Rasio Lancar atau Current Ratio: Pengertian, Batasan, Rumus, dan Contoh Perhitungannya
Dalam menjalankan bisnisnya, mayoritas perusahaan pasti memiliki kewajiban atau tanggungan jangka pendek yang harus dilunasi dalam waktu dekat. Beberapa contohnya adalah utang kredit dan juga upah karyawannya. Menanggapi hal tersebut, perusahaan tentu perlu mengevaluasi kondisi keuangan untuk mengetahui kemampuannya dalam mengatasi kewajiban tersebut.
Dalam dunia akuntansi, cara perusahaan mengevaluasi kemampuannya membayar tanggungan jangka pendek bisa melalui perhitungan rasio lancar atau current ratio. Current ratio adalah penghitungan dari aset lancar perusahaan yang dibagi dengan kewajiban lancarnya. Jika nilainya semakin tinggi, artinya posisi finansial perusahaan tersebut juga semakin kuat.
Tidak hanya pada bisnis kecil, perusahaan besar juga perlu memerhatikan rasio ini untuk kelancaran aktivitas usahanya, termasuk bagi investor yang sedang meriset saham perusahaan mana yang layak untuk dibeli. Nah, agar memahami lebih dalam tentang apa itu current ratio, batasan, rumus, dan juga contohnya, simak penjelasan berikut ini.
Baca Juga: Price Earning Ratio (PER): Pengertian, Cara Menghitungnya
Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!
Apa Itu Current Ratio?
Apa Itu Current Ratio?
Rasio lancar atau current ratio adalah jenis dari rasio likuiditas. Rasio tersebut digunakan untuk mengukur posisi likuiditas dari sebuah entitas atau perusahaan menggunakan hubungan aktiva lancar dengan liabilitas lancarnya. Dalam kata lain, current ratio adalah alat atau metode yang digunakan untuk mengetahui apakah aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan mampu membayar atau melunasi seluruh kewajiban lancarnya dalam waktu dekat atau tidak.
Penggunaan rasio tersebut tak hanya ditujukan untuk menilai atau mengetahui masalah likuiditas di sebuah perusahaan. Melainkan, perusahaan juga mampu menilai pemakaian modal kerjanya.
Posisi likuiditas dari sebuah entitas mungkin akan terlihat sehat secara implisit apabila nilai rasio lancarnya di atas 1. Sementara, jika nilai rasio lancar perusahaan di bawah 1, artinya posisi likuiditasnya bisa dibilang sedang tidak sehat dan harus segera dievaluasi agar tak semakin memperburuk kondisi keuangan.
Manfaat Mengetahui Current Ratio
Manfaat dari mengetahui current ratio adalah membantu pihak manajemen dalam memikirkan strategi mengatur arus kas di periode selanjutnya guna mengatasi permasalahan likuiditas di periode berjalan. Caranya bisa saja dengan melakukan negosiasi kepada pihak bank agar bersedia memberikan keringanan bunga, maupun meminta pihak pemasok agar bersedia menunda pembayaran sejumlah tagihan yang ditanggung perusahaan.
Meski begitu, jika nilai rasio lancar di bawah 1, hal tersebut tidak serta merta berarti bahwa perusahaan memiliki masalah terkait posisi likuiditasnya. Oleh karena itu, analisis lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.
Rumus Current Ratio
Rumus current ratio sebenarnya sederhana, yaitu membagi seluruh aset lancar dengan tanggungan atau kewajiban lancar. Berikut adalah rumus untuk menghitung rasio lancar.
Rasio Lancar = Aset Lancar / Utang atau Kewajiban Lancar
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan aset lancar adalah kas maupun aset lain yang setara kas, persediaan, piutang, dan jenis aset lancar lain. Rasio lancar ini berbeda dengan rasio cepat sebab persediaan dimasukkan dalam rumus perhitungannya.
Sementara yang dimaksud dengan kewajiban lancar adalah utang, utang bunga, akrual, maupun jenis kewajiban lancar lain. Dalam perhitungan rasio lancar ini, seluruh item yang termasuk adalah aset serta liabilitas yang bersifat likuid.
Contoh Perhitungan Current Ratio
Agar lebih memahami tentang cara menghitung rasio lancar berdasarkan rumus di atas, kamu perlu mencermati contoh kasusnya terlebih dulu. Untuk lebih jelasnya, simak contoh perhitungan current ratio di sebuah perusahaan berikut ini.
Sebuah perusahaan mempunyai saldo aset lancar serta liabilitas lancar sebagai berikut pada laporan posisi keuangannya.
Aset Lancar:
- Kas & Setara Kas: 30 juta
- Piutang Usaha: 150 juta
- Persediaan: 200 juta
- Aset Lancar Lain: 100 juta
Kewajiban Lancar:
- Utang Akun: 25 juta
- Utang Pajak Periode Berjalan: 140 juta
- Beban Akrual: 150 juta
- Beban Pinjaman: 90 juta
Berdasarkan data di atas, bagaimana cara menghitung rasio lancarnya?
Untuk mengetahui total aset lancarnya, kamu perlu menambahkan seluruh item pada aset lancar tersebut, yaitu sejumlah 480 juta. Sedangkan untuk mengetahui total kewajiban lancar, kamu perlu menambahkan seluruh item yang ada pada kewajiban lancar, yaitu sejumlah 405 juta.
Dari informasi tersebut, rasio lancar dari perusahaan ini adalah:
Rasio Lancar = 480 juta / 405 juta
Rasio Lancar = 1,2
Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut, current ratio perusahaan ini bisa dibilang masih stabil dan mampu mengatasi seluruh pengeluaran atau kewajiban lancarnya sepenuhnya. Bahkan, perusahaan masih mempunyai sisa dana setelah melunasi seluruh tanggungan jangka pendeknya tersebut.
Baca Juga: Pengertian Current Asset, Rumus, dan Cara Menghitungnya
Analisa Current Ratio
Konsep mendasar dari current ratio adalah perusahaan wajib mempunyai kas dengan jumlah yang lebih besar untuk melunasi kewajiban lancarnya. Apabila nilai rasio lancar di atas satu, artinya perusahaan tersebut berada dalam kondisi aman untuk melunasi seluruh kewajiban lancarnya menggunakan aset lancar. Sementara jika rasionya di bawah 1, artinya perusahaan berisiko tak mampu melunasi tanggungan jangka pendeknya tersebut tepat waktu dan harus mengupayakan solusi untuk mengatasinya.
Selain itu, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat menganalisa current ratio sebuah perusahaan. Pertama adalah rasio dihitung menggunakan berbagai macam aset lancar yang bisa saja tidak mudah untuk bisa langsung dijadikan sebagai uang tunai guna melunasi kewajiban lancar. Contohnya adalah piutang dan persediaan yang butuh waktu agar bisa dikonversi menjadi uang tunai.
Ketika menilai rasio lancar, pastikan untuk mengetahui kemungkinan persediaan tidak bisa diubah menjadi uang tunai melalui penjualan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah persediaan, sifat, dan jangka waktunya agar bisa diubah menjadi pemasukan.
Tidak kalah pentingnya, persediaan ini juga mencakup bahan baku serta produk yang masih dalam proses pengerjaan untuk dijadikan barang jadi. Karenanya, agar persediaan bisa diubah menjadi penjualan dan uang tunai, perusahaan mungkin akan memerlukan waktu yang lebih lama sehingga perlu diperhitungkan agar tak mengganggu kemampuannya melunasi kewajiban lancar.
Batasan Penggunaan Current Ratio
Penggunaan rasio lancar dalam mengetahui posisi likuiditas memiliki beberapa kekurangan dan batasan. Sebagai contoh, rasio lancar mencantumkan persediaan pada perhitungannya yang berpotensi mengubah rasionya apabila saldo persediaan terdapat perbedaan signifikan di akhir periode perhitungannya.
Dalam kata lain, walaupun rasio lancar yang dimiliki sebuah perusahaan termasuk tinggi, namun jika perhitungan di bagian persediaannya meleset, penghitungan rasio ini akan berubah. Karenanya, perusahaan perlu mempertimbangkan akan adanya risiko masalah tersebut terjadi agar tak memengaruhi interpretasi pembaca dalam memahami rasio lancar ini.
Sebagai ilustrasinya, aset lancar sebuah perusahaan adalah 200 juta dengan memasukkan persediaan yang mungkin sulit untuk bisa dijual dan dijadikan sebagai uang tunai. Karenanya, tak jarang penjualan akhirnya dilakukan dengan cara kredit dan perusahaan butuh waktu lebih lama untuk bisa mendapatkan pemasukan dari penjualan seluruh persediaan tersebut. Jadi, ada kemungkinan jika aset lancar perusahaan tersebut nantinya lebih kecil dari nominal 200 juta karena persediaan belum bisa terjual seluruhnya.
Current ratio juga memperhitungkan piutang yang juga bisa terlambat dilunasi oleh pihak yang bersangkutan. Saat hal tersebut terjadi, perusahaan tentu tidak akan bisa mendapatkan aset lancar dari piutang karena pembayarannya harus ditunda. Secara tidak langsung, hal ini sudah pasti akan memengaruhi rasio lancar.
Untuk itu, perusahaan wajib mempertimbangkan akan adanya kemungkinan keterlambatan pembayaran piutang atau penjualan persediaan saat menghitung rasio lancar ini. Barulah dengan begitu, posisi likuiditas perusahaan yang sebenarnya untuk melunasi segala kewajiban lancarnya bisa diketahui.
Baca Juga: Dividend Payout Ratio - Pengertian dan Cara Menghitungnya