Ekonomi Masih Sulit, Investasi Saham Lanjut Terus atau Tunda Dulu?
Fenomena January Effect masih berlanjut nih, gan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mendaki dan kini berada pada level kisaran 6.300-an.
Meski demikian, laju IHSG masih dibayangi ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19. Malah jumlah kasusnya semakin banyak.
Sentimen lain yang bisa mempengaruhi pergerakan IHSG, di antaranya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), rencana vaksinasi massal, hingga faktor eksternal yang datang dari luar negeri.
Sejumlah saham bahkan sempat terbang ketika direkomendasikan public figure melalui akun media sosial. Sebut saja Putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep menjagokan dua saham perusahaan BUMN. Yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Sementara artis Raffi Ahmad dan Ari Lasso dengan koleksi sahamnya MCAS. Di tengah ketidakpastian ini, banyak investor bingung dalam melangkah. Apakah tetap terus membeli saham atau tunda dulu sampai keadaan membaik, atau jual saham?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya Anda mempertimbangkan beberapa hal ini, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Beberapa pertimbangan tersebut, antara lain:
Baca Juga: Mau Investasi Cuan di 2021? Buruan Serok Saham Pilihan Ini
1. Cek keuangan Anda
Mau investasi, berarti harus berani mengeluarkan modal, termasuk membeli saham baru sebagai diversifikasi. Nah, ada gak uangnya di masa-masa sulit begini?
Maka dari itu, cek keuangan Anda. Apakah masih memungkinkan 20 persen dari gaji atau penghasilan Anda untuk investasi. Siapa tahu gaji Anda masih belum normal gegara pandemi. Atau malah kehilangan pekerjaan dan tak punya penghasilan lagi.
Bila kondisinya demikian, menunda investasi adalah pilihan tepat. Toh Anda masih mendekap beberapa saham. Biarkan saja, tidak usah dijual juga meskipun sudah dalam keadaan pailit keuangan.
Sebab, saham-saham yang Anda biarkan tidur tersebut, berpotensi mengalami kenaikan harga tinggi dalam kurun waktu tertentu.
Saat ada potensi cuan ratusan persen sampai ribuan persen, barulah Anda menjual saham koleksi Anda, semua atau sebagian, dan membeli saham baru yang lebih menjanjikan maupun beralih ke investasi lain.
2. Flashback lagi tujuan investasi Anda
Ketika dilema saat dihadapkan pada pengambilan keputusan terkait investasi, Anda dapat memutar ulang tujuan Anda berinvestasi saham.
Investasi saham biasanya jangka panjang. Lebih dari 5 tahun. Mungkin saja tujuan Anda investasi, karena persiapan dana pensiun, biaya pendidikan anak, atau biaya haji.
Pikirkan lagi tujuan ini, sehingga membantu Anda membuat keputusan yang tepat. Misalnya, investasi untuk biaya pendidikan anak 10 tahun ke depan.
Janganlah Anda menuruti hawa nafsu sesaat, tergiur harga saham yang naiknya baru single digit atau dobel digit. Padahal ada potensi keuntungan lebih besar apabila Anda bersabar.
Keuntungan besar ini akan mampu menutup biaya kuliah anak Anda. Ingat, masa depan anak berada di tangan Anda sebagai orangtua.
3. Prioritaskan gaji untuk dana darurat
Investasi sangat penting dalam mengatur keuangan. Tetapi dana darurat jauh lebih penting untuk Anda amankan. Agar bisa mencapai porsi dana darurat yang ideal, Anda harus rajin menyisihkan uang setiap bulan.
Dana darurat bermanfaat jika ada kebutuhan mendesak, namun tidak punya tabungan. Percuma Anda bisa investasi, tapi dana darurat diabaikan.
Sebab investasi saham tidak likuid. Butuh waktu untuk mencairkannya. Sementara kebutuhan mendesak perlu uang tunai segera. Oleh karena itu, kalau ingin terus berinvestasi, pastikan terlebih dahulu Anda memiliki dana darurat yang cukup.
4. Melihat jangka waktu investasinya
Jika Anda punya dana darurat memadai, sedangkan tujuan investasi Anda jangka pendek, misalnya untuk mengumpulkan DP rumah atau kendaraan, lebih baik tunda investasi.
Kenapa? Sebab investasi saham sifatnya jangka panjang. Baru investasi atau beli saham, langsung cuan gede. Kalau Anda ingin cepat uang ‘beranak pinak’ untuk mewujudkan tujuan investasi jangka pendek Anda, maka alihkan saja anggaran investasi Anda ke instrumen lain, seperti emas, reksadana, maupun deposito.
Baca Juga: Marak Fenomena Saham Pompom ala Influencer, Bikin Tambah Kaya atau Miskin?