Menapaki Perjalanan Karier Muhammad Alfatih Timur, Sosok di Balik Suksesnya Kitabisa.com
Pernah mendengar nama Muhammad Alfatih Timur? Sosok di balik Kitabisa.com ini lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 27 Desember 1991 lalu. Pria yang akrab disapa Timmy tersebut kini berusia 30 tahun dan sibuk berkutat sebagai wirausahawan sosial.
Sempat menjadi aktivis sewaktu kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kini dirinya telah sukses menjadi pendiri sekaligus CEO Kitabisa, platform urun dana dalam jaringan/ online crowdfunding. Bisa dibilang, Kitabisa ialah platform pionir penggalangan dana sosial di Indonesia.
Melalui situs urun dana Kitabisa yang didirikannya sejak 6 Juli 2013, Timmy telah menggerakkan perubahan sosial dan ekonomi masyarakat. Bahkan, Kitabisa telah memfasilitasi penggalangan donasi hingga lebih dari Rp600 miliar yang dikumpulkan dari jutaan Orang Baik (sebutan untuk para penyumbang yang telah ikut berpartisipasi dalam beragam kampanye sosial penggalangan dana).
Baca Juga: Begini Perjuangan Shandy Purnamasari Pemilik MS Glow Meraih Kesuksesan
Siswa Akselerasi yang Kerap Kena Bully
Sejak duduk di bangku SMA, Timmy sudah unjuk gigi dengan prestasinya. Namun, murid lain kerap mengintimidasinya dengan perkataan seperti “culun”.
Kendati telah menjadi korban perisakan, nyatanya Timmy tak ambil pusing dan lebih memilih untuk fokus menimba ilmu. Malahan, Timmy berhasil masuk kelas akselerasi SMA Negeri 1 Padang di tahun 2005-2007.
Hingga kemudian ia pun melanjutkan pendidikan ke bangku Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saat itu, Timmy kembali meraih prestasi. Di samping aktif berkegiatan sebagai mahasiswa, ia juga pernah menjadi Ketua Departemen Kemahasiswaan BEM Fakultas Ekonomi UI dan BEM UI.
Minat yang Besar pada Kewirausahaan Sosial
Timmy lantas menyelesaikan pendidikan tingginya. Ia berhasil menjadi lulusan terbaik dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEUI) untuk kategori pengabdian masyarakat.
Ia pun sempat menjadi asisten dari Profesor Rhenald Kasali di Rumah Perubahan. Profesor Rhenald tak hanya dikenal sebagai pelaku bisnis ternama, namun juga guru besar di ranah Ekonomi. Selain mendapat pengarahan dari sang guru besar, Timmy juga menempa pengalamannya dengan berkiprah bersama Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia.
Minatnya yang besar terhadap dunia kewirausahaan sosial membuat Timmy tergerak untuk meluaskan ilmu pengetahuan dan wawasannya. Ia ingin berinovasi di dunia kewirausahaan sosial dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Terlebih, Timmy ingin mewakili dan membantu lapisan masyarakat kelas bawah yang sesungguhnya paling membutuhkan pertolongan, namun tak mampu mengaspirasikan suaranya.
Mendirikan Wadah Penggalangan Dana di Kitabisa
Banyak pihak yang membawa kotak amal dan meminta bantuan publik untuk menggalang dana secara gotong-royong. Namun, apakah itu semua bisa dipercaya dan tersalurkan dengan baik sebagaimana mestinya?
Timmy lantas tergerak untuk menciptakan solusi bagi fenomena sosial yang menarik di masyarakat. Ia kemudian membandingkan dengan kondisi sosial ekonomi di negara-negara lainnya guna mengumpulkan referensi. Ia mempelajari berbagai skema penggalangan donasi di luar negeri.
Timmy menemukan bahwa platform urun dana/ crowdfunding merupakan salah satu wadah penggalangan dana yang efektif dan hal ini belum ada di Indonesia. Akhirnya, bersama co-founder Vikra Ijas yang merupakan rekan semasa kuliah yang sepemikiran, Timmy berhasil membentuk Kitabisa.
Membangun Kredibilitas dan Rasa Percaya Masyarakat
Misi utama Timmy ialah menghubungkan orang-orang berhati baik yang mempunyai niat mulia dalam mengupayakan kebaikan. Terutamanya untuk saling berbagi dengan sesama melalui bantuan kemanusiaan dan penggalangan urun dana.
Namun bahkan niatan mulia sekalipun tidak kebal dari kendala. Di awal rintisannya, Timmy mengaku ada beberapa tantangan yang harus ia taklukkan.
Agar situs Kitabisa.com lebih cepat familiar di kalangan masyarakat, Timmy mulai memperkenalkannya ke sejumlah kampus. Tapi nyatanya, langkah tersebut tak langsung mendatangkan hasil yang memuaskan.
Tak hanya itu, rawannya penipuan membuat orang tak bisa percaya begitu saja untuk menyumbangkan uangnya. Untuk itu, Timmy pun mencoba membuktikan bahwa penggalangan dana yang terselenggara melalui situs Kitabisa.com tersampaikan dengan transparan.
Timmy lantas memastikan agar pihak penerima donasi dapat menerima sumbangan dengan aman, nyaman dan mudah. Ia kembali melakukan peningkatan agar situsnya bisa menjadi lebih baik lagi. Budget pernikahannya yang masih tersisa pun lantas dialokasikan untuk mengembangkan situs Kitabisa.
Baca Juga: Sedekah Online: Simak Hukum dan Tips Aman Sedekah Lewat Aplikasi Ini
Sempat Kesulitan Temukan Investor
Social entrepreneurship atau kewirausahaan sosial merupakan konsep bisnis yang memberikan jalan keluar bagi masalah ekonomi sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Hal inilah yang menjadi landasan beroperasinya Kitabisa.com.
Namun beberapa pihak kerap menganggap bahwa ranah wirausaha sosial ini tak bisa berlangsung langgeng. Itulah yang kemudian membuat Timmy sempat kesulitan menemukan investor.
Walaupun demikian, Timmy berpendapat bahwa perubahan tak bisa terjadi secara instan. Ada napas panjang yang harus diambil, yang artinya dibutuhkan proses dan kesabaran ekstra untuk melakukan tindakan signifikan yang berkelanjutan.
Terus tekun dan tak patah semangat, Timmy bersama para rekannya berhasil menemukan solusi dan terus mengembangkan Kitabisa.com. Hingga akhirnya ia pun mendapat dukungan dari orang-orang baru dengan visi dan misi yang sama.
Menjembatani Beragam Proyek Bantuan Kemanusiaan
Melalui Kitabisa, pengumpulan dana sosial dalam jumlah yang wah pun menjadi lebih mudah. Sudah lebih dari 2000 penggalangan donasi terkumpul dengan sukses, aman, tepat sasaran, dan transparan.
Dana sosial yang terkumpul telah digunakan tak hanya untuk beasiswa, bantuan bencana alam, serta pertolongan biaya medis saja. Tapi juga untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tempat peribadatan, memberikan modal usaha untuk pembangunan warung (UMKM), hewan terlantar, bantuan untuk anak yatim dan duafa, dan masih banyak lagi.
Berbagai kampanye penggalangan dana sosial tersebut telah berhasil dilaksanakan dan diinisiasikan oleh banyak pihak. Baik oleh komunitas, individu, lembaga zakat, serta beragam yayasan.
Memudahkan Publik karena Dihelat Secara Online
Pengumpulan donasi dan dana sedekah oleh publik dilakukan melalui online, sehingga menjadi lebih praktis. Publik bisa memilih nominal yang hendak disumbangkan. Nominal yang paling kecil yaitu Rp1.000,- sampai jutaan.
Penggalangan dana bantuan kemanusiaan dengan skema ini dapat memudahkan publik untuk berkontribusi. Pasalnya, banyak orang yang hanya punya sedikit dana dan tak bisa berdonasi dalam jumlah besar.
Dengan demikian, tak perlu menunggu kaya raya untuk berbuat baik. Siapapun bisa berkontribusi sebagai fundraiser dan menunjukkan kepeduliannya terhadap kesusahan sesama.
Cetak Prestasi dan Raih Penghargaan Membanggakan
Dikenal dengan sejumlah prestasi dan sepak terjangnya, Timmy pernah meraih Leadership Conference (WLC) di Singapura (2010-2012), Delegasi Terbaik dalam Parlemen Remaja yang dihelat Sekretaris Jenderal DPR RI (2011), dan mengantongi Beasiswa Unggulan Dikti Kementerian Pendidikan (2011).
Timmy juga tercatat pernah menjadi Koordinator untuk Indonesia Leadership Development Program (ILDP) di tahun 2010-2011. Namanya juga termasuk pendiri dari UI Table Tennis Club dan Social Act Fakultas Ekonomi UI di tahun 2011. Selain itu, ia juga merupakan anggota Forum Indonesia Muda (FIM) 2010, WEF Global Shapers Jakarta (2014), dan Kairo Community (2015).
Ia pun pernah meraih Figur Penginspirasi Koran Seputar Indonesia (2013), penghargaan Layanan Sosial Ikatan Alumni UI (ILUNI) 2014, hingga menjadi Finalis Social Venture Challenge Asia 2014 di Singapura.
Timmy lantas kembali terpilih dalam program Jolkona Foundation Fellow di bidang Proyek Katalis, Amerika Serikat 2014. Prestasi lainnya yang berhasil dicapai Timmy yakni menduduki peringkat kedua dalam Seed Star Business Competition 2014.
Selain itu, ia juga menjadi pemenang pertama Indonesia Communication and Technology Award (INAICTA) 2014 untuk kategori Layanan Finansial. Kemudian di tahun 2016, namanya masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia untuk kategori wirausaha sosial.
Menjadi Pionir Andal dan Terpercaya
Kesuksesan memang jarang terjadi secara instan. Dua tahun pertama sejak launching, belum ada fundraiser yang menggunakan situsnya. Namun tahun 2016, semua mulai mengalami perkembangan signifikan. Kitabisa pun terus bertumbuh besar dan mendatangkan banyak manfaat.
Kini, situs Kitabisa.com dikelola oleh social enterprise PT KITA BISA INDONESIA, bersama dengan YAYASAN KITA BISA (“Kami”). Kitabisa telah mengantongi sejumlah perizinan resmi dan legal, salah satunya yakni izin Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) Kemensos untuk kategori umum dan juga bencana alam.
Fintech ini tak hanya berhasil menjadi pionir, tapi juga merupakan salah satu startup ‘kotak amal zaman now’ yang populer nan terpercaya di Tanah Air. Bahkan, tak hanya situsnya saja yang bisa dengan mudah diakses publik. Sejak tahun 2017, aplikasinya sudah bisa diunduh oleh para pengguna ponsel pintar.
Dengan aplikasi Kitabisa, kegiatan beramal dan memberi bantuan kemanusiaan dalam jaringan pun bisa jadi lebih mudah. Sama mudahnya seperti halnya belanja online melalui berbagai aplikasi e-commerce yang tersedia. Semoga bisa menjadi ladang pahala bagi seluruh pihak yang terlibat.
Baca Juga: Social Enterprise, Berdagang Sekaligus Berbenah Lingkungan Sosial?