Harga Reksa Dana Anda Turun? Ini Cara Atasinya!
Kinerja reksadana tidak selalu bagus atau naik. Ada kalanya juga turun karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti tekanan pasar akibat kondisi ekonomi global maupun domestik, kinerja pasar modal, suku bunga, dan lainnya.
Menjadi investor reksadana harus siap dengan risiko ini. Namun investor juga kerap dilanda bingung harus berbuat apa ketika kinerja reksadana Anda merosot. Apakah dibiarkan saja, atau dijual atau dicairkan untuk meminimalisir kerugian.
Berikut tips mengatasi atau menyikapi saat kinerja reksadana turun:
Baca Juga: Keuntungan Reksadana Pasar Uang Dibanding Deposito, Apa Saja?
Bingung cari investasi Reksa Dana yang aman dan menguntungkan? Cermati solusinya!
Investasi reksadana
1. Cek ulang tujuan keuangan Anda
Tujuan keuangan Anda akan menentukan jenis reksadana yang Anda pilih. Serta jangka waktu investasinya, apakah kurang dari 1 tahun, 2 tahun, atau lebih dari 5 tahun.
Misalnya tujuan keuangan Anda investasi untuk dana pendidikan anak kuliah, maka memilih reksadana saham. Dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk berinvestasi.
Gejolak turunnya nilai reksadana sebetulnya tidak perlu dicemaskan. Penurunan pasti ada ujungnya, dan kemudian akan kembali rebound atau naik lagi ketika kondisinya sudah pulih. Umumnya dalam waktu 1-2 tahun. Jadi sebaiknya ditahan dulu, jangan dijual.
Namun jika tujuan Anda untuk DP KPR yang membutuhkan waktu kurang dari 1 tahun misalnya, pilih reksadana pendapatan tetap atau pasar uang, maka Anda dapat mengambil langkah jual.
2. Mengubah investasi
Cara lain, Anda dapat mengubah investasi. Unit reksadana saham dijual misalnya, lalu dialihkan ke reksadana yang lebih aman, seperti reksadana pasar uang atau pendapatan tetap.
Sejak awal Anda harus memilih instrumen yang tepat berdasarkan tujuan keuangan Anda. Jangan hanya ikut-ikutan atau tergiur imbal hasil tinggi, namun tidak siap dengan risikonya.
Menyiasati kinerja reksadana yang sedang merosot
3. Tambah investasi
Dalam situasi penurunan harga, Anda dapat menambah atau top up reksadana. Sebab tujuan keuangan Anda untuk jangka panjang, jadi sebaiknya dana tidak ditarik.
Kalau ternyata harganya turun lagi, ya tambah lagi investasinya. Yakinlah bahwa suatu saat kinerja reksadana yang turun akan kembali rebound.
Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap: Pengertian, Cara Hitung Untung, dan Produk yang Paling Cuan
4. Bijak dalam mengatur keuangan
Ketika kinerja reksadana yang menjadi tumpuan investasi Anda melorot, periksa kembali keuangan Anda. Sebab, Anda tidak akan mendapatkan return atau imbal hasil dari investasi tersebut karena kinerjanya yang negatif.
Jadi, atur keuangan dengan bijak. Prioritaskan kebutuhan dibanding keinginan. Pangkas pengeluaran yang masih bisa ditunda, dan hidup hemat.
Jika ada uang dari hasil penghematan, Anda dapat alihkan ke dana darurat maupun investasi di instrumen yang lebih aman, seperti emas, deposito. Atau simpan di tabungan.
Baca Juga: Reksadana Campuran, Pengertian dan Kenali Jenisnya agar Tak Salah Pilih
Jangan Hentikan Anggaran Investasi Anda
Namanya investasi pasti tidak akan selalu untung. Risiko investasi harus siap menanggung rugi, termasuk dalam investasi reksadana.
Ketika kinerja reksadana sedang jeblok, anggap sebagai pelajaran berharga. Bukan lantas kesal, marah, kecewa, panik, dan langsung menyetop anggaran investasi.
Apalagi kapok berinvestasi. Jangan! Investasi adalah jalan untuk ‘menggandakan uang.’ Uang Anda bisa berkembang biak, sehingga peluang untuk mencapai tujuan keuangan lebih mudah dan cepat tercapai.
Kalau mau kaya, resepnya bukan jadi karyawan maupun menabung. Tetapi dengan investasi. Investasi reksadana menjadi pilihan tepat karena modalnya sangat receh. Bisa dimulai dari modal Rp 10 ribu untuk reksadana online.
Investasi ini cocok buat milenial, atau pemula yang baru nyemplung investasi, sebab produk investasi aman karena rendah risiko, tapi menguntungkan.
Kalau pasar sedang jelek, bahkan di masa pandemi begini, jangan malah menunda investasi. Saatnya mengembangkan uang Anda, baik itu untuk DP rumah, modal nikah, sampai persiapan pensiun.
Sisihkan 20% dari gaji atau penghasilan Anda setiap bulan untuk investasi reksadana. Tanam uang dalam jangka panjang agar hasilnya pun maksimal.
Baca Juga: Reksadana Saham, Investasi Risiko Tinggi tapi Cuannya Paling Juara