6 Cara Berhemat yang Salah Kaprah dan Wajib Dihindari agar Tak Tekor
Menerapkan pola hidup hemat memang sangat bagus. Apalagi saat ekonomi di ambang resesi seperti sekarang ini. Berhemat dapat menyelamatkanmu dari krisis keuangan.
Hemat tidak sama dengan pelit. Hemat berarti kemampuan orang dalam menggunakan uangnya untuk kebutuhan yang lebih penting. Mampu meredam hasrat belanja berlebihan, dan mengesampingkan keinginan atau kebutuhan yang masih bisa ditunda.
Dengan berhemat, kamu bisa mengumpulkan lebih banyak uang untuk alokasi keperluan lain, seperti tabungan, investasi, dana darurat, bahkan melunasi utang, membeli rumah, atau biaya pendidikan anak. Namun faktanya, penghematan justru bisa tidak tepat sasaran.
Alih-alih menyimpan lebih banyak uang, tetapi pada akhirnya malah menimbulkan pengeluaran lebih besar, baik saat ini maupun di masa mendatang. Berikut ini beberapa penghematan yang salah kaprah dan wajib dihindari kalau tidak mau merugikan diri sendiri:
1. Membeli asuransi kesehatan dengan premi murah
Sebagian besar orang masih berpikir soal harga murah, termasuk dalam urusan membeli asuransi kesehatan. Pertimbangannya selalu kepada premi.
Dengan membayar premi lebih murah, kamu bisa menyimpan lebih banyak uang setiap bulan. Padahal asuransi kesehatan berguna untuk menanggung risiko kesehatan sampai usia lanjut.
Kamu lebih memilih membeli asuransi dengan premi murah, manfaat minimal untuk dirimu sendiri karena alasan berhemat dan masih muda. Tetapi mungkin saja sebenarnya kamu butuh asuransi dengan premi lebih besar, namun manfaatnya maksimal untuk kamu dan keluarga.
Suatu saat, amit-amit risiko kesehatan menimpa keluargamu, maka kamu akan menyesal dan mengeluarkan banyak uang lantaran keluarga tidak ditanggung asuransi.
2. Membeli barang karena harga murah bukan kualitas
Biasanya ada harga, ada rupa. Artinya kualitas barang berbanding lurus dengan harga. Tetapi kebanyakan orang mengabaikan kualitas dan lebih tergiur membeli karena harga yang murah. Pertimbangannya, dengan membeli 1 barang mahal, kamu bisa membeli 2 barang harga murah.
Contoh, baju kualitas bagus dibanderol Rp 100.000 per buah, tetapi baju model sama dengan kualitas biasa dihargai Rp 30.000 per buah. Dengan uang Rp 100.000, bisa dapat 3 baju kan.
Tapi tahukah kamu, membeli barang murah bisa saja cepat rusak karena kualitasnya standar, bahkan terbilang jelek. Kalau barang mahal berkualitas bagus, bisa awet 5 tahun, kenapa harus membeli yang murah yang cuma bertahan 3 bulan saja.
Niat hati mau berhemat, malah terpaksa membeli barang baru untuk menggantikan barang lama yang sudah rusak. Pengeluaran bertambah, dan mungkin saja sifatnya mendadak dan mendesak.
Jika memang mau berhemat, kamu dapat membeli barang seken atau barang bekas branded. Biasanya harganya jauh lebih murah, tetapi kualitasnya oke.
3. Gelap mata karena diskon
Meskipun sedang berhemat, sekadar cuci mata di mal atau lihat-lihat situs belanja online boleh-boleh saja. Yang salah adalah kamu tergoda diskon, cashback, atau promo lain yang justru membuat pengeluaran membengkak walaupun barang yang dibeli adalah yang kamu butuhkan.
Misalnya kamu butuh baju untuk pergi ke acara-acara formal. Kebetulan ada diskon di sebuah toko, lalu kamu membelinya. Namun ada diskon lagi untuk baju lain.
Awalnya hanya butuh satu, karena ada diskon, jadilah gelap mata membeli baju kedua, dan seterusnya. Walhasil tidak jadi berhemat, malahan boros lantaran terlalu banyak membeli barang yang seharusnya satu saja cukup.
4. Mengabaikan perawatan rutin
Beberapa barang perlu perawatan rutin agar tetap berfungsi dengan baik. Contohnya motor, mobil, peralatan elektronik, kesehatan gigi, dan sebagainya. Akan tetapi, karena alasan berhemat, kamu mengabaikannya.
Tentu saja barang-barang tersebut berpotensi mengalami kerusakan. Kalau sudah rusak, terpaksa kamu harus mengeluarkan bujet lebih banyak untuk memperbaikinya. Misalnya saja motor, karena tidak ganti oli rutin sebulan sekali atau servis 3 bulan sekali, motor jadi turun mesin.
Dari yang seharusnya cuma keluar uang puluhan ribu untuk ganti oli, karena abai, jadi menghabiskan ratusan ribu sampai jutaan rupiah untuk perbaikan.
5. Sok tahu dengan melakukan semua hal sendiri
Merenovasi beberapa bagian rumah atau menata ulang taman, bahkan memperbaiki peralatan elektronik yang rusak, nampaknya mudah. Ya, mudah bagi yang memiliki keahlian di bidang tersebut.
Namun alih-alih mau berhemat, dan mengisi waktu luang dengan melakukan semuanya sendiri, padahal tidak punya keterampilan dan keahlian alias modal nekat saja, barang kamu berisiko besar mengalami kerusakan yang lebih parah.
Lebih baik keluar uang sedikit untuk menyewa jasa orang lain yang berkompeten, ketimbang merogoh kocek lebih besar untuk memperbaiki kerusakan yang kamu sebabkan sendiri.
Baca Juga: Wahai Warga Jabodetabek, Begini Loh Cara Berhemat Naik Angkutan Umum