Menyingkap Kiprah Anthony Salim Bersama Salim Group yang Sukses Bertahan Selama Tiga Generasi
Anthony Salim (Liem Hong Sien) lahir di Kudus, Jawa Tengah, pada tanggal 25 Oktober 1949. Kini berusia 72 tahun, beliau ialah pengusaha dan investor kenamaan Tanah Air. Sepak terjangnya dikenal luas berkat kesuksesan Salim Group, Indofood, termasuk Indomaret.
Bos besar Indomie ini sempat mengenyam pendidikan di Nescot (North East Surrey College of Technology) dan St. Joseph’s Institution. Nama Anthony Salim juga masuk dalam daftar 10 Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh versi media Warta Ekonomi di tahun 2005. Predikat tersebut ia dapatkan lantaran Anthony sukses membangun kembali Salim Group yang sempat goyah saat krisis ekonomi 1998.
Berkat keberhasilannya sebagai pengusaha, nama Anthony Salim masuk dalam jajaran orang terkaya Republik Indonesia versi Forbes 2022. Adapun total kekayaannya sekarang telah menyentuh angka Rp121,55 triliun (setara 8,5 miliar Dollar AS).
Baca Juga: Inspirasi Sudono Salim: Dari Gelandangan Tiongkok hingga Jadi Bos Indofood
Putra Pengusaha Konglomerat yang Berjaya
Soedono Salim / Sudono Salim (Sumber: kumparan.com)
Anthony ialah putra bungsu dari ibu bernama Lie Las Nio dan ayahnya, mendiang Soedono Salim (Liem Sioe Liong). Ia mempunyai tiga orang kakak, yaitu Albert Salim, Andre Salim, dan Mira Salim.
Almarhum ayahnya, Soedono alias Liem, dikenal sebagai salah satu pengusaha mapan dan terkuat Tanah Air. Masa keemasan dan kejayaan sang ayah serta sejumlah perusahaannya sudah diketahui banyak orang dan melegenda.
Dulunya, sang ayah tak hanya dikenal sebagai pendiri dari Salim Group dan Bank BCA. Liem juga mempunyai Indomobil, Indofood, Indocement, Indosiar, Indomaret, Indomarco, PT Mega, PT Hanurata, Bank Windu Kencana, PT Waringin Kencana, dan masih banyak lagi.
Hingga ketika itu, Forbes pernah menobatkan sang ayah sebagai salah satu pengusaha paling kaya Indonesia. Terlebih, di masa hidupnya sang ayah pun diketahui bersahabat dekat dengan Presiden RI kedua, Soeharto, selama puluhan tahun sewaktu Orde Baru.
Dihantam Utang Saat Krisis Moneter
Anthony diketahui menjadi CEO Salim Group per tahun 1998-2016 lalu. Tak hanya mewarisi otak bisnis dari sang ayah. Anthony Salim juga mengikuti teladan positif lainnya seperti teliti, ulet, komunikatif, tekad yang kuat, serta jeli dalam menganalisa pasar.
Terbukti, ia berhasil mengatasi situasi genting yang pernah menggoyahkan bisnis Salim Group. Krisis moneter yang melanda Indonesia di tahun 1998 sempat memengaruhi tampuk kejayaan Salim Group beserta bisnisnya. Waktu itu, Salim Group terlilit utang sebesar Rp55 triliun.
Sebagai akibatnya, Salim Group pun harus rela melepas sejumlah perusahaannya guna melunasi utang tersebut. Anthony yang saat itu berkuasa atas bisnis ayahnya kemudian menjual PT Indomobil Sukses Internasional, PT BCA, dan juga PT Indocement Tunggal Perkasa.
Sukses Bersama Indofood dan Bogasari
Anthony Salim (Sumber: voi.id)
Kendati demikian, Anthony mempertahankan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang memproduksi Indomie hingga salah satu divisinya, PT Bogasari Flour Mills, penghasil tepung terigu. Hingga kini, kedua nama perusahaan ini termasuk produsen mie instan dan tepung terigu paling besar di dunia.
Tak tanggung-tanggung, produk Indomie yang dihasilkan Indofood menjadi mie instan terpopuler hingga ke mancanegara. Kilas balik ke tahun 2009, Indofood mencatatkan laba bersih mereka sebesar Rp2 triliun. Padahal saat itu, harga komoditas tengah bergejolak, namun Indofood berhasil melampauinya.
Indomie bersama Supermi dan Sarimi yang telah menjadi bagian dari Indofood terus menjadi makanan favorit masyarakat. Sehingga di tahun 2019-2022, laba bersih Indofood berhasil mencapai Rp2,36 triliun. Perolehan angka tersebut naik hingga 36,4% dibandingkan kuartal sebelumnya, yakni Rp1,73 triliun.
Sementara itu, produk lainnya dari Indofood dan Bogasari yang laris manis mencakup tepung terigu Bogasari Segitiga Biru, Cakra Kembar, Kunci Biru. Termasuk susu Indomilk, minyak goreng Bimoli, mentega Simas Palmia, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Perjalanan Bisnis Salim Group hingga Jadi Salah Satu Konglomerat di Indonesia
Semakin Inovatif Memperluas Usaha
Guna memperbesar pangsa pasar, Anthony Salim sempat menggandeng Nestle S.A. untuk bekerja sama. Sebagai strategi bisnisnya, ia bahkan berani menyetorkan 50% dari sahamnya.
PT Nestle Indonesia adalah anak perusahaan Nestle S.A. yang pusatnya berada di Vevey, Swiss. Perusahaan besar ini telah malang melintang beroperasi di Indonesia selama lebih dari 100 tahun.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Nestle Indonesia lantas bekerja sama dalam bentuk joint venture. Perusahaan kemitraan yang digagas pada tahun 2005 tersebut lantas diberi nama PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia (NICI), dengan skema proporsi saham 50-50.
NICI kemudian sukses menghasilkan berbagai produk bumbu masakan yang dipasarkan di seluruh Nusantara. Beranjak ke tahun 2018, kedua mitra tersebut kemudian berpisah demi terjadinya percepatan value creation dari perusahaan masing-masing.
Mempelopori Minimarket Waralaba Tanah Air
Anthony Salim (Sumber: voiceofasean.com)
Adapun mini swalayan Indomaret menjadi salah satu ladang uang dari Salim Group. Berdiri sejak tahun 1988, perusahaan berkonsep franchise (waralaba) ini memiliki lebih dari 170 ribu orang karyawan dan tersebar di 19.276 lokasi.
Yang menarik, konsep bisnis waralaba ini merupakan yang pertama dan Indomaret menjadi pelopor di ranah minimarket Tanah Air. Karena terobosannya mendapat sambutan hangat dari masyarakat, Indomaret meraih penghargaan Perusahaan Waralaba Unggul 2003 dari Pemerintah RI.
Per tahun 2020, Indomaret mengantongi total income sebesar Rp86,12 triliun dengan laba bersih menembus Rp1,1 triliun. Di bawah organisasi induk Indoritel dan Indomarco Perdana, PT Indomarco Prismatama menyediakan beragam kebutuhan pokok (lebih dari 5.000 jenis produk) dengan harga hemat bagi masyarakat luas.
Indomaret terus berkembang pesat dan selalu terdepan dengan gerai tokonya yang mencapai lebih dari 19.891 per Maret 2022. Keberadaannya pun kian diperkuat dengan anak perusahaannya, Indogrosir yang berkonsep bisnis Pusat Perkulakan.
Salah Satu Pengusaha Paling Kaya di Tanah Air
Menurut Forbes, Anthony Salim beserta keluarganya telah mengantongi kekayaan yang mencapai sekitar Rp121, 55 triliun di tahun 2022 ini. Jumlah tersebut setara dengan 8,5 miliar Dollar AS.
Dengan demikian, Anthony Salim masuk ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Ia menempati urutan berikutnya setelah Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono di posisi puncak, serta Keluarga Widjaja yang berada di bawahnya.
Mewariskan Perusahaan kepada Generasi Ketiga Keluarga Salim
Anthony menikahi Siti Margareth Jusuf di usia yang ke-25. Keduanya kemudian dikaruniai tiga orang anak. Mereka ialah Axton Salim, Astrid Salim, serta Alston Salim; yang belakangan berganti nama menjadi Alston Stephanus.
Axton selaku putra sulungnya lahir pada tahun 1979 dan mengenyam kuliah Administrasi Bisnis di Colorado, Amerika Serikat. Ia juga ikut menggawangi beragam warisan bisnis keluarganya, seperti Indofood dan IndoAgri.
Adapun Alston Salim, putra bungsunya, lebih dikenal publik sebagai Alston Stephanus. Lahir di tahun 1987, Alston juga sukses berkiprah sebagai desainer aksesori, founder, dan Creative Director dari label perhiasan mewahnya—Alston Stephanus Accessories sejak 2005. Selain itu, ia juga populer sebagai cosplayer yang kerap bergaya busana layaknya seorang Victorian.
Berita Terbaru Anthony Salim
Salim Group memang sempat melepas sejumlah anak perusahaannya. Bank Central Asia (BCA) diketahui telah berpindah tangan ke Djarum Group. Ada pula Pepsi-Cola Indobeverages yang sudah tutup dan hengkang dari Tanah Air.
Adapun Indosiar Karya Media kabarnya telah dijual ke Elang Mahkota Teknologi lalu beralih ke Surya Citra Media. Yayasan Anugerah Musik Indonesia juga telah beralih kepemilikan dan kini dipegang oleh MNC Corporation, sedangkan Nuansa Karya Berita diberitakan sudah tutup.
Walaupun demikian, patah tumbuh hilang berganti. Gugur satu tumbuh seribu. Salim Group terus maju dan berekspansi dengan sejumlah bisnis lainnya di berbagai sektor.
Seluruh perluasan bisnis dan produk mereka mencakup di bidang keuangan, media, telekomunikasi, ritel, keuangan, restoran, serta makanan dan minuman. Di antaranya yaitu Elshinta Media Group yang menaungi Elshinta Radio, Elshinta TV, Fit Radio, Elshinta.com, eMajels, dan Elshinta Peduli Kemanusiaan.
Adapun FiberStar, CBN (Cyberindo Aditama), CAR (Central Asia Raya), Indolife, Indomaret, Indogrosir, Indofood, Indofood CBP, Salim Ivomas Pratama, Indomobil Group, dan Supermal Karawaci juga merupakan bagian dari Salim Group. Selain itu, Intikom Berlian Mustika, ACA (Asuransi Central Asia), Kentucky Fried Chicken, Super Indo, Total Chemindo Loka, hingga Bank Ina Perdana (29,02%) pun beroperasi di bawah naungan Salim Group.
Lebih lanjut, keluarga Salim dikabarkan mempunyai saham di perusahaan investasi di Hong Kong, First Pacific, dengan aset senilai 27 miliar Dollar AS di enam negara. Salim Group juga mempunyai konsesi penebangan dan kepemilikan atas perkebunan kelapa sawit sekitar 1.000 kilometer persegi.
Salim Group diketahui turut andil dalam industri entertainment dan pengembangan properti selama lebih dari 30 tahun. Bisnis Salim Group termasuk dalam lapangan golf, hotel dan pengembangan resort, serta real estate komersial yang terus unggul dan berkompetisi hingga saat ini.
Baca Juga: Harga Saham ICBP Hari Ini - PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)