Kenali Manfaat, Cara Penggunaan, Hingga Efek Samping Cilostazol

Sirkulasi darah yang tidak lancar sering kali menimbulkan rasa sakit atau nyeri pada anggota tubuh yang aktif digunakan. Kondisi yang disebut dengan klaudikasio intermiten ini paling sering terjadi pada bagian kaki, khususnya bagian lutut. Tetapi terkadang, anggota tubuh lain seperti tangan, bokong serta pinggul.

Penyakit ini muncul biasanya setelah seseorang berolahraga. Jika kondisinya masih ringan, dengan istirahat kondisi ini biasanya akan membaik.Namun jika kondisinya memburuk, rasa nyeri ini bisa muncul meskipun sedang tidak beraktivitas.

Jika sudah demikian, pengobatan mungkin diperlukan untuk mengatasi penyakit ini. Salah satu obat yang bisa digunakan adalah Cilostazol. Berikut penjelasan lengkap soal manfaat, cara penggunaan, hingga hal-hal yang harus diperhatikan sebelum mengonsumsi obat ini.

Baca Juga: Ketahui Efek Samping hingga Cara Penggunaan Diltiazem

Kenalan dengan Cilostazol

Cilostazol

Cilostazol merupakan obat yang termasuk ke dalam jenis vasodilator dan antiplatelet. Obat ini tidak bisa kamu dapatkan dengan bebas di apotek. Kamu membutuhkan resep dokter untuk bisa membeli Cilostazol.

Karena termasuk ke dalam golongan obat keras, penggunaan obat ini juga harus sesuai dengan anjuran dokter. Jangan mengurangi atau menambahkan dosis tanpa rekomendasi dokter. Termasuk tidak boleh menghentikan pengobatan sendiri tanpa konsultasi dengan dokter.

Hal yang perlu menjadi catatan adalah Cilostazol diberikan bukan untuk menyembuhkan klaudikasio intermiten, tetapi hanya untuk membantu mengatasi gejala.

Jenis Cilostazol di Pasaran

Obat ini hadir di pasaran dalam bentuk tablet serta kapsul lepas lambat. Ada dua jenis ukuran yang dihadirkan, yakni dosis 50 mg dan 100 mg. Cilostazol memiliki banyak merek dagang di pasaran seperti: 

  • Stazol. 
  • Pletaal SR. 
  • Naletal-100.
  • Naletal-50.
  • Citaz 100.
  • Citaz.
  • Cilostazol.
  • Antiplat 50.
  • Aggravan. 

Cilostazol Bukan Hanya untuk Mengobati Klaudikasio Intermiten

Cilostazol bukan hanya digunakan untuk mengatasi klaudikasio intermiten. Obat ini juga bisa digunakan untuk mengatasi beberapa penyakit lain. Obat ini termasuk phosphodiesterase inhibitor III yang mempunyai aktivitas anti pembekuan darah. Karena itu, obat ini juga digunakan untuk pengobatan gejala iskemik (ketidakcukupan suplai darah), mengatasi kram di kaki, nyeri memar hingga mengurangi rasa sakit dan rasa dingin akibat pembuluh darah tersumbat. 

Cara kerja obat ini yakni dengan menghambat trombosit atau keping darah supaya tidak saling menempel dan memicu terjadinya sumbatan pada aliran darah. Cilostazol juga membuat pembuluh darah di kaki melebar sehingga sirkulasi oksigen dan aliran darah pada sel tubuh jadi lebih lancar.

Efek Samping yang Mungkin Terjadi Setelah Penggunaan Cilostazol

Obat ini tergolong aman ketika digunakan sesuai dengan resep dokter. Meski begitu, sejumlah efek samping mungkin juga dirasakan oleh beberapa orang. Umumnya efek samping ini hanya ringan dan bisa sembuh dengan sendiri.

Beberapa efek samping yang dirasakan seperti jantung berdebar, buang air besar yang tidak normal atau diare, pilek, pusing, dan sakit kepala. Tapi selain itu, efek samping yang lebih serius maupun reaksi alergi obat juga bisa terjadi. 

Efek samping serius yang mungkin terjadi seperti kebingungan, sulit bicara, kelemahan di satu sisi tubuh, penglihatan yang tiba-tiba terganggu, jantung berdetak tidak teratur atau nyeri dada, hingga Terjadi reaksi infeksi seperti nyeri tenggorokan rumah sariawan serta demam. Efek lain yang mungkin dirasakan adalah muntah berwarna hitam atau tampak seperti bubuk kopi, feses hitam atau berdarah, muncul bintik berwarna merah atau ungu perdarahan serta memar di kulit rumah dan terjadi bengkak pada kaki dan tangan.

Jika muncul efek samping serius atau reaksi alergi, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan. Hal sama juga harus dilakukan jika efek samping ringan tidak membaik atau justru memburuk.

Harga Cilostazol Bervariasi

Jelaskan dipandang dengan harga bervariasi di pasaran. Setiap merek dagang dan Apotek menawarkannya dengan harga yang berbeda-beda. Harganya berkisar dari belasan ribu rupiah sampai dengan puluhan ribu rupiah untuk setiap 1 tablet.

Baca Juga: Obat Paracetamol, Berikut Cara Pakai, Dosis dan Efek Sampingnya

Cara Tepat Menggunakan Cilostazol dan Dosis yang Diberikan

Mengonsumsi Cilostazol

Cilostazol harus digunakan sesuai dengan resep dokter. Kamu tidak boleh mengurangi atau menambah dosis tanpa rekomendasi dokter. Kamu juga tidak boleh menggantikan konsumsi obat ini meskipun telah merasa kondisi membaik dalam 2 sampai 4 minggu pertama. 

Untuk penggunaannya sebagai obat untuk klaudikasio intermiten, cilostazol biasanya diberikan dengan dosis sehari dua kali 100mg pada orang dewasa. Pemberian obat paling lama selama tiga bulan. 

Gunakan obat ini ketika perut sedang kosong, misalnya 2 jam usai makan atau 30 sampai 60 menit sebelumnya. Saat minum obat ini, kamu perlu menelannya secara utuh bersama air putih. Isi kapsul lepas lambat tidak diperbolehkan untuk dikeluarkan saat akan dikonsumsi. 

Untuk mendapatkan hasil maksimal, gunakan obat ini di waktu yang sama setiap harinya. Seandainya kamu lupa, segera minum begitu ingat. Jika jaraknya dengan waktu minum obat berikutnya sangat mepet, abaikan dosis yang terlupa.

Lakukan kontrol sesuai dengan arahan dari dokter untuk mengetahui apakah obat ini bekerja atau tidak. Selain itu, kontrol secara rutin juga perlu untuk memantau efek samping. Berkonsultasilah dengan dokter jika tidak ada perbaikan kondisi setelah penggunaan tiga bulan. 

Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Menggunakan Cilostazol

Hal penting sebelum menggunakan obat ini adalah selalu jujur kepada dokter tentang kondisi yang sedang dirasakan saat itu. Hal ini penting untuk memastikan jika kamu memang boleh menggunakan obat ini dan risiko efek samping kecil. 

Beberapa kondisi yang perlu kamu beritahukan misalnya kamu sedang menggunakan obat lain, produk herbal, maupun suplemen. Atau jika kamu sedang berencana hamil, hamil, atau menyusui. 

Dokter juga perlu tahu riwayat kesehatan seperti memiliki penyakit kelainan darah (misal trombositopenia atau hemofilia), stroke hemoragik, penyakit ginjal, penyakit hati, retinopati diabetik, hipertensi, sampai masalah pada jantung seperti aritmia, serangan jantung, hingga kelainan hasil EKG. Dokter juga perlu tahu jika dalam enam bulan terakhir kamu pernah menjalani prosedur operasi jantung. 

Dokter juga harus diberitahu jika kamu memiliki kebiasaan tidak sehat seperti merokok. Sebab, rokok bisa mengurangi efektivitas obat ini. Alkohol juga tidak boleh dikonsumsi saat sedang menggunakan Cilostazol karena bisa membuat risiko perdarahan lambung meningkat. 

Obat ini bisa menyebabkan pusing, karena itu hindari aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan penuh setelah mengonsumsi Cilostazol. Jangan minum Cilostazol jika kamu alergi terhadap bahan yang ada di dalamnya. 

Seandainya kamu akan menjalani prosedur medis tertentu atau operasi, beritahu dokter tentang riwayat penggunaan Cilostazol. Kamu juga harus memberi tahu dokter jika tengah mengalami perdarahan aktif atau pendarahan serius. 

Cilostazol juga bisa berinteraksi dengan beberapa obat lain. Misalnya jika digunakan bersama dengan obat-obatan dari golongan alkaloid ergot atau golongan statin, maka risiko efek samping bisa meningkat. Penggunaan bersama obat anti jamur golongan azole (misalnya itraconazole, ketonazole, fluconazole), omeprazole, ticlopidine, diltiazem, atau erythromycin juga dapat meningkatkan efek samping. 

Sementara jika digunakan bersama obat antikoagulan lain atau obat antiplatelet bisa membuat risiko perdarahan meningkat. Tidak hanya obat, Cilostazol juga bisa reaksi dengan grapefruit serta olahannya. Jadi, jangan makan atau minum produk yang mengandung bahan ini selama menggunakan Cilostazol.

Segera temui dokter jika seandainya muncul reaksi alergi maupun efek samping serius setelah penggunaan obat ini. Obat perlu disimpan di tempat yang tidak terjangkau anak-anak, tidak terkena sinar matahari langsung, kering, dan di tempat tertutup bersuhu ruang. 

Selalu Perhatikan Cara Penggunaan dan Penyimpanan Cilostazol

Cilostazol merupakan obat keras yang membutuhkan resep dokter untuk mendapatkannya. Karena itu, kamu harus benar-benar mengikuti petunjuk dokter tentang bagaimana menggunakan obat ini, termasuk dosis yang harus diminum. 

Sebelum mengonsumsinya kamu juga terlebih dahulu mengetahui efek samping dan interaksi obat yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan agar kamu bisa lebih berhati-hati dan mendapatkan hasil maksimal dari penggunaan obat ini.

Hal lain yang tidak boleh dis adalah cara menyimpan obat ini. Kamu harus menyimpannya secara benar agar efektivitas obat tetap terjaga.

Jika dalam tiga bulan penggunaan Cilostazol kondisi tidak mengalami perbaikan, kamu perlu untuk berkonsultasi dengan dokter. Kemungkinan, dokter akan memberikan terapi lain untuk membantu mengatasi masalah kesehatan yang sedang kamu alami.

Baca Juga: Miconazole: Obat Anti Jamur yang Efektif Atasi Masalah Infeksi Jamur pada Kulit