Cara Menghitung Keuntungan Reksadana, Lengkap dengan Contoh
Reksadana adalah salah satu instrumen investasi favorit milenial selain saham. Bukan saja karena menguntungkan, tetapi juga termasuk investasi minim risiko, mudah dicairkan, dan aman karena dikelola oleh ahlinya, yakni manajer investasi.
Reksadana adalah suatu instrumen investasi, di mana pengelolaan dananya dipercayakan pada Manajer Investasi (MI) yang sudah mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Investasi ini sangat cocok buat kamu yang super sibuk. Tidak dapat memantau investasi setiap saat atau setiap waktu sehingga tetap memberi imbal hasil maksimal.
Lalu siapa manajer investasi? Adalah orang yang bertanggung jawab mengelola portofolio reksadana. Dia harus mengantongi izin sebagai Wakil Manajer Investasi (WMI). Dan dalam menjalankan kegiatan usahanya, manajer investasi pun wajib memiliki izin usaha dari OJK.
Kali ini Cermati.com tidak akan membahas manajer investasi maupun reksadana secara umum. Namun lebih spesifik mengulas perhitungan reksadana dan keuntungannya agar mudah dipahami calon investor ataupun investor pemula.
Baca Juga: Apa Itu Reksadana? Ini Yang Perlu Diketahui
Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!
Cara Menghitung Keuntungan Reksadana
Ilustrasi menghitung keuntungan reksadana
Return atau keuntungan reksadana beragam, tergantung jenis reksadana dan profil risikonya. Berikut perkiraan imbal hasil investasi reksadana:
|
Reksadana Saham |
Reksadana Campuran |
Reksadana Pendapatan Tetap |
Reksadana Pasar Uang |
Tingkat Risiko |
Tinggi |
Sedang/Menengah |
Rendah dan Sedang |
Rendah |
Return per Tahun |
15 – 20% |
10 – 12% |
7 – 9% |
4,5 – 5,5% |
Sebelum masuk pada perhitungan keuntungan reksadana, kamu perlu tahu tentang istilah NAB dan NAB UP pada reksadana.
- NAB singkatan dari Nilai Akiva Bersih. NAB adalah jumlah total dana kelolaan Manajer Investasi atas produk reksadana.
NAB dihitung dari total harga pasar atas aset (saham, surat utang/obligasi, dan deposito) dalam portofolio suatu reksadana, ditambah biaya pencadangan bunga dari aset, kemudian dikurangi biaya operasional reksadana (biaya pengelolaan, biaya kustodi, pajak, dan lainnya).
Jadi, NAB adalah nilai yang sudah bersih, tidak lagi kena pajak. Selain itu, ada juga istilah Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/UP).
- NAB UP adalah harga yang harus dibayar investor untuk satu unit penyertaan reksadana. Asal kamu tahu, investor reksadana disebut sebagai pemegang unit penyertaan.
Beberapa contoh menghitung kepemilikan reksadana dan keuntungan reksadana:
Contoh 1:
Andi investasi dana sebesar Rp 1.000.000 pada reksadana pendapatan tetap Z dengan NAB/UP sebesar Rp 2.327. · Jumlah unit penyertaan yang didapat Andi = Rp 1.000.000 : Rp 2.327 = 429,74 unit. |
Contoh 2
Setelah 1 tahun, ternyata NAB/UP reksadana pendapatan tetap Z naik menjadi Rp 5.000. Andi bermaksud menjual seluruh unit penyertaan tersebut. Berarti, reksadana pendapatann Z naik sebesar 53,46% dalam kurun waktu setahun · Rp 5.000 x 429,74 unit = Rp 2.148.700 · Keuntungan Andi = Rp 2.148.700 – Rp 1.000.000 = Rp 1.148.700. |
Contoh 3
Sebaliknya, jika setelah 1 tahun, NAB/UP reksadana pendapatan tetap Z turun menjadi Rp 2.000. Berarti terjadi penurunan sebesar 16,35% pada reksadana tersebut. · Rp 2.000 x 429,74 = Rp 859.480 · Kerugian Andi = Rp 1.000.000 – Rp 859.480 = Rp 140.520. |
Baca Juga: Mau Mulai Investasi, Pilih Reksadana, Deposito, atau Sukuk Ritel?
Cara Menghitung Reksadana di Kalkulator Investasi
Ilustrasi menghitung keuntungan reksadana
Menghitung investasi reksadana juga dapat menggunakan kalkulator investasi. Kalkulator investasi umumnya disediakan perusahaan sekuritas atau agen penjual reksadana di aplikasi online.
Tentunya dalam pemakaiannya, terlebih dahulu kamu harus menentukan target atau tujuan investasi, serta return yang diharapkan dari reksadana.
Contoh:
Kamu ingin menghasilkan uang Rp 100 juta di usia 25 tahun. Saat ini usiamu 20 tahun. Investasi dana di reksadana saham dengan keuntungan yang diharapkan 16% per tahun.
Dengan kalkulator investasi Bareksa misalnya:
- Tujuan investasi = punya uang Rp 100 juta
- Target atau jangka waktu investasi = 5 tahun (60 bulan)
- Return yang diharapkan = 16% per tahun
- Maka, perkiraan dana investasi yang harus dialokasikan = Rp 1.098.472 per bulan.
Atau
Kamu punya gaji bulanan Rp 5.000.000. Alokasi bujet investasi 10% dari gaji atau sebesar Rp 500.000 setiap bulan. Investasi selama 4 tahun (48 bulan) di reksadana campuran dengan keuntungan sekitar 10% per tahun. Maka, perkiraan hasil investasinya sekitar Rp 30.099.768.
Baca Juga: 6 Manajer Investasi Reksadana Terbaik Beserta Produknya
Contoh lainnya:
Kamu investasi dana sebesar Rp 500.000 per bulan di reksadana pendapatan tetap BNI-AM Dana Pendapatan Tetap Syariah. Dengan tambahan investasi setiap tahun Rp 6.000.000. Jangka waktu investasi 1 Agustus 2017-1 Agustus 2020.
- Total investasi = Rp 36.500.000
- Total investasi + Return 14,84% (3 tahun) = Rp 41.915.730,34
- Total keuntungan bersih = Rp 41.915.730,34 – Rp 36.500.000 = Rp 5.415.730,34.
Investasi Reksadana Modalnya Receh
Investasi reksadana dapat dilakukan siapapun tanpa pandang bulu. Sebab, modalnya sangat terjangkau mulai dari Rp 100 ribu saja.
Apalagi investasi reksadana online, seperti di marketplace atau e-commerce, receh banget. Hanya dengan uang Rp 10 ribu, sudah bisa membeli reksadana.
Jadi, tak ada alasan lagi menunda investasi. Investasi sekarang dan nikmati hasilnya di masa depan, atau tidak sama sekali dan kamu akan miskin selamanya.
Baca Juga: Prospek Investasi Reksadana Saham di Semester 2 2021, Kinclong atau Suram?