Kebalikan FOMO, Ini Pentingnya JOMO agar Investasi Saham Lebih Lancar

Menjadi hal yang umum diketahui jika perilaku FOMO atau fear of missing out dalam investasi sangat tidak dianjurkan untuk dilakukan. Alasannya karena perilaku tersebut bisa menyeretmu ke risiko kerugian akibat berinvestasi di produk yang tidak dimengerti dan sekadar mengikuti tren belaka. Istilah FOMO sendiri cukup sering diperbincangkan dan tentu tidak asing dipahami oleh investor. 

Tapi, pernahkah kamu mendengar istilah JOMO? Merupakan kebalikan dari FOMO, JOMO adalah singkatan dari perilaku joy of missing out yang mengacu pada sikap seseorang untuk mampu mengendalikan diri di beragam situasi. Perilaku ini juga bisa diterapkan dalam kegiatan sehari-hari, tak terkecuali investasi saham agar memberi manfaat yang positif bagi investor.

Nah, jika kamu ingin tahu pentingnya menerapkan perilaku JOMO ini ketika investasi saham, simak penjelasan berikut ini. 

Apa Itu JOMO atau Joy of Missing Out?

Dengan maraknya pengguna media sosial seperti sekarang ini, semua orang ibarat sedang berlomba untuk menjadi yang terbaik dalam segi eksistensi. Ketika melihat suatu tren yang diikuti banyak orang, mereka cenderung ikut-ikutan melakukan hal yang sama tanpa berusaha untuk mempelajarinya lebih dulu. Inilah mengapa muncul suatu istilah yang disebut FOMO atau fear of missing out. 

Walaupun begitu, sebagian orang juga merasa lebih nyaman untuk menjalani hidup dan melakukan hal apa pun sesuai dengan ritmenya sendiri. Khususnya dalam hal yang berhubungan dengan media sosial dan hiburan, tidak sedikit orang berusaha untuk tak gampang mengikuti arus. Perilaku ini biasa disebut dengan istilah JOMO alias joy of missing out. 

JOMO adalah perasaan yang muncul ketika seseorang telah merasa puas dengan kehidupannya. Seseorang dengan perilaku JOMO bisa lebih bebas menjalani hal yang disukainya tanpa mudah merasa takut tertinggal dengan orang lain. 

Perilaku ini tentu bisa diterapkan dalam berbagai macam hal, salah satunya investasi. Dengan menerapkannya saat menanam modal, sikap JOMO mampu membantumu mengambil keputusan dengan lebih bijak dan cermat agar tak berinvestasi dengan sekadar mengikuti tren belaka. 

Perbedaan Perilaku JOMO dan FOMO

Seperti yang telah dijelaskan sedikit sebelumnya, FOMO dan JOMO adalah 2 jenis perilaku manusia yang saling berkebalikan. JOMO adalah istilah yang mengacu pada rasa kepuasan seseorang terhadap hidupnya. Sementara FOMO secara umum merujuk pada perilaku atau perasaan saat seseorang takut tertinggal menikmati hal baru yang sedang trending di masyarakat. 

Seseorang dengan perilaku FOMO memiliki kecenderungan untuk selalu merasa dikejar tren serta ingin terus menjadi bagian dari kegiatan yang sebenarnya tak dikuasai atau disenangi. Dalam kata lain, perilaku FOMO ini hanya didasari oleh keinginan untuk mengikuti tren yang dilakukan orang lain alias ikut-ikutan. 

Di samping itu, tidak jarang seseorang dengan perilaku FOMO terus membandingkan dirinya dengan orang lain dalam berbagai macam hal. Pemicunya tidak lain karena mereka sering melihat tren di media sosial yang berkembang dan merasa hidupnya tak menyenangkan apabila ketinggalan dan tak mengikutinya.

Oleh karena itu, sikap FOMO dalam investasi seharusnya dihindari, tidak hanya dalam kondisi mentalnya, tapi juga dalam hal mengambil keputusan. Sebab, perilaku tersebut membuatmu terus mencari perbandingan serta selalu merasa tertekan saat gagal meraih hal seperti yang diharapkan. Untuk itu, cobalah mengganti perilaku FOMO ini dengan JOMO agar aktivitas investasi saham bisa berjalan dengan lebih lancar. 

Faktor Psikologis Bersikap JOMO saat Investasi Saham

Sama halnya dengan FOMO, sikap JOMO juga bisa terjadi dalam hal apa pun, termasuk investasi saham. Sayangnya, saat ini lebih banyak orang terjun ke dunia investasi hanya karena FOMO agar tidak ketinggalan tren tanpa memahami risiko yang ada di baliknya. Karenanya, kamu harus mulai mengaplikasikan sikap JOMO agar lebih lancar dan meminimalkan risiko saat investasi saham.

Untuk membiasakan diri bersikap JOMO ketika investasi saham, kamu bisa melakukan beberapa cara berikut ini. 

  1. Tak Tergoda Beli Saham Gorengan

    Salah satu hal yang bisa menjerumuskanmu saat investasi saham adalah tergoda membeli saham gorengan. Bagi yang belum tahu, istilah saham gorengan mengacu pada saham dari perusahaan dengan fundamental buruk dan memiliki fluktuasi harga tidak rasional. Saham gorengan biasanya dijadikan istilah untuk menyebut saham yang harganya telah dimanipulasi oleh pihak tertentu. 

    Modus penipuan menggunakan saham gorengan ini juga tidak jarang terjadi dan mengincar orang awam yang tak terlalu paham dengan dunia investasi. Bagi seseorang yang memiliki perilaku FOMO, mereka sering kali tergoda membeli saham gorengan yang dipromosikan oleh oknum tertentu dengan iming-iming nilainya akan naik drastis. 

    Tak ingin melewatkan kesempatan tersebut, orang yang FOMO tanpa pikir panjang akan membeli saham gorengan dan malah mengalami kerugian saat oknum berhasil memainkan harganya. Oleh karena itu, pahami dulu jenis saham yang ingin kamu beli, termasuk profil perusahaan dan kondisi fundamentalnya agar terhindar dari jebakan saham gorengan.

  2. Tak Membeli Saham di Harga Tinggi

    Di samping itu, bagi orang JOMO yang berinvestasi saham, mereka tidak akan terburu-buru membeli saham dan akan mempertimbangkannya dengan bijak. Salah satunya dengan menganalisis saham incaran apakah harganya normal atau sedang tinggi. Beberapa faktor yang perlu dicermati adalah profil dan kondisi finansial perusahaan, fluktuasi pasar, industri, dan sebagainya.

    Sebaliknya, sikap FOMO akan mendorongmu untuk membeli saham apa pun yang sedang naik daun, walaupun harganya tengah melesat ke titik puncak. Hal ini tentu saja sangat berisiko untuk dilakukan karena kemungkinan besar harga saham akan menurun dalam waktu dekat. Alhasil, kamu pun mengalami kerugian karena terlanjur membeli saham di harga tinggi.

    Untuk menyiasatinya, kamu bisa melakukan strategi yang disebut buy on weakness. Dengan strategi ini, kamu lebih tergiur membeli saham saat harganya sedang menurun di titik tertentu yang masih aman. Dengan begitu, potensi kenaikan harganya menjadi lebih tinggi dan mampu memberi keuntungan dalam aktivitas investasimu. 

  3. Tak Investasi Saham Karena Sekadar Ikut Tren

    Terakhir, perlu dipahami jika investasi saham harus dilakukan dengan dasar analisis yang jelas, bukan sekadar mengikuti tren belaka. Sayangnya, tidak sedikit orang awam yang terjun ke dunia investasi saham hanya karena ikut-ikutan dan mendambakan keuntungan tanpa tahu risikonya. 

    Secara umum, tren FOMO pada investasi saham terjadi karena efek media sosial yang memberi iming-iming keuntungan. Padahal, di balik peluang keuntungan tersebut, ada risiko kerugian yang tak kalah besarnya dan harus bisa diantisipasi oleh investor saham. 

    Tanpa kemampuan dan pengalaman yang mumpuni, sikap FOMO saat investasi saham hanya menjadi bom waktu yang akan memberikanmu kerugian di masa mendatang. Karenanya, cari tahu dulu ilmu dasar berinvestasi saham, seperti strategi analisis dan profil risiko diri agar bisa dengan matang terjun menekuni bidang tersebut.

Terapkan Perilaku JOMO agar Lebih Cermat Investasi Saham

Meski jarang diketahui, tapi sikap JOMO bisa menjadi cara untuk membantumu lebih lancar berinvestasi saham. Karena menyelami dunia investasi saham dengan persiapan matang dan tak sekadar tergiur tren, JOMO bisa menjauhkanmu dari risiko kerugian saat menanam modal. Jadi, terapkan dan biasakan diri berperilaku JOMO agar lebih cermat saat investasi saham.