Alami Krisis Finansial dan Potong Uang Jajan, Begini Cara Menjelaskannya ke Anak
Situasi pandemi yang masih berlangsung hingga saat ini pasti sangat berpengaruh terhadap kondisi finansial keluarga. Bagaimana tidak, ada yang masih kena pemotongan gaji, PHK masih berlanjut, bahkan menawarkan pensiun dini.
Akibatnya, banyak orangtua memangkas pengeluaran agar gaji cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga selama sebulan. Mungkin memotong termasuk uang jajan anak.
Lalu bagaimana caranya memberitahukan kepada anak mengenai kondisi keuangan Anda saat ini agar mereka bisa mengerti? Ikuti tips berikut ini:
Baca Juga: 11 Cara Cerdas Menabung untuk Beli Rumah
Orangtua harus membicarakan langsung tentang kondisi keuangan kepada anak
1. Luangkan waktu dan komunikasi bersama
Orangtua yang bekerja pasti kurang punya waktu banyak untuk anak. Malah sampai di rumah, tetap mengurus pekerjaan kantor.
Tetapi Anda perlu meluangkan waktu untuk berbicara kepada anak tentang kondisi keuangan sebenarnya sehingga berpengaruh pada uang jajan mereka. Komunikasikan masalah ini saat makan malam bersama, atau ketika sedang berkumpul bersama di ruang keluarga.
Namun sebelumnya, perhatikan mood anak. Apakah sedang jelek atau bagus. Jika mereka sedang punya masalah dengan PR di sekolah atau kawannya, Anda dapat menunda pembicaraan terkait finansial.
Tetapi jika mood anak sedang bagus, coba komunikasikan secara perlahan. Sampaikan bahwa kondisi finansial Anda berbeda dengan sebelum pandemi, sehingga dengan terpaksa harus memotong uang jajan mereka sementara waktu.
2. Berikan gambaran
Namanya anak-anak, ada yang sulit memahami maksud pembicaraan Anda. Tetapi ada yang memang mudah menangkapnya.
Jika masih belum paham juga, berikan gambaran agar anak mudah memahaminya. Misalnya, katakan gaji papa dipotong jadi uang yang papa terima jadi lebih sedikit.
Maka dari itu, adek belum bisa beli mainan baru, pakaian baru, dan jalan-jalan. Nanti kalau gaji papa banyak lagi, papa ajak adek jalan-jalan atau beli mainan lagi. Sekarang mainan yang ada saja ya.
Mudah-mudahan anak bisa menerima kondisi tersebut, sehingga Anda bisa lebih tenang dalam mengelola keuangan. Prioritas untuk kebutuhan pokok dan paling penting.
Jika suatu saat anak merengek minta dibelikan mainan atau pergi liburan, Anda bisa kembali mengingatkannya. Misalnya, kan papa sudah bilang, gaji papa cuma sedikit. Papa janji kalau uang papa banyak lagi, kita pergi beli mainan.
Baca Juga: Dompet Sekarat Setelah Lebaran? Sembuhkan dengan 8 Cara Ini
3. Sampaikan secara baik-baik
Kondisi keuangan yang sedang krisis pasti akan membuat Anda terguncang. Berdampak terhadap tingkat emosional Anda dan pasangan.
Akhirnya jadi gampang marah, bahkan melampiaskan ke anak. Anak tidak tahu apa-apa. Mencari uang adalah tugas orangtua.
Jangan pernah menyampaikan kondisi keuangan Anda yang sedang buruk kepada anak dalam keadaan marah. Apalagi sampai memukul.
Ini bisa menjadi trauma bagi si anak. Anak akan merasa takut pada Anda. Orangtua yang sejatinya melindungi, malah merusak kesehatan mentalnya.
Sampaikan dengan jujur dan apa adanya
4. Tunjukkan tatapan penuh kasih sayang
Orangtua pasti ingin bisa membahagiakan anak, termasuk membelikan apa yang menjadi keinginannya. Namun situasi dan kondisi memaksa mereka untuk hidup hemat.
Mengutamakan kebutuhan yang lebih penting agar keuangan tidak semakin parah, seperti makan, minum, membayar tagihan listrik dan air, bayar utang, biaya pendidikan, dan menabung.
Ketika anak menangis untuk dibelikan ini itu, coba beri penjelasan kepadanya dengan tatapan penuh kasih sayang. Bukan kebencian dan tidak diomeli.
Sambil menatap, katakan permohonan maaf padanya bahwa Anda tidak dapat memenuhi permintaannya sekarang. Tetapi akan membelikannya ketika dapat rezeki lebih atau gaji kembali stabil.
Dengan begitu, harapannya anak bisa mengerti, memahami kondisi orangtuanya. Kemudian berhenti merengek.
Baca Juga: Berapa Jumlah Ideal yang Harus Dialokasikan dari Gaji untuk Asuransi Mobil?
5. Jangan ada yang ditutupi
Menyampaikan gambaran tentang finansial keluarga kepada anak yang masih kecil, khususnya belum sekolah merupakan tantangan terbesar. Anda pun tidak bisa menyampaikan secara detail karena anak belum sepenuhnya mengerti. Lain halnya kalau anak sudah bersekolah.
Meski begitu, jangan pernah menutupi apapun darinya. Jika memang kondisi keuangan sedang terpuruk, maka ceritakan hal ini sejujurnya. Anda tidak perlu berpura-pura menjadi orangtua baik yang memenuhi permintaan anak agar hatinya senang.
Alih-alih ingin bersikap baik, tapi ujungnya berutang. Untuk apa? Bukannya membaik, kondisi finansial menjadi makin sakit.
Mengajarkan Anak untuk Hidup Hemat
Menjalani kehidupan sesungguhnya tidak selalu mulus. Kadang di bawah, kadang di atas. Kadang punya duit banyak, kadang juga tidak punya sepeserpun.
Apapun kondisinya, selalu terapkan pola hidup hemat dalam mengatur keuangan, termasuk kepada anak. Tujuannya agar masa depan finansial lebih terjamin.
Tidak menuruti semua pernintaannya bukan berarti Anda tidak sayang pada anak. Namun mengajarkan mereka untuk membeli apa yang dibutuhkan, bukan diinginkan.
Baca Juga: 5 Tanda Kalau Pasangan Sudah Bohongin Kamu soal Uang