Dow Jones Industrial Average (DJIA): Pengertian, Sejarah, hingga Komponennya

Indeks pasar saham adalah suatu ukuran statistik yang menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi di pasar saham. Di setiap negara, terdapat berbagai macam indeks pasar saham yang perlu untuk diketahui oleh para investor. Sebagai contoh, di Indonesia terdapat Bursa Efek Indonesia atau BEI yang kerap dijadikan sebagai lahan berinvestasi oleh investor lokal.

Nah, jika tertarik untuk mencoba berinvestasi di pasar luar negeri, misalnya, di Amerika Serikat, kamu perlu memahami apa saja indeks pasar saham yang terdapat di sana. Salah satu yang paling terkenal dan terkemuka adalah Dow Jones Industrial Average atau biasa disingkat dengan DJIA. 

DJIA sendiri dikenal sebagai satu dari 3 indeks yang menjadi fondasi atau indikator utama pada pergerakan saham di Amerika Serikat. Lantas, apa sih yang sebenarnya dimaksud dengan DJIA itu? Selain itu, apa saja daftar perusahaan yang terdaftar pada DJIA index yang penting untuk diketahui oleh investor?

Nah, untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa itu DJIA, simak penjelasannya berikut ini.

Baca Juga: Indeks Saham: Pengertian, Jenis dan Kegunaannya

Pengertian Dow Jones Industrial Average atau DJIA

Dow Jones Industrial Average atau DJIA

DJIA adalah satu di antara 3 indeks saham terbesar dan terkemuka yang ada di Amerika Serikat. DJIA adalah index yang pengelolaannya dilakukan oleh Charles Dow, yaitu editor dari The Wall Street Journal atau WSJ dan pendiri dari Dow Jones and Company.

Pada pasar saham di Amerika Serikat, terdapat 3 indeks utama yang dianggap sebagai indikator besar dari pergerakan pasar saham. Ketiga indeks utama di Amerika Serikat tersebut adalah indeks Nasdaq, Indeks S&P 500 atau Standar & Poor’s 500, dan yang terakhir, DJIA atau Dow Jones Industrial Average. 

Secara umum, DJIA adalah index yang biasa digunakan untuk mengetahui cara menilai performa komponen dari industri pada pasar saham di Amerika Serikat. DJIA juga bisa diartikan sebagai cerminan atau representasi dari harga saham 30 emiten yang unggul dan diperjualbelikan pada New York Stock Exchange serta Nasdaq Stock Exchange.

Saat ini, DJIA dianggap sebagai indeks pasar tertua yang ada di Amerika Serikat dan masih terus aktif beroperasi hingga kini. DJIA adalah indeks yang sangat sering diperhatikan oleh para investor, analis keuangan, ataupun fund manager. Indeks tersebut menjadi acuan para investor serta pemerhati pasar saham di Negeri Paman Sam.

Acuan dari indeks ini tak hanya dicermati oleh pihak yang secara aktif bertransaksi pada bursa atau pasar Wall Street. Melainkan, pihak investor dari sejumlah bursa yang ada di negara lain juga tidak jarang menjadikan pergerakan pada indeks pasar saham ini sebagai patokan terhadap kinerja saham portofolionya.

Bagaimana Sejarah Pendirian Indeks DJIA?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, DJIA adalah indeks saham tertua di Amerika Serikat. Indeks saham blue chip yang dikembangkan oleh kerja sama antara The Wall Street Journal dan Dow Jones and Company ini melibatkan pula ahli statistik, yaitu Edward Jones. 

Sering disebut pula sebagai “Dow”, indeks DJIA merupakan salah satu indeks saham yang tersering diamati. Mayoritas emiten yang terdapat pada indeks ini adalah perusahaan besar alias blue chip yang mempunyai pendapatan dan perkembangan yang stabil, juga konsisten. 

Indeks pasar saham ini diketahui pertama kali dihitung pada tanggal 26 Mei tahun 1896 serta dipublikasikan pada Customer’s Afternoon Letter. Jadi, publikasi pertama dari DJIA bukanlah dari WSJ kendati dikembangkan oleh media tersebut. Kala itu, hanya terdapat 12 perusahaan yang termasuk ke dalam penilaian indeks ini. 

Seluruh perusahaan tersebut terdiri dari 4 perusahaan yang bergerak di bisnis kereta api, gas, gula, kapas, tembakau, dan juga minyak. Salah satu emiten atau perusahaan yang tertua dan telah menjadi anggota dari indeks ini semenjak diluncurkan adalah General Electric, yang kemudian berhenti di tahun 2018.

Pada tahun 1928 sampai saat ini, DJIA telah diperluas hingga memiliki 30 emiten. Tak lama setelahnya, warga AS mulai menyadari jika indeks ini secara khusus dirancang untuk memproyeksikan kondisi perekonomian di negara tersebut. 

Selayaknya dengan pergerakan perekonomian di Amerika Serikat, emiten pada DJIA juga akan turut berubah. Kebanyakan saham konstituen pada indeks ini berasal dari indeks bursa Nasdaq, bukan hanya indeks New York. 

Di awal abad 20, kinerja dari perusahaan industri berjalan searah dengan tingkat perkembangan perekonomian sebuah negara. Oleh karena itu, sampai saat ini, tidak sedikit investor yang mempercayai kinerja dari Dow mampu secara akurat menggambarkan kinerja perekonomian di Amerika Serikat yang juga kuat. 

Ketika ekonomi berubah seiring berjalannya waktu, begitu pula dengan komposisi indeks. Saham yang memiliki harga saham tinggi akan mendapatkan bobot yang lebih besar pada indeks. Persentase perubahan atau pergerakan yang lebih tinggi pada komponen dengan nilai lebih tinggi bakal memberi dampak lebih besar terhadap harga akhir yang nantinya dihitung.

Baca Juga: Mengenal Nasdaq, Bursa Efek Tertua di Dunia Asal Amerika Serikat

Perhitungan Dow Divisor

Penghitung divisor digunakan lantaran penghitungan aritmetika sederhana tak lagi memadai dalam penilaian indeks saham pada bursa. Konstanta penghitung divisor digunakan guna menentukan efek perubahan 1 poin pada satu di antara 30 saham pembentuk Dow. Dow divisor alias pembagi saat ini ialah 0,14748071991788, dan dengan rumus:

Harga DJIA + Jumlah ( Nilai Saham Komponen) : penghitung divisor atau Dow divisor

Komponen pada DJIA Index

DJIA Index

Di samping itu, terkait komponen indeksnya, perubahan besar pada komponen indeks DJIA saham pernah terjadi di tahun 1997. Terdapat 4 komponen indeks yang diganti, yaitu Westinghouse Electric diganti dengan Traveler’s Group, Bethlehem Steel diganti dengan Johnson & Johnson, Texaco diganti dengan Hewlett-Packard, dan terakhir, Woolworths diganti dengan Walmart. 

Dua tahun pasca penggantian tersebut, tepatnya tahun 1999, terdapat 4 komponen lagi yang mengalami perubahan, yaitu, Chevron, Union Carbide, Goodyear Tire, dan Sears Roebuck yang digantikan dengan Intel, Microsoft, SBC Communications, dan Home Depot. 

Tidak hanya itu, arisan perubahan pada line up DJIA juga terulang pada tanggal 26 Juni tahun 2017. Perubahan tersebut terjadi saat General Electric Company digantikan oleh Walgreen Boots Alliance. 

Perubahan lainnya juga sempat terjadi ketika Raytheon Company dan United Technologies bergabung dan perusahaan yang baru memasuki DJIA index saat DowDuPont dan Raytheon Technologies memisahkan DuPont, serta diganti Dow Chemical Company di tahun 2019 dan 2020.

Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah tabel perusahaan pada DJIA Index.

Nama Perusahaan

Simbol

Tahun Ditambahkan

3M

MM

1976

American Express

AXP

1982

Apple Inc.

AAPL

2015

Boeing

BA

1987

Caterpillar Inc

CAT

1991

Chevron Corporation

CVX

2008

Cisco Systems

CSCO

2009

Coca-Cola Company

KO

1987

Dow Inc.

DOW

2019

ExxonMobil

XOM

1928

Goldman Sachs

GS

2013

Home Depot

HD

1999

IBM

IBM

1979

Intel

INTC

1999

Johnson & Johnson

JNJ

1997

JPMorgan Chase

JPM

1991

McDonald’s 

MCD

1985

Merck & Co.

MRK

1979

Microsoft

MSFT

1999

Nike

NKE

2013

Pfizer

PFE

2004

Procter & Gamble

PG

1932

Travelers Companies

TRV

2009

United Health Group

UNH

2012

United Technologies

UTX

1939

Verizon

VZ

2004

Visa Inc. 

V

2013

Walmart

WMT

1997

Walgreens Boots Alliance

WBA

2018

Walt Disney Company

DIS

1991

Acuan Indeks DJIA Juga Penting Dicermati oleh Investor Bursa Lain dari Seluruh Dunia

Terlepas sebagai salah satu indeks pasar saham yang utama di Amerika Serikat, DJIA ternyata juga kerap dicermati oleh investor dari negara atau bursa lain. Hal ini dikarenakan pergerakan atau perubahan harga saham pada indeks tersebut juga sedikit banyak berpengaruh pada bursa saham lainnya. Oleh karena itu, pastikan untuk juga mencermati acuan indeks DJIA ini guna mengoptimalkan keuntungan ketika berinvestasi saham, tak terkecuali di Bursa Efek Indonesia atau BEI. 

Baca Juga: Nikkei 225: Definisi dan Daftar Indeks Nikkei 225