7 Investasi Terbaik saat PPKM Darurat, Cuan Berlimpah
Bagi sebagian orang, Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat akan mengurangi penghasilan mereka, mungkin termasuk kamu. Tetapi justru ada yang uangnya malah bertumbuh tanpa perlu banting tulang atau kerja tambahan.
Kok enak? Itu karena investasi. Investasi pantang kendor meski ada kebijakan PPKM Darurat akibat lonjakan Covid-19. Makanya, duit dari imbal hasil investasi, pembayaran dividen perusahaan, maupun capital gain mengalir deras ke rekening.
PPKM Darurat bukan berarti setop investasi. Investasi jalan terus sambil tetap memperhatikan risikonya. Selain itu, juga mampu mengatur keuangan agar bujet investasi tak tergerus kebutuhan sehari-hari.
Buat kamu yang ingin investasi di masa PPKM Darurat, dapat menanamkan modalnya pada instrumen berikut ini agar tetap cuan:
Baca Juga: Tips Utak Atik Gaji Biar Bisa Investasi
Bingung Cari Produk Kredit Tanpa Agunan Terbaik? Cermati punya solusinya!
PPKM Darurat Jawa Bali
1. Reksadana Pasar Uang
Covid-19 masih mengganas. Investor mencari investasi yang tidak hanya memberi untung, tapi juga kepastian atau aman. Cuan kecil lebih baik di saat kondisi gawat seperti ini, daripada tekor.
Reksadana pasar uang boleh dibilang memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibanding jenis lain, seperti reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana saham.
Uang yang kamu investasikan akan dikelola di instrumen pasar uang, seperti deposito maupun efek bersifat utang (obligasi) dengan jatuh tempo kurang dari setahun. Tak heran, bila menawarkan keuntungan yang stabil. Rata-rata berkisar 6-7% per tahun.
Modal investasi reksadana pasar uang pun receh. Dapat dimulai dari Rp 10 ribu untuk pembelian reksadana online di marketplace.
2. Reksadana Pendapatan Tetap
Mau untung yang pasti, ya reksadana pendapatan tetap. Disebut pendapatan tetap karena surat utang atau obligasi tersebut memberi imbal hasil pasti secara rutin, misal sebulan atau 3 bulan sekali.
Reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang sebagian besar alokasi investasinya ditempatkan pada efek utang yang memberikan pendapatan tetap.
Contohnya seperti surat utang atau obligasi yang jatuh temponya lebih dari 1 tahun. Baik yang diterbitkan korporasi maupun pemerintah.
Investasi reksadana pendapatan tetap sangat pas untuk jangka waktu setahun sampai 3 tahun. Memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding suku bunga deposito.
Imbal hasil atau return pada reksadana pendapatan tetap sekitar 7-8% per tahun. Bahkan rata-rata bisa 9 persen. Sedangkan bunga deposito berkisar 3-5% setahun.
Soal risiko investasi di reksadana pendapatan tetap adalah terjadi penurunan nilai unit penyertaan, karena dipengaruhi turunnya harga surat utang.
Baca Juga: Ciri-ciri Saham Gorengan yang Perlu Kamu Ketahui
3. Reksadana Saham
Ingin investasi dalam jangka waktu lebih panjang dan cuan besar? Reksadana saham dapat menjadi pilihan investasi di masa PPKM Darurat.
Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi minimal 80% dari Nilai Aktiva Bersih dalam bentuk efek bersifat ekuitas, dalam hal ini saham.
Imbal hasil reksadana saham bisa mencapai 15% atau 20% per tahun. Lebih tinggi dibanding jenis reksadana lain.
Namun keuntungan yang besar diikuti risiko yang tinggi pula. Harga saham fluktuasinya bisa gila-gilaan. Bikin jantung mau copot. Pergerakan harga saham ini dapat berpengaruh ke portofolio reksadana saham kamu.
Investasi reksadana menjadi pilihan tepat saat PPKM Darurat
4. Emas
Corona masih merajalela. Volatilitas dinilai masih cukup tinggi, sehingga investor akan beralih ke aset yang lebih aman, seperti emas.
Investasi emas menguntungkan, tetapi minim risiko. Nilai atau harganya cenderung stabil. Seperti pada perdagangan (8/7), harga emas Antam naik Rp 5.000 menjadi Rp 945 ribu per gram.
Apalagi investasi emas saat ini banyak skemanya. Mulai dari cicilan maupun tabungan emas dengan modal sangat murah.
Return atau hasil investasi emas berpotensi mencapai 10-12% per tahun. Terutama jika diinvestasikan dalam jangka panjang. Emas juga mudah dijual lagi bila sewaktu-waktu membutuhkan dana mendesak.
5. Surat Utang Negara
Instrumen investasi lain yang tak bikin panik saat corona mewabah, yakni Surat Utang Negara atau SUN. SUN adalah surat berharga berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing.
Pembayaran bunga dan pokoknya pun dijamin oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya. Jadi, investasi di SUN tidak akan rugi.
Malah untung karena ada bunga yang dibayar secara periodik. Dan pastinya 100% balik modal. Hanya saja tetap ada risiko dalam investasi SUN, antara lain risiko nilai tukar, tingkat bunga, risiko pembiayaan kembali.
Baca Juga: Investasi dengan Uang Rp 20 Ribu, Bisa Dapat Untung Berapa?
6. Pendanaan di Fintech Lending
Dengan modal mulai Rp 100 ribu, kamu sudah bisa melakukan pendanaan di fintech peer to peer (P2P) lending. Investasi yang lagi kekinian seiring menanjaknya popularitas pinjaman online.
Keuntungan investasi atau pendanaan di fintech lending bisa mencapai hingga 18% per tahun. Lebih tinggi dari deposito kan?
Selain itu, leluasa dalam memilih tenor, apakah dalam waktu 6 bulan, 1 tahun, atau 2 tahun. Tergantung kamu sebagai investor, ingin pengembalian dana lebih cepat atau lama tetapi imbal hasilnya lebih maksimal.
Investasi saham dapat memberi keuntungan besar sebanding dengan risikonya
7. Saham
Masa PPKM Darurat Jawa-Bali dapat menjadi peluang investasi menguntungkan. Salah satunya investasi saham.
Kamu dapat mengoleksi saham-saham yang terdampak positif dari kebijakan tersebut, rekomendasi dari Vivi Vimalasari, Branch Manager Panin Sekuritas Bandung, seperti dikutip dari video CNBC Indonesia. Di antaranya:
- Saham sektor teknologi
- Saham e-commerce
- Saham sektor logistik
- Saham sektor telekomunikasi
- Saham sektor farmasi.
“PPKM membuat gaya hidup berubah, jadi serba online. Maka dari itu, saham sektor teknologi, e-commerce terkait belanja online, logistik, telekomunikasi, masih akan naik,” kata Vivi.
Pun dengan saham-saham sektor farmasi. Sebab, obat dan vitamin untuk mencegah Covid-19 sangat dibutuhkan.
“Seberapa besar penguatannya tidak tahu. Tetapi ada katalis pendorongnya, bahwa selama corona masih naik, obat-obatan dan vitamin pasti dibutuhkan. Saham emiten rumah sakit juga demikian,” Vivi mengungkapkan.
Ketahui Tingkat Risikonya Masing-masing
Situasi sekarang ini sedang tidak menentu. Masih dirundung ketidakpastian. Oleh karenanya, sebelum memulai investasi, pastikan kamu mengetahui dan mempelajari risiko instrumen yang dipilih.
Tujuannya agar kamu dapat mengelola risiko tersebut bila benar-benar nyemplung sebagai investor. Paling penting lagi adalah disiplin menyisihkan uang supaya kamu benar-benar totalitas dalam berinvestasi untuk hasil yang maksimal.
Baca Juga: 8 Jenis Investasi Diri Sendiri yang Pas untuk Millenial