KPR Syariah vs KPR Konvensional, Oke Mana Buat Kredit Rumah?
Harga rumah terus naik setiap tahun. Membuat banyak orang tak sanggup membeli rumah secara tunai. Sistem kredit atau yang dikenal Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pada praktiknya, KPR terbagi dua. Ada KPR konvensional dan KPR syariah. Meski sama-sama produk perbankan, keduanya memiliki perbedaan. KPR konvensional menerapkan sistem berbunga. Biasanya ditawarkan oleh bank-bank umum.
Sementara KPR syariah adalah pembiayaan rumah KPR syariah merupakan pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang guna membiayai pembelian rumah tinggal, baik baru ataupun bekas dengan prinsip atau akad (murabahah) atau dengan akad lainnya. Produk ini umumnya dijual bank-bank syariah.
Perbedaan yang paling signifikan antara KPR konvensional dengan KPR syariah terletak pada proses transaksi. Pada KPR konvensional yang dilakukan adalah transaksi uang, sedangkan KPR syariah melakukan transaksi barang.
Berikut perbedaan antara KPR konvensional dan KPR syariah yang bisa menjadi pertimbangan Anda sebelum membeli rumah:
Baca Juga: Beli Rumah saat Pandemi Bukan Mustahil, Ada KPR Bebas Bayar Cicilan 2 Tahun
-
Akad jual beli
Akad jual beli KPR syariah vs KPR konvensional
Pada KPR konvensional, akad akan terjadi bilamana antara nasabah dan bank sepakat dengan transaksi yang sudah ditetapkan. Yakni debitur membayar pinjaman yang sesuai harga rumah, ditambah dengan bunga KPR, serta biaya lainnya.
Sedangkan di KPR syariah menggunakan akad murabahah. Yakni perjanjian jual beli, di mana bank syariah akan membeli rumah yang nasabah inginkan, kemudian menjualnya kepada Anda dengan cara mengangsur. Bank tidak mengenakan bunga, jadi bebas riba. Akan tetapi, mengambil keuntungan dari penjualan rumah yang sudah disepakati bersama.
Besaran cicilan pun tidak berubah sampai jangka waktu atau tenor selesai pada skema KPR syariah, karena sudah ditetapkan sejak awal. Jika nasabah ingin menggunakan akad lainnya, bisa dengan akad istishna, musyarakah mutanaqishah, dan ijarah muntahiyyah bit tamlik (IMBT).
-
Bunga KPR
Bunga KPR syariah dan konvensional berbeda
Pada umumnya KPR konvensional akan menerapkan suku bunga berjalan bagi nasabahnya. Jadi, sifatnya tidak tetap. Fluktuatif mengikuti perkembangan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Misalnya, 2 tahun pertama, tingkat bunga KPR konvensional ditetapkan 6%. Berikutnya suku bunga mengambang (floating) sebesar 10% atau menyesuaikan suku bunga acuan BI atas pembayaran cicilan per bulan. Maka dari itu, besaran angsuran KPR tidak selalu sama nominalnya.
Sedangkan KPR syariah tidak menerapkan sistem bunga alias bebas riba. Namun bank syariah hanya mengambil keuntungan dari penjualan rumah. Besaran cicilan KPR-nya pun tetap sampai akhir jangka waktu pembayaran angsuran.
Baca Juga: Simak 7 Alasan Anda Harus Menunda Beli Rumah Baru
-
Jangka waktu kredit
Jangka waktu kredit
Jangka waktu atau tenor kredit KPR menjadi salah satu pertimbangan dalam mengajukan KPR. Sebab hal ini akan mempengaruhi besaran cicilan KPR setiap bulan.
Biasanya bank-bank konvensional berani memberikan tenor panjang pada produk KPR. Umumnya 20 tahun. Tapi ada juga yang sampai 30 tahun. Sementara bank-bank syariah dengan KPR syariah menerapkan tenor yang lebih pendek, sekitar 10 tahun sampai 15 tahun saja.
-
Denda keterlambatan
Denda keterlambatan KPR
Keterlambatan pembayaran cicilan akan dikenakan sanksi oleh pihak bank. Pada umumnya, bank konvensional akan menerapkan denda atas keterlambatan ini. Besarannya tergantung kebijakan bank tersebut. Sementara pada KPR syariah tidak kena denda keterlambatan kalau nasabah telat membayar cicilan.
-
Jumlah cicilan
Jumlah cicilan KPR
Besaran cicilan KPR pada KPR konvensional tidak selalu sama. Misalnya jika suku bunga acuan BI turun, kemudian diikuti pemangkasan bunga KPR, maka cicilan KPR bisa lebih ringan. Tapi sebaliknya kalau naik, pembayaran angsuran juga turut lebih besar.
Sedangkan pada KPR syariah, margin bank sudah ditentukan sejak awal, sehingga jumlah cicilan akan selalu sama dari awal kredit hingga selesai. Jumlah cicilan ini biasanya akan cukup tinggi, bahkan bisa saja jauh lebih tinggi dari cicilan KPR konvensional untuk rumah dengan harga yang sama.
Pahami dan Pilih KPR yang Paling Tepat
Tidak ada salahnya membeli rumah dengan skema KPR. Asalkan harga rumah dan cicilannya disesuaikan dengan kemampuan keuangan Anda. Pastikan Anda memahami seluk beluk KPR sebelum membeli rumah. Kemudian tentukan jenis KPR yang akan Anda inginkan agar tidak menyesal di kemudian hari dan mendapatkan manfaat maksimal dari produk tersebut.
Baca Juga: Ikuti Cara Ini Biar Bisa Beli Rumah Idaman Sebelum Umur 25 Tahun