4 Risiko dalam Investasi Obligasi dan Tips Mengatasinya
Setiap investasi menawarkan sejumlah keuntungan, tapi di sisi lain juga kerugian yang tidak dapat diprediksi. Ini berlaku untuk semua investasi, tidak terkecuali obligasi.
Sebagai investor, Anda perlu memikirkan cara untuk mengatasi risiko tersebut guna memaksimalkan keuntungan dalam berinvestasi. Sebelum membahas tentang tips mengatasi risiko tersebut, kenali dulu empat jenis risiko investasi berikut.
4 Risiko dalam Investasi Obligasi
1. Risiko Gagal Bayar
Risiko yang muncul apabila penerbit obligasi, baik pemerintah maupun perusahaan tidak dapat membayar pokok investasi beserta kupon yang sudah disepakati sejak awal investasi. Saat kondisi ini terjadi, maka Anda akan kehilangan sebagian atau seluruh uang dalam obligasi.
Untungnya, tidak semua obligasi seperti ini. Obligasi yang pemerintah terbitkan, misalnya, karena telah dilindungi sesuai undang-undang yang berlaku. Bisa dikatakan kalau pemerintah akan membayarkan surat utang tersebut saat jatuh tempo tiba.
2. Risiko pasar
Risiko yang disebabkan karena fluktuasi harga di pasar. Jika fluktuasi ini tidak dapat dikendalikan, maka berpotensi menyebabkan inflasi. Saat inflasi meningkat, maka harga obligasi sendiri akan menurun.
Berkurangnya nilai jual obligasi tentu menyebabkan kerugian (capital loss). Sebaiknya waspadalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi perekonomian, seperti naik turunnya suku bunga Bank Indonesia, perubahan politik maupun sosial.
3. Risiko likuiditas pasar
Seorang investor yang butuh dana cepat, tapi tidak kunjung menemukan calon pembeli obligasi biasanya akan mengalami risiko likuiditas. Ada kemungkinan investor menjual obligasi dengan harga tidak wajar atau lebih rendah dari harga belinya yang menyebabkan kerugian.
Maka dari itu, disarankan untuk menggunakan “uang dingin” saat berinvestasi, tidak terkecuali obligasi. Dengan demikian, risiko ini dapat dihindari karena investor masih memiliki sumber dana lainnya untuk membiayai hal-hal mendesak.
4. Risiko perubahan aturan
Jika peraturan tentang obligasi di suatu negara berubah, hal ini akan berisiko terhadap nilai obligasi. Contohnya yaitu perubahan tarif pajak penghasilan yang sewaktu-waktu dapat berubah. Saat ini, pajak penghasilan (PPh) obligasi sebesar 10%.
Pastikan Anda selalu update mengenai aturan-aturan yang diberlakukan pada obligasi kalau seandainya tertarik untuk berinvestasi. Jangan sampai diabaikan kalau tidak mau tingkat keuntungannya berkurang.
Baca Juga: Investasi ORI Obligasi Negara Ritel: Banyak Untungnya, Sedikit Risikonya
Tips Mengatasi Risiko dalam Investasi Obligasi
1. Beli saat harganya turun
Harga obligasi bisa turun kapan saja, misalnya saat terjadi inflasi. Sebaiknya belilah obligasi saat situasinya seperti ini dan jual saat harganya kembali normal agar keuntungan yang diraup menjadi maksimal.
Meski demikian, tetap perhatikan jenis obligasi yang dibeli. Jika bukan obligasi pemerintah, pastikan obligasi tersebut diterbitkan oleh korporasi atau perusahaan yang terpercaya untuk menjamin keabsahannya.
2. Tahan obligasi
Merupakan cara termudah untuk mengatasi risiko investasi, yaitu dengan menahan obligasi saat harganya sedang turun. Terlebih lagi kalau Anda sedang tidak butuh dana mendesak, menjual obligasi bukanlah pilihan yang tepat. Sebab biasanya bukan hanya nilai obligasi saja yang turun, tapi juga nilai instrumen investasi lainnya.
Menahan obligasi sejatinya membuat Anda rugi, tapi hanya sesaat saja. Jika kondisi sudah kembali normal, harga obligasi juga ikut normal atau lebih tinggi daripada harga belinya. Jadi, tidak perlu terburu-buru menjualnya.
Baca Juga: Apa Itu Obligasi ORI 20? Simak Keuntungan dan Cara Belinya
3. Diversifikasi sejak awal berinvestasi
Mengingat nilai obligasi termasuk fluktuatif, sebaiknya lakukan diversifikasi produk sejak awal berinvestasi. Jika Anda sudah mempunyai obligasi, tidak ada salahnya melirik deposito, saham, atau emas. Pokoknya jenis investasi yang sesuai dengan kondisi finansial dan menguntungkan untuk Anda, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Diversifikasi membantu Anda meminimalisir kerugian investasi. Jika seandainya nilai obligasi sedang turun, masih ada investasi lain yang dapat menutupi kerugian tersebut. Sebut saja emas, yang harganya sangat tinggi saat terjadi inflasi.
4. Pilih obligasi yang jatuh temponya lebih lama
Alasannya sederhana, yaitu karena suku bunganya lebih tinggi daripada obligasi yang waktu jatuh temponya lebih singkat. Suku bunga akan memberikan keuntungan pasif yang dapat dinikmati setiap tahun.
Kalaupun Anda berencana menjual obligasi sebelum jatuh tempo, maka sah-sah saja asalkan nilai jualnya lebih tinggi daripada nilai beli. Alhasil, keuntungan yang diperoleh menjadi berlipat ganda.
5. Terapkan analisis penilaian
Strategi ini memudahkan Anda untuk melakukan penilaian terhadap nilai intrinsik dari obligasi. Bandingkan nilai intrinsik dan nilai wajar obligasi di pasar sebelum membeli.
Apabila nilai pasar jauh lebih tinggi daripada nilai intrinsiknya, dapat dikatakan bahwa obligasi overvalue atau terlalu mahal. Apabila nilai pasar lebih rendah dari nilai intrinsiknya, obligasi dinyatakan undervalue.
Obligasi adalah Investasi yang Cukup Aman
Jika Anda ingin mencari investasi yang cukup aman, dalam arti keuntungannya lumayan sementara tingkat resikonya rendah, maka obligasi dapat dijadikan pilihan. Apalagi tingkat keuntungan obligasi sendiri lebih besar dibandingkan deposito, jadi tidak ada salahnya mencoba menginvestasikan sedikit modal untuk obligasi. Jangan lupa untuk senantiasa membeli obligasi yang diterbitkan korporasi terpercaya, ya!
Baca Juga: Ketahui Peluang Investasi Paling Cuan di Indonesia untuk Investor Pemula