Anemia Hemolitik Kurang Darah Yang Dapat Timbulkan Komplikasi
Kadang kurang darah seperti tercetus begitu saja saat orang merasa pusing, atau lemah lunglai. Memang, terkadang penyakit ini masih dianggap sepele mengingat banyaknya obat kurang darah yang beredar di pasaran. Padahal, penyakit ini perlu untuk diwaspadai.
Anemia bukan hanya penyakit kurang darah seperti yang kita kenal selama ini. Karena ternyata, ada beberapa jenis anemia dan salah satunya adalah hemolytic anemia atau anemia hemolitik. Mungkin Anda juga belum mengenal jenis anemia yang satu ini.
Anemia hemolitik adalah penyakit kurang darah dimana sel darah merah hancur sebelum waktunya. Sehingga, jumlah sel darah merah dalam tubuh pun praktis akan berkurang. Proses penghancurannya yang terlalu cepat ini, membuat tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk membuat sel darah merah.
Jenis penyakit kurang darah yang satu ini perlu ditangani dengan serius. Karena, dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Terutama, pada jantung. Seperti menimbulkan gangguan irama jantung atau gagal jantung.
Jenis-jenis Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik terbagi menjadi dua jenis. Pembagiannya berdasarkan dari penyebab timbulnya penyakit tersebut.
Anemia hemolitik intrinsik |
Anemia hemolitik ekstrinsik |
Merupakan sebuah kondisi saat sel darah merah tidak terbentuk. Atau dengan kata lain, berfungsi dengan tidak sempurna. Biasanya disebabkan oleh faktor genetik. Misalnya, pada penderita thalasemia dan anemia sel sabit. |
Anemia hemolitik jenis ini juga kerap dikenal dengan sebutan anemia hemolitik autoimun. Anemia hemolitik ekstrinsik terjadi karena limpa menghancurkan sel darah merah sehat. Kerusakan sel darah merah juga bisa disebabkan oleh infeksi, tumor, reaksi transfusi darah, limfoma, leukemia, hipertensi berat, atau efek samping dari obat-obatan. Penyakit kurang darah jenis ini harus segera ditanggulangi. Karena, dapat menimbulkan komplikasi pada jantung. Yaitu: gangguan irama jantung atau aritmia, kelainan otot jantung atau kardiomiopati termasuk juga gagal jantung. |
Gejala Anemia Hemolitik
Jika masih dalam tahap ringan, kadang anemia jenis ini sama sekali tidak menunjukan gejala apa-apa. Namun gejalanya perlu diperhatikan. Selain itu, gejala anemia hemolitik juga ternyata berbeda-beda antara satu penderita dengan penderita lain. Namun pada umumnya, pengidap anemia hemolitik akan mengalami gejala-gejala seperti berikut:
- Kulit pucat
- Demam
- Linglung
- Sensasi melayang
- Merasa kelelahan atau lemas hingga tak mampu beraktivitas fisik
- Cairan urine berwarna gelap
- Penyakit kuning (ditandai dengan perubahan warna pada kulit dan bola mata)
- Jantung berdebar
Kenali Penyebabnya
Lantas, apa saja penyebabnya? Anda perlu mewaspadainya, karena anemia hemolitik ternyata bisa digolongkan sebagai salah satu penyakit genetik atau keturunan. Karena, penderitanya dapat mewarisi kurang darah jenis ini yang menurun dari orangtua. Atau, bisa juga berkembang setelah lahir.
Selain faktor keturunan atau genetik, penyebab anemia hemolitik dapat diakibatkan oleh munculnya beberapa jenis penyakit seperti: thalasemia, hepatitis, leukemia dan tumor. Bisa pula disebabkan kondisi autoimun seperti systemic lupus erythematosus (SLE) dan Sindrom Wiskott – Aldrich.
Selain beberapa penyakit tadi, anemia hemolitik juga bisa jadi disebabkan oleh efek samping dari penggunaan obat-obatan jenis tertentu. Beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan anemia hemolitik, antara lain: acetaminophen, antibiotik, ibuprofen, chlorpromazine, interferon alpha, dan procainamide.
Perlu di garis bawahi, anemia jenis ini berbeda dengan anemia pada umumnya. Karena, anemia yang selama ini kita kenal disebabkan oleh kekurangan sel darah merah akibat defisiensi zat besi dan dapat ditanggulangi dengan menambah suplainya. Termasuk mengkonsumsi vitamin B-12, juga asam folat.
Jika diketahui penyebab utamanya, sebenarnya penyakit ini dapat diobati. Tapi, jika berada dalam tingkat kronis, anemia hemolitik dapat terjadi berkepanjangan. Biasanya, anemia hemolitik kronis ini terjadi pada penderita yang mendapatkannya karena faktor keturunan.
Diagnosa
Untuk memastikan apakah seseorang menderita Anemia Hemolitik, ada beberapa rangkaian pemeriksaan yang perlu dijalani.
Yang pertama adalah cek terhadap riwayat kesehatan. Mengingat penyakit ini dapat terjadi karena faktor genetik atau keturunan, dokter tentu akan terlebih dahulu melacak, apakah ada anggota keluarga pasien yang menderita anemia.
Pemeriksaan selanjutnya adalah untuk mengetahui gejalanya. Dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap kulit pasien. Apakah menunjukan tanda-tanda kulit yang pucat atau tidak. Selain kulit, bola mata pasien juga akan diperiksa apakah mengalami perubahan menjadi warna kuning atau tidak.
Pemeriksaan untuk mengetahui perubahan warna pada kulit dan mata ini sangat diperlukan. Sebab, penyakit kuning juga bisa menyertai anemia hemolitik.
Dokter juga kemungkinan akan memeriksa perut pasien seperti meraba dan menekannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada gejala pembesaran organ hati/ limpa. Karena perubahan organ tubuh ini juga termasuk dalam gejala anemia hemolitik.
Jika pasien yang diperiksa dicurigai memiliki gejala anemia hemolitik, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan. Diantaranya: hitung darah lengkap, pemeriksaan bilirubin, tes Coombs dan aspirasi sumsum tulang.
Pengobatan
Anemia hemolitik dapat diobati. Namun metoda pengobatan terhadapanya juga ditentukan oleh beberapa faktor, dan yang utama tentu saja adalah penyebabnya.
Tingkat keparahan dari anemia hemolitik dan usia pasien juga akan menjadi pertimbangan dalam mengobati penyakit ini. Selain hal-hal tersebut, kondisi kesehatan pasien dan respons penderita terhadap obat juga penting untuk diperhatikan.
Beberapa metode pengobatan yang biasa dilakukan untuk mengobati anemia hemolitik antara lain:
- Transfusi sel darah merah. Bertujuan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah (Hb) yang rendah sebagai pengganti sel darah merah yang hancur.
- Suntik imunoglobulin (IVIG). Penyuntikan imunoglobulin melalui pembuluh vena. Hal ini dilakukan apabila anemia hemolitik disebabkan oleh kondisi autoimun.
- Obat Imunosupresan. Untuk mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh yang dapat mencegah penghancuran sel darah merah.
- Suplemen asam folat dan suplemen zat besi
Pola Hidup Sehat
Hidup sehat merupakan salah satu kunci dari pencegahan anemia hemolitik. Pencegahan ini sama dengan yang dilakukan saat pandemi COVID-19 melanda. Yaitu, dengan mencegah terjadinya infeksi.
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan mencuci tangan secara rutin dan menggosok gigi dengan teratur. Hindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, juga sebisa mungkin menjauhi kerumunan.
Sedangkan bagi penderita anemia hemolitik yang disebabkan oleh efek samping obat-obatan, sebaiknya menghindari beberapa jenis obat-obat yang dapat memicunya, seperti yang telah kita bahas di atas.
Sementara pencegahan anemia hemolitik yang disebabkan oleh faktor keturunan sebaiknya menjalani konsultasi genetik. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui, seberapa besar peluang penyakit ini diturunkan dari orangtua pada sang anak kelak.