Apa Perbedaan Peer-To-Peer (P2P) Lending dengan Crowdfunding? Ini Penjelasannya
Seorang pengusaha dituntut untuk memiliki berbagai macam ide yang cemerlang. Ide-ide inilah yang kemudian menjadi awal dalam mengembangkan usaha yang sedang dijalankan.
Namun, mengembangkan usaha tentu tidak cukup hanya mengandalkan ide semata. Sebab berbagai komponen lainnya juga tak kalah penting dalam mendukung jalannya usaha. Salah satunya adalah modal usaha yang akan digunakan nantinya.
Untuk mendapatkan modal usaha, tentulah bukan pekerjaan yang mudah. Mengingat modal ini bisa saja Anda butuhkan dalam jumlah yang cukup besar. Akan semakin rumit apabila ternyata Anda belum bisa memenuhi persyaratan untuk mengajukan pinjaman ke bank.
Ini menjadi salah satu kendala bagi para pengusaha apalagi yang baru saja merintis usaha untuk pertama kalinya. Memang bukan perkara yang mudah untuk bisa mendapatkan sejumlah pinjaman, bukan?
Baca Juga: Cari Pinjaman Uang? Ini Empat Tempat Untuk Mendapatkannya
Sistem yang Lebih Mudah dan Simpel
Ilustrasi Peer-to-Peer Lending via shutterstock.com
Keberadaan financial technology (fintech) menjadi salah satu pilihan dalam mendapatkan pendanaan belakangan ini. Hadir dalam bentuk yang modern dan simpel menjadi alasan mengapa sistem ini populer.
Ada dua sistem terbilang baru di Indonesia yang diperkenalkan lewat fintech, yakni Peer-to-Peer (P2P) dan Crowdfunding. Kedua sistem ini memang terkesan memiliki kesamaan antara satu dan yang lainnya. Jika ditelisik lebih dalam, keduanya memiliki perbedaan yang cukup besar.
1. Peer-to-Peer (P2P) Lending
Peer-to-Peer (P2P) merupakan suatu sistem (platform) yang mempertemukan pemberi pinjaman (kreditur) dengan peminjam (debitur). Dalam P2P, uang yang dipinjam juga dikenakan sejumlah bunga yang per bulannya bersaing dengan bunga Kredit Tanpa Agunan (KTA).
Dalam praktiknya, kegiatan pinjam-meminjam di P2P dilakukan secara online. Pemberi pinjaman dan peminjam tidak bertemu satu sama lain. Di samping itu, Anda bisa mendapatkan pinjaman tanpa perlu menjaminkan apa pun (tanpa agunan). Setelah pinjaman disetujui, Anda akan terikat perjanjian mengenai kewajiban kepada pemberi pinjaman.
2. Crowdfunding
Berbeda dengan sistem peminjaman lainnya, dalam crowdfunding atau urun dana, Anda justru mendapatkan sejumlah dana dalam bentuk donasi. Mirip-mirip dengan P2P, crowdfunding melibatkan tiga pihak: pemilik project, pemberi dana, dan penyedia platform.
Anda hanya perlu menceritakan ide bisnis Anda dan berbagai peluang bisnis tersebut ke depannya. Jika ada yang tertarik, pemberi dana akan beramai-ramai atau patungan memberikan dana bagi jalannya bisnis Anda. Di sisi lain, crowdfunding juga dimanfaatkan sebagai aksi penggalangan dana untuk tujuan sosial.
Jadi, dalam Crowdfunding, Anda setidaknya harus sebaik mungkin menyampaikan cerita mengenai project Anda. Jika pemberi dana tertarik dan senang dengan cerita yang disampaikan, kemungkinan Anda akan mendapatkan dana atas project yang Anda punya.
Perbedaan antara Peer-to-Peer (P2P) dan Crowdfunding
Ilustrasi Crowdfunding via shutterstock.com
Pada dasarnya, Peer-to-Peer (P2P) sama dengan utang, sedangkan Crowdfunding tak ubahnya seperti sumbangan/donasi. Persamaannya, dana didapatkan secara online melalui penyedia platform. Perbedaan lainnya antara Peer-to-Peer (P2P) dan Crowdfunding, yaitu:
- Dalam P2P, Anda akan dihadapkan pada perjanjian tertulis terkait sejumlah dana yang Anda pinjam dari para investor dan kewajiban pengembaliannya. Hal ini juga mewajibkan Anda untuk memberikan informasi yang rinci terkait dengan bisnis tersebut sesuai kesepakatan. Sementara Crowdfunding tidak memerlukan perjanjian tertulis karena sifatnya yang sukarela.
- Crowdfunding membutuhkan kemampuan Anda dalam mempresentasikan ide project dengan baik melalui penyedia platform agar banyak yang tertarik memberi dananya. Sementara P2P tidak mensyaratkan hal tersebut.
Baca Juga: Cara Mudah Mendapatkan Pinjaman Tunai untuk Bisnis
Pilih yang Paling Sesuai
Meski keduanya dapat menjadi sumber modal bagi bisnis Anda, tetapi penting bagi Anda untuk mempertimbangkan dan memilih salah satu yang paling tepat. Sesuaikan jenis bisnis Anda serta pertumbuhannya saat ini dan pada masa yang akan datang. Dengan begitu, modal yang Anda dapatkan bisa berdampak maksimal pada bisnis tersebut.