Gaji Tak Tentu, Ini Cara Mengatur Keuangan bagi Freelancer
Meniti karier sebagai freelancer di masa pandemi bukanlah sesuatu yang memalukan. Bersyukurlah dengan pekerjaan dan masih memiliki penghasilan.
Freelancer memang bekerja paruh waktu, bebas atau tidak terikat, serta fleksibel. Artinya dapat bekerja dari mana saja. Soal penghasilan, upah freelancer bisa lebih besar dibanding pegawai kantoran. Tergantung seberapa banyak proyek yang dikerjakan.
Akan tetapi, namanya proyek tidak selalu ramai. Sama seperti berdagang, ada pasang surutnya. Terkadang sepi, sehingga tidak ada pemasukan.
Oleh karenanya, pekerjaan freelance dengan penghasilan tidak tetap, tanpa kontrak tertulis mengharuskan kamu cerdas dalam mengatur keuangan. Jika tidak, kamu bisa mengalami masalah keuangan besar.
Berikut hal yang harus dilakukan freelancer dalam mengatur keuangan:
Baca Juga: Pengeluaran Lebih Besar dari Penghasilan, Harus Bagaimana?
1. Persiapkan dana darurat lebih banyak
Dana darurat sangat penting dipersiapkan untuk menghadapi kondisi gawat darurat. Pun dengan freelancer. Jumlah dana darurat yang mesti dikumpulkan lebih banyak dibanding pegawai kantoran.
Idealnya 12 kali pengeluaran bulanan. Dana darurat ini untuk berjaga-jaga saat kamu sakit, kecelakaan, atau butuh duit mendesak karena mengalami tekanan keuangan.
Kamu dapat mengumpulkan dana darurat dengan nominal lebih besar ketika tengah berjaya, banyak projek dan penghasilan.
Misalnya, jika alokasi dana darurat umumnya sebesar 10 persen dari penghasilan, kamu dapat menyisihkan 20 persen. Begitu di bulan berikutnya sepi proyek, pemasukan berkurang, alokasi anggaran dana darurat bisa lebih kecil.
2. Investasi untuk masa depan
Seorang freelancer juga harus mulai melek investasi. Investasi bukan sekadar untuk hari ini saja, tetapi jangka panjang. Mempersiapkan masa depan keuangan tanpa khawatir digerogoti inflasi.
Investasi untuk freelancer, antara lain investasi saham, investasi p2p lending, investasi surat utang, dan deposito. Pilih instrumen yang sesuai dengan profil risiko untuk menghindari kerugian.
Sisihkan 10 persen dari penghasilan untuk investasi. Dengan cara ini, kamu akan memperoleh tambahan penghasilan karena investasi dapat dijadikan sebagai passive income.
3. Wajib memiliki proteksi
Pegawai kantoran otomatis akan terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, maupun asuransi swasta. Meskipun sebagian iurannya dipotong dari gaji pegawai.
Tetapi freelancer perlu kesadaran tinggi untuk memiliki proteksi. Artinya, kamu harus melindungi diri dari berbagai risiko dengan produk asuransi. Minimal punya asuransi kesehatan.
Apalagi beban kerja freelancer susah ditebak. Kadang bisa banyak projek dengan deadline mepet, sehingga pola pekerjaan berantakan ketimbang pegawai kantoran. Bahkan mungkin juga sampai harus begadang, telat makan, yang dapat memicu timbulnya penyakit.
Dengan asuransi kesehatan, kamu lebih aman. Jika sewaktu-waktu sakit, biaya berobat akan ditanggung sebagian atau seluruhnya dari pihak asuransi.
4. Batasi utang atau pinjaman
Sudah tahu penghasilan tidak tetap, jadi sebaiknya batasi utang. Bukannya tidak boleh berutang, namun kalau tidak penting, butuh, atau mendesak, lebih baik urungkan mengajukan dan menggunakan pinjaman.
Jika betul-betul mendesak perlu uang, tidak ada lagi uang di dompet, kamu bisa menarik dana darurat. Mengajukan utang adalah jalan terakhir untuk keluar dari masalah finansial.
Apabila kamu punya utang, cicilan yang harus dibayar setiap bulan tetap, bahkan bisa jadi lebih besar. Sementara penghasilan tidak menentu. Bulan ini bisa bayar utang, bulan depan belum tentu.
5. Bujet 50 persen untuk kebutuhan utama
Alokasi dana darurat 20 persen, asuransi 10 persen, investasi 10 persen, selanjutnya sisihkan 50 persen dari penghasilan untuk kebutuhan rutin.
Selain makan dan minum, gunakan untuk membayar tagihan listrik, air, kuota internet, transportasi, sampai cicilan utang jika ada. Anggaran 50 persen ini sifatnya juga fleksibel. Dapat disesuaikan dengan kondisi finansial.
Jika sedang ingin berhemat atau pemasukan berkurang, kamu bisa memangkas kebutuhan yang masih bisa ditunda.
6. Sisanya untuk beramal
Dari rumus mengatur keuangan di atas, tersisa 10 persen dari penghasilan yang bisa dipakai untuk beramal. Ya, meskipun upah tak pasti bukan berarti kamu menjadi manusia pelit.
Beramal untuk kebaikan dengan tulus dan ikhlas, tidak hanya mendatangkan pahala, namun dijanjikan rezeki dan nikmat yang berlipat.
Baca Juga: Saya Pemula, Investasi Apa yang Modalnya di Bawah Rp 10 Juta?