4 "Jebakan" Pinjaman KTA yang Bikin Sakit Kepala
Kredit Tanpa Agunan atau KTA merupakan salah satu alternatif pinjaman online yang ditawarkan bank. KTA menjadi pilihan karena tidak perlu jaminan apapun, seperti barang berharga atau surat penting.
Selain itu, pinjaman KTA lebih cepat cair. Sangat cocok buat kamu yang sedang dalam kondisi kepepet atau mendesak butuh dana segar.
Di balik kemudahan tersebut, sebetulnya pinjaman KTA bisa saja menjebak jika kamu tidak memperhatikan beberapa hal berikut ini:
Baca Juga: Aplikasi Pinjaman Online Langsung Cair, Kelebihan dan Kekurangannya
1. Suku bunga tinggi
Pinjaman KTA menawarkan suku bunga bervariasi. Ada yang mulai dari 0,59 persen sampai tiga persen per bulan. Sifatnya flat atau tetap.
Misalnya, pinjam KTA Rp 100 juta dengan tenor 24 bulan. Suku bunga dua persen per bulan atau 24 persen per tahun. Berarti cicilan pokok Rp 4.170.000 + bunga Rp 1.000.000 = Rp 5.170.000 sebagai cicilan KTA setiap bulan.
Bunga flat, artinya jumlah beban bunga setiap bulan tetap (flat), meski sisa pokok pinjamannya terus menurun setiap bulannya. Perhitungan bunga flat, akan terlihat seolah-olah bunganya kecil, meskipun sebenarnya tidak.
Jadi, dengan bunga yang harus dibayar setiap bulan sebesar Rp 1.000.000, pembayaran bunga sampai jatuh tempo adalah sebesar Rp 24 juta. Jumlah tersebut hampir 25 persennya nilai pinjaman kamu. Besar kan?
Tentunya kondisi ini dapat membebani keuangan kamu. Apalagi kalau pinjaman KTA digunakan untuk sesuatu yang konsumtif. Tidak menghasilkan uang sama sekali, sehingga berpotensi kesulitan membayar angsuran.
2. Biaya tambahan yang harus dibayar
Mengajukan KTA memang mudah. Hanya fotokopi KTP, formulir pengajuan online, dan memiliki kartu kredit. Namun persyaratan yang terakhir, tidak semua bank memberlakukannya.
Tetapi jangan melihat satu sisi saja. Perhatikan juga bahwa pengajuan KTA dapat menimbulkan biaya tambahan lain yang harus kamu bayar, di samping biaya bunga. Antara lain:
- Biaya provisi sekitar satu persen sampai 3,5 persen dari total kredit yang didapat
- Biaya di muka atau di luar cicilan, berkisar 1,5 persen sampai lima persen dari total pinjaman
- Biaya penalti jika melunasi sebelum jatuh tempo sekitar lima persen hingga enam persen dari sisa tagihan KTA
- Biaya tahunan sekitar satu persen sampai dua persen dari nilai pinjaman
- Denda keterlambatan bila terlambat membayar cicilan yang ditetapkan dengan nominal tertentu sesuai kebijakan bank
- Biaya materai dan biaya asuransi.
3. Tenor yang panjang
Tenor pinjaman KTA biasanya lebih panjang. Ada yang 12 bulan, 24 bulan, 60 bulan, bahkan sampai 15 tahun (180 bulan). Seperti KPR saja.
Dengan keleluasaan tenor tersebut, kamu jadi terlena. Memilih tenor panjang agar cicilan tidak terlalu besar. Padahal kenyataannya belum tentu.
Karena semakin panjang tenor, makin besar juga bunganya. Tentunya hal ini dapat merugikanmu. Konsekuensi lain dari mengambil tenor KTA yang panjang adalah kamu akan semakin lama terbebani utang.
Memang mau, separuh hidup kamu hanya habis untuk menanggung utang? Sebaiknya tenor pinjaman KTA paling lama 24 bulan agar tidak memberatkanmu dalam membayar cicilannya.
4. Tergoda untuk membiayai gengsi
Pinjaman KTA disetujui dengan plafon besar dapat membuatmu gelap mata. Yang awalnya untuk membuka bisnis, mengembangkan usaha, renovasi rumah, biaya pendidikan anak, tetapi malah diselewengkan.
Kamu tergoda menggunakannya di luar itu. Misalnya untuk liburan, beli mobil, nonton konser, atau membiayai gaya hidup kamu yang selangit.
Penggunaan tidak bijak tersebut akan menjadi boomerang buatmu. Sebab, kamu wajib membayar cicilan KTA hingga lunas dengan uang, bukan gengsi. Terlambat atau menunggak, siap-siap utang akan menggulung.
Baca Juga: Tak Melulu Belanja, Paylater Bisa Jadi Berkah Jika Dipakai untuk Ini