Cicilan KPR Naik, Apa Penyebabnya dan Bagaimana Solusi untuk Menyiasatinya?

Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) merupakan skema pembelian rumah yang hingga kini masih banyak diminati masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia, angka pangsa pasarnya mencapai 75,89 persen dari total pembiayaan, seperti dikutip dari laporan Tempo. 

Namun berbagai hal bisa menyebabkan nominal cicilan KPR naik, yang bisa jadi memberatkan masyarakat sebagai beban keuangan. 

Definisi KPR Serta Jenis-Jenisnya

Sebelum menelaah perihal cicilan KPR naik, perlu diketahui terlebih dahulu seputar pengertian KPR serta kedua jenisnya. Melansir situs OJK (Otoritas Jasa Keuangan), KPR adalah fasilitas kredit yang diberikan perbankan kepada nasabah perorangan yang hendak membeli atau renovasi rumah. 

Terdapat dua jenis utama KPR yang saat ini berlaku di Republik Indonesia, yaitu:

  1. KPR Subsidi

    KPR Subsidi tersedia bagi masyarakat dengan income menengah kebawah yang besaran nominalnya terbatas, yakni gaji per bulan maksimal Rp7 juta. Kredit ini diatur dan dibantu pihak pemerintah, sehingga tak bisa bebas didapatkan oleh semua orang, melainkan khusus untuk kategori masyarakat berpendapatan rendah yang menggeluti sektor pekerjaan informal (non-fixed income).

    KPR subsidi terbagi lagi dalam 3 jenis, yaitu:

    1. SSB (Subsidi Selisih Bunga),
    2. FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan),
    3. SBUM (Subsidi Bantuan Uang Muka).
  2. KPR Non Subsidi

    Skema kredit rumah Non Subsidi ini diperuntukkan bagi seluruh masyarakat umum. Adapun ketentuannya diatur oleh bank masing-masing tempat mengajukan kreditnya.

    Selain KPR Subsidi dan Non Subsidi, ada juga KPR Refinancing, KPR Syariah, KPR Take Over, KPR Angsuran Berjenjang, KPR Duo, dan KPR Pembelian dengan manfaat dan keunggulan yang bervariasi.

Tujuan, Manfaat dan Keunggulan Beli Rumah dengan Skema KPR

Sejatinya, kehadiran KPR bertujuan untuk mempermudah kepemilikan hunian yang layak bagi masyarakat. KPR mempermudah masyarakat untuk membeli atau memperbaiki rumah, ruko, rukan, apartemen, atau tanah.

KPR selama ini terasa manfaatnya. Skema tersebut memang bisa menjadi solusi tepat bagi mereka yang ingin mempunyai rumah, namun belum cukup uang tunai untuk langsung melunasinya. 

Beberapa manfaat signifikan KPR diantaranya meliputi:

  1. Legalitas yang terjamin

    KPR menjamin legalitas rumah, mulai dari keabsahan surat tanahnya hingga surat bangunannya yang legal dan resmi.

  2. Uang muka (Down Payment/ DP) tidak perlu terlalu besar

    Membeli rumah dengan skema cicilan atau kredit tak perlu langsung dilunasi. Biasanya, pihak bank hanya meminta biaya awal (DP) sebesar 30 persen dari harga total rumahnya.

  3. Sebagai investasi jangka panjang

    Rumah yang dibeli dengan skema KPR bisa dijual kembali dengan banderol harga lebih tinggi. Terutamanya jika lokasi rumah tersebut cukup strategis. 



    Cicilan KPR Naik adalah Salah Satu Risiko, Apa Penyebabnya?

    Cicilan KPR naik umumnya terjadi ketika perekonomian sedang tidak stabil. Saat perekonomian lesu dan tidak stabil, suku bunga akan cenderung berubah-ubah. Dan ini praktis akan berpengaruh terhadap kenaikan harga cicilan KPR. 

    Cicilan KPR naik karena nilai bunga kredit berubah lantaran perekonomian negara yang goyah. Umumnya, suku bunga kredit rumah akan tetap sama pada tahun pertama. Namun setelahnya, naik turun bisa terjadi yang disesuaikan dengan kondisi pasar. 

    Bunga pada KPR merupakan suku bunga yang dibebankan kepada pembeli/ debitur sebagai imbalan kepada bank atas pinjaman yang telah diberikan. Suku bunga KPR bisa berupa bunga tetap (fixed rate) atau bunga mengambang (floating). 

    Untuk jenis bunga tetap (fixed rate), jumlahnya sama di setiap bulan. Dan biasanya berlaku dalam waktu tertentu. Misalnya untuk enam bulan atau satu tahun pertama. Sementara itu, suku bunga mengambang (floating) besarannya bisa berbeda-beda, tergantung dari bank tempat pengambilan kredit rumahnya. 

    Kemudian untuk metode perhitungan bunganya bisa dalam bentuk:

    • Flat,
    • Efektif,
    • Anuitas tahunan dan bulanan.

    Dalam prakteknya, metode suku bunga yang digunakan ialah suku bunga efektif dan anuitas. Selain bunga, ada beberapa hal yang bisa mengakibatkan perekonomian negara jadi tak stabil dan cicilan KPR naik. 

    Baca Juga: Bunga Fixed Cap pada KPR, Apa Perbedaan dengan Jenis Lainnya?

    Dan ini termasuk kondisi sosial negara yang sedang rusuh atau karena situasi politik yang sedang tak begitu baik. Alhasil sebagai imbasnya, masyarakat pun akan terdampak melalui kenaikan suku bunga, termasuk cicilan KPR naik.

    Untuk menghitung cicilan KPR, umumnya rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

    • Cicilan pokok = Pinjaman/ Tenor dalam bulan
    • Cicilan bunga per bulan = Pinjaman x Bunga tetap (%) x Tenor dalam tahun/ Tenor dalam bulan
    • Total cicilan KPR per bulan = Cicilan pokok + Cicilan per bulan

    Nasabah dapat melihat suku bunga KPR setiap bank pada halaman KPR bank yang bersangkutan.

Cicilan KPR Naik, Bagaimana Solusi Terbaiknya?

Harga KPR memang terhitung lebih mahal. Hal ini dikarenakan cicilannya dikenai berbagai biaya tambahan seperti bunga bulanan serta yang lainnya. 

Umumnya, biaya yang dikenakan termasuk biaya notaris, biaya appraisal, provisi bank, biaya asuransi kebakaran, biaya premi asuransi jiwa selama masa kredit dan sebagainya. Oleh sebab itu, walaupun pada awalnya KPR mempermudah seseorang mendapat rumah dengan biaya kecil, namun jika dihitung totalnya, sebenarnya malahan cukup besar dan jadi lebih mahal. 

Lantas, apa yang harus dilakukan ketika cicilan KPR naik? Agar keuangan tetap aman terkendali, berikut beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan dalam menyikapi cicilan KPR naik:

  1. Ajukan restrukturisasi kredit

    Sebagai solusi pertama untuk menyiasati cicilan KPR naik bisa dengan mengajukan restrukturisasi kredit. Cara ini dilakukan agar siapa tahu pihak bank bisa memberikan keringanan. Diantaranya seperti menurunkan suku bunga atau memperpanjang tenor kredit.

  2. Pertimbangkan menambah pemasukan

    Siasat lainnya dalam menghadapi cicilan KPR naik adalah meningkatkan pendapatan. Pihak nasabah dan keluarga bisa mencari sumber penghasilan tambahan. 

    Diantaranya seperti bonus tahunan hingga Tunjangan Hari Raya (THR). Jika memungkinkan, memulai jualan online atau bisnis sampingan bisa dilirik untuk menambah pundi-pundi uang. 

  3. Negosiasikan perpanjangan tenor

    Jalan keluar lainnya untuk cicilan KPR naik adalah menegosiasikan perpanjangan tenor KPR. Jika cicilan rumah bisa diperpanjang tenornya dari 15 tahun ke 20 tahun, maka setidaknya beban angsurannya pun bisa berkurang dan tak akan terasa terlalu mencekik.

  4. Gunakan Dana Darurat

    Dana darurat hanya dapat digunakan saat keadaan mendesak dan genting. Cicilan KPR naik adalah salah satunya. Dengan menggunakan dana darurat, rumah pun terselamatkan dan tak akan disita. 

    Di samping itu, riwayat kredit pun bisa tetap baik jika tidak sampai menunggak. Nama tak perlu masuk blacklist akibat riwayat kredit yang buruk. Untuk itu, pastikan nasabah KPR selalu memiliki dana darurat yang lebih dari cukup dan sedia payung sebelum hujan untuk membayar cicilan.

  5. Perketat pengeluaran

    Menyiasati cicilan KPR naik bisa dengan menghindari pengeluaran yang tak perlu. Perketatlah anggaran keuangan dan pengeluaran setiap bulannya dengan baik. Dengan begitu, kondisi finansial bisa tetap stabil, semua kebutuhan terpenuhi dan cicilan juga terbayar. 

  6. Ajukan KPR Syariah

    KPR Syariah tak perlu takut dihantui cicilan KPR naik. KPR Syariah pada dasarnya tak beda jauh dengan KPR Non Subsidi. Namun KPR Syariah tidak menerapkan sistem bunga melainkan margin yang tidak berdasarkan suku bunga acuan. 

    Umumnya, KPR Syariah disediakan oleh perbankan syariah dan tak menganut sistem suku bunga karena riba dalam ajaran Islam. Namun sebagai gantinya, KPR Syariah menggunakan sistem nisbah alias bagi hasil.

    Mike Rini Sutikno selaku perencana keuangan media Kompas mengungkapkan, salah satu keuntungan KPR Syariah adalah cicilannya yang tetap dan tak berubah sampai akhir masa KPR selesai. Hal ini dikarenakan KPR Syariah tak menggunakan sistem bunga bank yang sifatnya naik turun. 

  7. Pertimbangkan untuk take over KPR

    Sebagai solusi untuk cicilan KPR naik, pertimbangkanlah untuk take over KPR. KPR Take Over adalah program pembayaran yang dipindahkan dari satu bank ke bank lain. 

    Program KPR Take Over ini cocok bagi mereka yang ingin mengubah suku bunga agar menjadi lebih ringan dan tak terlalu membebani dalam membayar angsuran. Kendati demikian, disarankan untuk memiliki dana darurat dalam nominal yang cukup jika hendak mengambil langkah yang satu ini.

Cicilan KPR Naik Bukan Penghalang untuk Dapatkan Rumah Impian

Demikianlah rangkaian pembahasan terkait definisi, jenis, keunggulan, risiko KPR serta penyebab dan solusi dalam menyiasati cicilan KPR naik. Harga properti dan tanah terus meroket dan menjadi semakin mahal dari waktu ke waktu. Sehingga tak heran apabila banyak orang yang tak mampu membeli rumah dikarenakan gajinya pas-pasan. 

Guna menyikapi situasi tersebut, banyak orang yang lantas membeli rumah melalui jalur kredit agar bisa mendapatkan tempat tinggal milik sendiri secara permanen. Untuk menyiasati cicilan KPR naik, beberapa solusi diatas bisa dicoba. Dengan mempertimbangkan opsi pilihan, niscaya kondisi keuangan pun bisa tetap aman dan nasabah tak perlu terhalang untuk dapatkan rumah impian.