Cerebral Palsy pada Anak: Penyebab, Gejala, hingga Cara Pengobatannya
Setiap orang tua pasti ingin memiliki buah hati yang terlahir sehat dan mampu tumbuh dengan normal. Oleh karena itu, sejak masa kehamilan hingga anak menginjak usia tertentu, para orang tua biasanya akan berusaha memberikan asupan dan penanganan yang terbaik kepada buah hatinya.
Hanya saja, risiko anak terlahir dengan kondisi kesehatan yang terganggu tidak bisa sepenuhnya dihilangkan. Salah satu penyakit yang mungkin terjadi pada anak yang masih berada dalam kandungan atau ketika dalam proses persalinan adalah lumpuh otak atau bisa juga disebut dengan cerebral palsy. Bukan penyakit bawaan, cerebral palsy umumnya terjadi pada tahap awal kehidupan, yakni, ketika dilahirkan, dan beberapa tahun setelahnya.
Lalu, apa sih yang dimaksud dengan cerebral palsy ini? Tak kalah pentingnya, apa saja penyebab, gejala, dan cara mengobati penyakit ini? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut telah Cermati rangkum pembahasannya.
Baca Juga: Seberapa Pentingkah EQ (Emotional Quotient) untuk Anak?
Definisi Cerebral Palsy
Definisi Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah nama dari sekelompok gangguan yang memengaruhi kerja saraf dan otot. Penyakit ini bukanlah penyakit bawaan, melainkan terjadi pada saat di fase awal kehidupan atau sejak lahir. Terdapat 3 jenis penyakit cerebral palsy, yaitu, spastik yang menjadi jenis penyakit lumpuh otak paling umum terjadi, ataksik, dan dyskinetik.
Serebral palsi atau cerebral palsy adalah kondisi yang akan dirasakan oleh penderitanya seumur hidup, tapi kondisinya tidak akan semakin memburuk. Mayoritas anak yang mengidap penyakit ini pun tetap bisa menjalani aktivitas hariannya dengan normal tanpa gangguan yang berarti saat taraf penyakitnya tergolong ringan. Sementara, penderita cerebral palsy dengan tingkat lebih parah mungkin akan memerlukan pendampingan setiap waktu.
Penyebab Cerebral Palsy
Hingga saat ini, belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab cerebral palsy dan gangguan perkembangan pada otak tersebut. Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang diyakini sebagai pemicu penyakit ini, antara lain sebagai berikut.
- Perubahan terhadap gen yang mempunyai peran pada proses perkembangan otak.
- Suplai darah pada otak janin terganggu atau stroke janin.
- Infeksi ketika kehamilan dan menular ke janin. Sebagai contoh, cacar air, sifilis, rubella, infeksi cytomegalovirus, dan infeksi toksoplasma.
- Golongan darah rhesus dari bayi dan ibu berbeda.
- Bayi terlahir dengan berat badan yang rendah atau di bawah 2,4kg.
- Otak bayi kekurangan suplai oksigen saat proses persalinan atau asfiksia.
- Bayi terlahir prematur, dengan usia kehamilan di bawah 37 minggu.
- Radang pada selaput otak atau otak janin.
- Sakit kuning yang memberi racun pada bagian otak atau kernikterus.
- Kelahiran sungsang, atau bayi terlahir dengan bagian kaki terlebih dulu yang keluar.
- Cedera parah pada bagian kepala, contohnya, akibat kecelakaan atau terjatuh.
*Risiko cerebral palsy atau lumpuh otak akan bertambah saat ibu hamil dengan bayi kembar, di mana salah satu bayinya meninggal ketika proses kelahiran.
Apa Saja Gejala Cerebral Palsy pada Anak?
Bayi atau anak yang menderita penyakit ini juga umumnya akan mengalami sejumlah gejala dan tanda, serta bisa bersifat permanen maupun menyebabkan kecacatan. Berikut adalah gejala cerebral palsy pada anak.
- Cenderung menggerakkan satu sisi tubuhnya saja. Sebagai contoh menyeret satu kaki ketika merangkak, maupun menggapai sesuatu menggunakan satu tangan saja.
- Perkembangan motorik atau kemampuan gerak terlambat.
- Sulit melakukan gerakan dengan tepat, contohnya saat mengambil sebuah benda.
- Gaya berjalannya tidak normal, misalnya, berjinjit, tungkai terbuka, atau kaki menyilang menyerupai gunting.
- Tremor.
- Otot lunglai atau malah kaku.
- Kurangnya respons terhadap rasa nyeri atau sentuhan.
- Athetosis atau gerakan menggeliat dan tidak terkontrol.
- Masih sering mengompol meskipun sudah berusia besar, atau sulit menahan kencing.
- Gangguan pendengaran, penglihatan, dan berbicara atau disartria.
- Gangguan kecerdasan.
- Sulit untuk menelan.
- Air liur terus keluar.
- Kejang.
Baca Juga: Ciri-ciri Anak Sehat, Perhatikan Moms!
Cara Diagnosis Penyakit Cerebral Palsy
Sebelum melakukan diagnosis pada penderita cerebral palsy, dokter akan melakukan pengecekan terlebih dahulu apakah terlihat gejala penyakit tersebut atau tidak. Jika diduga ada sejumlah gejala cerebral palsy, baru dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan guna memastikannya. Berikut adalah beberapa cara diagnosis penyakit cerebral palsy.
- Elektroensefalografi atau EEG: Elektroensefalografi dilakukan untuk mengetahui aktivitas listrik pada otak. Cara diagnosis ini dilakukan dengan memakai bantuan alat yang disambungkan pada kulit kepala.
- Uji Pencitraan: Cara diagnosis ini dilakukan guna melihat bagian otak yang telah rusak maupun berkembang secara tidak normal. Beberapa uji pencitraan yang bisa dilakukan, antara lain, MRI, USG, dan CT scan.
Metode Pengobatan Cerebral Palsy
Pengobatan Cerebral Palsy
Metode pengobatan cerebral palsy bisa dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuannya dalam beraktivitas sendiri atau secara mandiri. Akan tetapi, hingga kini, belum diketahui pengobatan yang mampu menyembuhkan penyakit ini sepenuhnya. Cara pengobatan yang umum dilakukan pada penderita cerebral palsy adalah sebagai berikut.
-
Pemberian Obat-Obatan
Pemberian beberapa jenis obat-obatan pada penderita cerebral palsy berguna untuk meredakan rasa nyeri maupun melemaskan bagian otot yang terasa kaku. Dengan begitu, penderita mampu bergerak dengan lebih mudah. Dokter akan memberikan jenis obat berbeda tergantung dari seberapa luas bagian otot yang terasa kaku.
Dokter akan memberi suntik botox atau botulinum toxin jika otot kaku hanya terasa pada area setempat setiap tiga bulan. Pemberian botox juga bisa digunakan untuk meredakan air liur yang terus keluar. Sedangkan pada otot kaku yang terjadi pada hampir seluruh bagian tubuh, pihak dokter mungkin bakal meresepkan obat baclofen dan diazepam.
-
Terapi
Tidak hanya pemberian obat, cerebral palsy juga bisa diobati dengan melakukan terapi. Salah satunya adalah fisioterapi yang berguna untuk meningkatkan motorik dan juga kekuatan otot penderitanya. Terapi ini juga bisa mencegah kontraktur atau keterbatasan gerakan akibat pemendekan otot.
Penderita cerebral palsy juga bisa melakukan terapi okupasi guna menangani kesulitan saat beraktivitas, contohnya saat berpakaian atau mandi. Terapi ini juga bisa membantu dalam meningkatkan rasa percaya diri dan juga kemandirian penderita cerebral palsy. Selain itu, ada pula terapi bicara yang dilakukan agar penderita penyakit ini bisa lebih lancar saat berbicara.
-
Operasi
Prosedur operasi dilakukan saat kaku otot menyebabkan kelainan tulang. Misalnya, bedah ortopedi perlu dilakukan guna mengembalikan bagian sendi dan tulang ke posisi yang seharusnya. Bedah ortopedi bisa dilakukan pula untuk memanjangkan tendon dan otot yang memendek karena kontraktur sehingga kemampuan gerak penderita cerebral palsy bisa meningkat.
Operasi lainnya yang perlu dilakukan adalah selective dorsal rhizotomy atau SDR. Operasi ini dilakukan ketika prosedur lainnya tak mampu mengatasi masalah kaku otot atau nyeri. SDR dilakukan dengan cara memotong salah satu bagian saraf pada tulang belakang.
Jika penderita cerebral palsy mengalami gejala disfagia atau sulit menelan, dokter bakal menyarankannya untuk mengonsumsi makanan lembut dan lunak, sembari melatih otot untuk menelan dengan fisioterapi. Namun, jika gejala disfagia sudah parah, penderita cerebral palsy akan disarankan untuk memasang selang makan, baik melalui hidung maupun langsung dari luar kulit bagian perut menuju lambung. Sementara untuk penderita yang masih sering mengeluarkan air liur, dokter mungkin akan menyarankannya untuk melakukan operasi guna mengarahkan aliran dari air liur menuju belakang mulut.
Komplikasi yang Mungkin Timbul Akibat Cerebral Palsy
Gangguan gerak dan otot kaku pada tubuh penderita lumpuh otak bisa memicu beberapa masalah komplikasi. Antara lain:
- Kekurangan nutrisi karena kesulitan menelan makanan.
- Depresi dan stres.
- Rendahnya kepadatan tulang atau osteopenia.
- Penyakit paru.
- Penyakit osteoarthritis.
- Masalah penglihatan.
Diagnosis Awal Penyakit Cerebral Palsy Mampu Cegah Beragam Gejala
Lumpuh otak atau cerebral palsy merupakan penyakit yang mengharuskan penderitanya mendapatkan penanganan khusus. Diagnosis awal dari penyakit ini bisa mencegah risiko beragam gejala serta lebih tepat dalam mengontrol penyakitnya. Oleh karena itu, jika kamu mengetahui ada gejala atau tanda dari penyakit cerebral palsy, segera lakukan pemeriksaan ke dokter dan konsultasikan penanganan medis yang sebaiknya diambil agar kondisinya tidak semakin parah.