongi uang Rp100 ribu sekarang ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan -katakanlah- 5 tahun yang lalu. Secara angka memang sama, tapi secara nilai sangat jauh berbeda.
Dahulu, uang Rp100 ribu rasanya cukup besar, tapi sekarang justru sepertinya sangat kecil. Bahkan tak sedikit orang bilang “pegang uang seratus ribu sekarang enggak berasa banget, ya. Sekali keluar rumah tahu-tahu habis gitu aja. Tapi dulu kayaknya duit seratus ribu itu bisa berhari-hari enggak habis-habis!”
Semua itu akibat tergerusnya nilai tukar rupiah. Lagi-lagi, ini dipengaruhi oleh pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Tengok saja pada 20 Mei 2013, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) USD-IDR Bank Indonesia, kala itu mata uang Garuda masih di Rp9.760 per dolar AS.
Sementara, nilai tukar saat ini sudah berada di kisaran Rp14 ribuan, bahkan pada 5 September 2018 sempat menyentuh level Rp14.927 setiap 1 dolar AS. Artinya, selama kurun waktu 5 tahun terakhir nilai rupiah tergerus hingga Rp5.000an.
Terang saja, bila nilai seratus ribu sekarang ini jauh berbeda dibanding lima tahun lalu. Ibaratnya, jika sekarang pegang uang Rp100 ribu, itu artinya sama seperti punya uang hanya sekitar Rp50an ribu saja. Jadi, nilainya turun hampir separuhnya. Kok, bisa?
Begini hitungannya:
Hitungan sederhana kurs yang mendekati Rp100 ribu setara dengan US$10 (pada 5 tahun lalu).
Uang Rp100 ribu 5 tahun lalu
- Kurs Rp9.760 setiap 1 dolar AS (20 Mei 2013)
- Rp9.760 x US$10 = Rp97.600
Uang Rp100 ribu sekarang
- Kurs Rp14.927 setiap 1 dolar AS (5 September 2018)
- Rp14.927 x US$10 = Rp149.270
Ada selisih antara nilai 10 dolar AS sekarang dengan 5 tahun lalu
- Rp149.270 (sekarang) – Rp97.600 (5 tahun lalu) = Rp51.670 (selisihnya)
Artinya, jika punya uang sekitar Rp100 ribu di zaman sekarang, sama saja seperti pegang uang senilai Rp51.670.
Jadi, gambaran mudahnya kalau mau membandingkan uang Rp100 ribu 5 tahun lalu itu apple to apple alias sesuai porsi sama dengan Rp150 ribu di zaman sekarang.
Wajar saja kalau belanja dengan Rp100 ribu lima tahun lalu itu dapat banyak, sedangkan belanja dengan Rp100 ribu sekarang ini jauh lebih sedikit.
Baca Juga: Rupiah Nyaris Sentuh Rp15.000 Per USD, Saatnya Jual Dolar?
Selain Karena Kurs, Nilai Rupiah juga Tergerus Inflasi
Inflasi tinggi menyebabkan harga-harga barang naik
Selain dipengaruhi oleh pelemahan rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS, nilai mata uang kita juga disebabkan oleh dampak inflasi. Kenaikan indeks harga konsumen atau inflasi inilah yang juga mengerek harga-harga barang di pasar.
Lihat saja, tarif transportasi lambat laun naik dari tahun ke tahun, harga barang kebutuhan sehari-hari juga naik, tarif jasa naik, hingga akhirnya upah karyawan pun menyesuaikan alias dinaikkan sesuai besaran kenaikan inflasi.
Artinya, secara umum nominal kenaikan gaji itu hanya menyesuaikan besaran inflasi, sementara secara nilai tidak mengalami perubahan. Wajar saja bila mungkin banyak karyawan yang mengeluhkan “gaji naik tapi kok rasanya sama aja seperti sebelumnya, alias cepet habis juga untuk memenuhi kebutuhan yang sama seperti sebelumnya.”
Yup, begitulah adanya.
Nah, terlepas dari perbandingan nilai uang sekarang dengan beberapa tahun silam, sebenarnya seberapa besar sih nilai Rp100 ribu sekarang ini untuk bisa dibilang cukup memenuhi kebutuhan seseorang? Simak ulasannya.
Baca Juga: 7 Usaha Ini Makin Diuntungkan karena Pelemahan Rupiah
Beda Gaya Hidup, Beda Kebutuhan
Kalau punya uang Rp100 ribu buat apa ya?
Mungkin, bagi orang kaya uang Rp100 ribu sekarang ini tidak ada artinya. Wajar saja, seiring dengan taraf hidupnya yang meningkat, otomatis gaya hidup pun juga mengikuti.
Mulai dari jenis kebutuhan pokok hingga sekunder yang mereka beli pun berbeda. Barangkali, tidak lagi melihat kuantitas, tapi lebih kepada kualitas, serta gengsi.
Tentu saja, dengan uang Rp100 ribu, itu bukan nominal yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya dalam sehari. Bahkan bisa saja uang segitu hanya cukup untuk secangkir kopi dan uang parkir saja!
Pastinya berbeda jika dibandingkan dengan mereka yang memang pendapatannya biasa saja. Gaya hidupnya pun otomatis menyesuiakan. Nah, uang Rp100 ribu itu pun sangat berarti dan memutar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jadi, terlepas “kaya” atau “miskin”, gaya hidup seseorang memang sangat memengaruhi seberapa bernilai uang Rp100 ribu itu.
Bagi yang berpenghasilan pas-pasan, namun memiliki gaya hidup cenderung hedon, tentu uang Rp100 itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Tapi, bagi yang punya gaya hidup sederhana dan lebih memilih menjaga keuangan tetap stabil, dengan gaji mepet itu pun semua kebutuhan utama bisa dipenuhi dengan baik. Bahkan, merelakan godaan sekadar ingin belanja atau bersenang-senang.
Nah, nilai uang Rp100 ribu itu, kalau mau lihat bisa buat beli apa saja, berikut rinciannya sesuai dengan gaya hidup dan kebutuhan masing-masing orang.
1. Sekali Kongko di Kafe
Ilustrasi minum kopi di kafe
Yup, sekarang ini kongko-kongko di kafe sembari menyeruput secangkir kopi sudah jadi kebutuhan hampir semua kalangan. Tentu saja, harga secangkir kopi di kafe yang jadi destinasi untuk nongkrong ini tidaklah murah.
Sebut saja Starbucks Café, Excelso Café, atau Kopi Luwak Café, dan lainnya, yang rata-rata harga minuman berkafein ini dibanderol sekitar Rp20-67 ribuan tergantung ukuran dan jenisnya, mulai dari yang premium hingga yang paling sederhana.
Tentu saja, rasanya tidak afdal bila menikmati secangkir kopi tanpa ditemani dengan makanan ringan saat berjam-jam duduk kongko bersama teman-teman. Tahu sendiri, harga sepotong biskuit atau roti dan seiris kue di tempat-tempat seperti ini juga tidak semurah jajanan di warkop (warung kopi) kaki lima. Makanan ringan di kafe 'elite' ini pun dipatok dengan harga mulai dari Rp14 ribuan hingga Rp47 ribuan.
Mari kita hitung, katakanlah pilih menu kopi dan roti yang harganya di tengah-tengah, misal:
- 1 Café Latte Venti Rp46.000
- 1 iris Brownie Cake Rp24.000
- 1 botol air mineral Rp15.000
- Tax and Service 10% (dari total belanja Rp75.000) sebesar Rp8.500
- Parkir motor di pusat perbelanjaan 3 jam Rp4.000
Total = Rp97.500. Jika bawa uang Rp100.000, maka uang tersisa hanya Rp2.500 saja.
2. Sekali Makan Berdua di Restoran
Bagaimana dengan makan di restoran dan bawa uang Rp100 ribu? Tentu tidak semua makanan yang dijual di resto itu mahal, pun demikian tidak semua menu berharga murah.
Tapi dengan uang segitu, pilihan menu pun tidak bisa sembarangan alias bukan menu yang mahal seperti seporsi beef steak atau fish and chips maupun makanan premium lainnya.
Artinya, pilihan menu yang masih cukup ramah dengan bujet Rp100 ribu itu adalah makanan sederhana. Tentu saja, ketika makan, sepaket dengan minuman itu seolah jadi keharusan.
Nah, makanan apa sih yang bisa dinikmati di restoran dengan bujet Rp100 ribu? Katakanlah yang paling populer di sini adalah makanan cepat saji (fast food) seperti KFC, Mc Donnald, CFC, Wendy’s, dan lainnya.
Rata-rata menu utama dibanderol dengan harga Rp20an ribu hingga ratusan ribu, tergantung jenis dan paketan menunya. Katakanlah, makan berdua di salah satu restoran cepat saji itu dengan pilihan menu berikut ini:
- Paket Ber-2 Kareem Chicken Combo 2 seharga Rp88.182
- Tax and service 10% Rp8.818,2
- Parkir motor 2 jam Rp3.000
Total = Rp100.000. Tidak ada uang tersisa.
3. Makan Sekeluarga di Rumah dalam 1 Hari
Ilustrasi makan malam bersama keluarga
Nah, uang Rp100 ribu ini pun ternyata cukup untuk makan sehari 3 kali seluruh anggota keluarga, katakanlah terdiri dari 4 orang, yakni 2 orangtua dan 2 orang anak dewasa. Tentu saja, syaratnya adalah memasak makanan sendiri di rumah dengan menu sederhana.
Hitung saja bila 3 kali makan dengan menu berbeda dalam satu hari, seperti pagi sarapan roti oles selai, makan siang nasi lengkap dengan sayur dan lauk ayam, makan malam nasi lengkap dengan sayur dan lauk telur. Mari kita hitung biaya belanjanya:
- Beras 1 liter Rp10.000
- Sayuran sop 2 bungkus Rp15.000
- Ayam dada 4 potong Rp32.000
- Sayuran tumis (tauge + tahu) Rp8.000
- Telur 4 butir Rp8.000
- Bumbu dapur Rp5.000
- Roti tawar 1 bungkus Rp12.500
- Selai cokelat bungkus kecil Rp9.500
Total = Rp100.000. Tidak ada uang tersisa dan syaratnya tidak ada ongkos saat beli bahan-bahan makanan tersebut.
Boros atau Hemat itu Tergantung Orangnya
Nah, dari ulasan di atas, tentu saja hemat atau boros, cukup atau tidak, dengan uang Rp100 ribu itu tergantung bagaimana kita menyikapinya dan sesuai dengan kebutuhan. Lagi-lagi, menyesuaikan kebutuhan dengan penghasilan yang diterima setiap bulannya itu penting. Jangan sampai seperti pepatah ‘besar pasak daripada tiang’. Pandai-pandailah mengatur keuangan agar tak bernasib seperti nasihat lama itu.