Albuminuria: Gejala, Penyebab, hingga Cara Pengobatannya

Tidak ada anugerah yang lebih berharga selain diberi tubuh yang sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Namun, terkadang seseorang lupa untuk menjaga kesehatannya dan tak memerhatikan gaya hidup maupun makanan yang dikonsumsinya setiap hari. Alhasil, lambat laun masalah kesehatan akan muncul. 

Salah satu jenis penyakit yang bisa terjadi akibat kebiasaan dan gaya hidup yang buruk adalah ginjal bocor, atau dalam istilah medisnya disebut sebagai proteinuria atau albuminuria. Sebagian dari kamu mungkin tak begitu mengenali penyakit ini, atau bahkan belum pernah mendengarnya.

Padahal, ginjal bocor atau albuminuria merupakan penyakit yang cukup sering terjadi dan memiliki gejala yang tidak terlalu sulit untuk bisa dicermati, khususnya bagi penderita diabetes dan hipertensi. Di sisi lain, penyakit ini juga mempunyai risiko yang tidak boleh dianggap enteng karena bisa membahayakan kesehatan penderitanya. Nah, agar memahami apa saja gejala, penyebab, dan cara mengobatinya, simak penjelasan tentang apa itu albuminuria berikut ini. 

Baca Juga: Mengenal Penyakit Ginjal, Mulai dari Gejala, Penyebab, Pengobatan daan Pencegahannya

Apa Itu Albuminuria atau Ginjal Bocor?

Pengertian Albuminuria

Albuminuria adalah kondisi di mana air kencing atau urine mengandung albumin dalam jumlah yang tidak wajar. Albumin sendiri adalah jenis kandungan protein dalam darah yang amat penting dibutuhkan tubuh. 

Normalnya, organ ginjal tidak akan membiarkan protein keluar atau terbuang dalam jumlah terlalu banyak via filter ginjal. Hanya saja, saat filter atau penyaring tersebut rusak, organ ginjal menjadi terlalu banyak membuang albumin atau jenis protein lainnya, dan bocor ke dalam air kencing atau urine dari darah. Bocornya protein menuju urine tersebut umumnya terjadi karena pembuluh darah kecil atau glomeruli ginjal mengalami kerusakan sehingga tak mampu secara optimal menyaring darah. 

Secara umum, masalah ini sering kali dikaitkan dengan gejala dari penyakit ginjal. Khususnya bagi seseorang yang mengalami proteinuria berat yang mana kandungan protein dalam air kencing mencapai 2 hingga 3 gram per hari. 

Padahal, batas normal rata-rata protein yang keluar melalui air kencing hanya berkisar 5 sampai 10 mg saja per hari. Jika jumlah protein yang terbuang mencapai 30 sampai 300 mg, bahkan di atasnya, hal tersebut bisa menjadi indikasi adanya masalah pada organ ginjal. 

Gejala Albuminuria

Umumnya, penderita tidak akan merasakan gejala atau tanda apa pun, terlebih saat penyakit tersebut baru saja muncul. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kondisi ginjal bocor akan menjadi semakin parah dan mulai menunjukkan gejala. 

Beberapa gejala albuminuria adalah:

  • Intensitas urinasi meningkat atau overactive bladder.
  • Mual disertai muntah.
  • Sesak napas.
  • Kelelahan.
  • Nafsu makan menghilang.
  • Terjadi pembengkakan pada area wajah, kaki dan pergelangannya, serta perut.
  • Mata membengkak.
  • Insomnia atau sulit tidur.
  • Urine berbusa.
  • Gangguan elektrolit.
  • Rentan mengalami kram otot di malam hari.

Gejala albuminuria tersebut juga bisa jadi tanda masalah ginjal kronis. Di sisi lain, jumlah protein yang tinggi di dalam urine mampu menyebabkan kondisi yang disebut dengan sindrom nefrotik. Sindrom tersebut menimbulkan penimbunan air dalam tubuh, yang memicu bagian tubuh mengalami pembengkakan. 

Perlu dipahami jika mungkin saja ada gejala lain dari albuminuria selain yang telah disebutkan di atas. Jika dirasa mempunyai kekhawatiran terhadap gejala penyakit tertentu, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter agar penyakit atau masalah kesehatan bisa segera diketahui.

Baca Juga: Hentikan! 10 Kebiasaan Ini Merusak Ginjal, Lho!

Penyebab Albuminuria

Penyebab Albuminuria

Penjelasan

Nefropati Diabetik

Ketika menderita penyakit diabetes, glomeruli dalam ginjal akan menjadi lebih tebal. Imbas dari penebalan tersebut, fungsi glomeruli dalam menyaring sisa zat metabolisme serta mengeluarkan cairan tubuh akan menjadi kurang optimal. 

Hal tersebut membuat albumin turut terbawa dalam urine. Di tahap awal, masalah kesehatan ini mungkin tak menunjukkan gejala yang jelas. Namun, saat kondisinya sudah menjadi terlalu parah, gejala akan mulai muncul, seperti, sakit kepala, nafsu makan menurun, pembengkakan pada bagian kaki, dan kelelahan. 

Infeksi Ginjal

Pielonefritis atau infeksi ginjal bisa terjadi akibat perpindahan bakteri, misalnya E. coli, dari bagian tubuh lain menuju ginjal. Gejala infeksi ginjal meliputi, nyeri saat buang air kecil, demam menggigil, hingga timbul rasa sakit pada perut, pinggang, dan punggung. 

Jika tak ditangani dengan segera, infeksi ginjal tersebut bisa memicu komplikasi serius, seperti, adanya jaringan parut pada glomeruli, dan lambat laun menghilangkan fungsinya serta menyebabkan ginjal bocor. 

Lupus Nefritis

Lupus nefritis adalah peradangan yang terjadi pada ginjal akibat pengaruh dari SLE atau systemic lupus erythematosus. Sebagai penyakit autoimun, lupus membuat sistem kekebalan tubuh menyerang sel serta organnya sendiri. 

Kondisi tersebut bisa memicu peradangan dan mengganggu kinerja ginjal dalam menyaring limbah di dalam tubuh. Dampaknya, protein dan darah tak mampu tersaring dengan sempurna, dan menyebabkannya ikut terbawa ke dalam urine. Tanda dari lupus nefritis ini umumnya tak jauh berbeda dengan penyakit ginjal lainnya, misalnya, terdapat protein dan darah pada urine, pembengkakan di kaki, perut, dan mata, serta kencing berwarna gelap dan berbusa. 

Preeklamsia

Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan dengan gejala tekanan darah tinggi atau hipertensi, serta kadar protein dalam urine yang tinggi. Wanita yang sedang hamil dan menderita preeklamsia mampu merasakan gejala nyeri di bagian atas perut, sakit kepala yang intens, kenaikan pada tekanan darahnya, serta penglihatan memburuk. Meski begitu, masalah kesehatan ini juga bisa terjadi tanpa gejala sama sekali.

Sindrom Nefrotik

Sindrom nefrotik adalah gangguan pada ginjal yang menjadikan tubuh kehilangan protein via urine. Walaupun tak umum terjadi, kondisi tersebut bisa menimbulkan ginjal bocor pada siapa saja, baik anak-anak atau orang dewasa.

Penyebab dari sindrom nefrotik adalah rusaknya glomeruli pada ginjal akibat peradangan, infeksi, pembuluh darah tersumbat, atau sejumlah penyakit, seperti, lupus, kanker, dan diabetes. 

Cara Diagnosis Albuminuria

Albuminuria bisa dideteksi melalui tes urine, dan bisa dilakukan secara mandiri di rumah tanpa persiapan apa pun. Hanya saja, pasien tetap harus mengikuti instruksi dari dokter guna mencegah potensi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. 

Salah satu contohnya adalah tes dipstick, yaitu tes urine yang dilakukan menggunakan strip plastik berukuran kecil dan memiliki kertas indikator. Melalui tes tersebut, pasien bisa mengetahui jumlah protein pada urine yang jika kadarnya terlalu banyak warna bagian ujung strip akan berubah. Tes ini perlu dilakukan dengan rutin karena protein di dalam urine hanya bisa bertahan sementara dan untuk memastikan adanya masalah pada organ ginjal atau tidak.

Tes lainnya yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis masalah ginjal bocor adalah tes kadar kreatinin dan albumin. Tes tersebut dilakukan guna menunjukkan kadar protein kreatinin dan albumin yang sudah dikeluarkan oleh urine dalam kurun waktu 24 jam. Rasio tes ini dikatakan tinggi jika hasilnya lebih dari 30, dan bisa menjadi indikasi dari proteinuria. 

Selain itu, sebagai pemeriksaan lanjutan, dokter juga akan melakukan tes darah, tes pemindaian, elektroforesis protein urine, dan biopsi ginjal. Pemeriksaan lanjutan ini perlu dilakukan tergantung dari riwayat medis pasien serta keluarga, dan untuk mengetahui kondisi kesehatan ginjal.

Pengobatan Albuminuria

Pengobatan Albuminuria

Pengobatan albuminuria umumnya ditentukan berdasarkan penyebab munculnya masalah kesehatan tersebut. Melalui gejala yang muncul pula dokter akan meresepkan sejumlah obat guna mencegah risiko munculnya komplikasi.

Sebagai contoh, dokter akan memberikan obat untuk menurunkan tekanan darah, seperti, ARB, agar kadar protein di dalam urine pasien menjadi lebih rendah dan mengontrol tekanan darah pada glomeruli. Selain itu, obat diuretik, seperti, furosemide dan thiazide, juga bisa diberikan agar meredakan gejala pembengkakan akibat albuminuria.

Dokter juga mungkin akan memberikan obat untuk mengurangi respons tidak normal dari sistem imun tubuh serta mengurangi peradangan, seperti, obat dari golongan kortikosteroid. Pasien juga bisa melakukan diet khusus dan menerapkan gaya hidup sehat untuk mengobati masalah ginjal bocor. Caranya dengan tak mengonsumsi makanan berprotein tinggi, serta diet garam. 

Segera Lakukan Konsultasi dengan Dokter Jika Merasakan Gejala Albuminuria

Ginjal bocor atau albuminuria pada dasarnya bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari penyakit lain yang lebih serius. Oleh karena itu, jika merasa ada tanda atau gejala albuminuria, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter agar masalah kesehatan sebenarnya bisa segera diketahui dan ditangani secara tepat. 

Baca Juga: Sayangi Ginjal Kamu dengan 7 Cara Mudah Ini