Pentingnya Memahami Elastisitas Permintaan, Ini Pengertian hingga Cara Hitungnya
Saat suatu jasa atau barang mendapatkan pengaruh besar pada permintaan konsumen, bisa dikatakan jika produk tersebut memiliki elastisitas permintaan. Apabila harganya turun, minat beli konsumen terhadap produk tersebut biasanya akan langsung meningkat. Sebaliknya, jika harganya meningkat, konsumen biasanya akan berhenti membelinya terlebih dulu sampai harganya kembali normal.
Karena dampaknya tersebut, memahami apa itu elastisitas permintaan terhadap sebuah barang penting untuk dilakukan. Nah, buat kamu yang penasaran, simak penjelasan mengenai pengertian, faktor yang memengaruhi, dan cara menghitung elastisitas permintaan berikut ini.
Baca Juga: Vital bagi Perkembangan Bisnis, Kenali Tentang Apa Itu Market Share dan Cara Meningkatkannya
Apa Pengertian Elastisitas Permintaan?
Pengertian Elastisitas Permintaan
Salah satu hal yang menjadi penentu dari permintaan pasar terhadap suatu produk adalah harga. Ketika harga sebuah produk dirasa mampu memengaruhi permintaan, barang maupun jasa tersebut bisa dibilang mempunyai elastisitas permintaan.
Istilah tersebut berasal dari pemikiran para ekonom mengenai permintaan terhadap sebuah produk, saat harganya mengalami perubahan, jumlah permintaannya juga ikut berubah. Karenanya, pihak pemasaran perlu mencari tahu bagaimana respons konsumen terhadap stimulus dari produk yang dijualnya.
Cara Kerja Elastisitas Permintaan
Hubungan jumlah barang yang dibeli dan harga adalah 2 hal yang dipandu oleh hukum permintaan. Maksudnya, harga sebuah barang mempunyai hubungan terbalik dengan jumlah barang yang dibeli konsumen. Ketika harga barang meningkat, jumlah penjualannya akan menurun, dan jumlah penurunan tersebut bisa diketahui melalui elastisitas permintaan.
Apabila sebuah produk mempunyai permintaan yang elastis, konsumen cenderung melakukan perbandingan saat akan membelinya. Sebab, produk tersebut tidak termasuk sebagai kebutuhan pokok yang harus didapatkan berapa pun harganya dan ada produk lain yang bisa dijadikan pilihan alternatif.
Jika digambarkan dalam sebuah grafik kurva, kuantitas barang yang diminta akan menjadi lebih banyak ketimbang harga. Saat elastisitas permintaan tinggi, kurva akan menjadi lebih datar.
Sumber: accurate.id
Pada kurva permintaan hanya ditunjukkan bagaimana kuantitas akan berubah dan menjadi respons terhadap perubahan harga. Apabila ada faktor penentu permintaan yang berubah, hal ini akan langsung menggeser kurva permintaannya.
Selain itu, ada pula yang disebut sebagai permintaan elastis atau elastisitas permintaan sempurna. Hal ini terjadi saat kuantitas yang diminta melonjak sampai tak terbatas, harganya akan ikut turun. Meski begitu, hal seperti ini mustahil untuk terjadi di dunia nyata, walaupun tak sedikit komoditas yang mendekati pada skenario tersebut akibat tingkat kompetitifnya yang sangat tinggi.
Cara Menghitung Elastisitas Permintaan
Terdapat 3 jenis utama dari elastisitas permintaan, yaitu, elastis, tidak elastis, dan elastisitas satuan. Namun, sebelum membahasnya, ada baiknya untuk membahas tentang hukum permintaan dan penawaran menggunakan rumus PED atau Price Elasticity of Demand.
Sumber: accurate.id
- % Quantity Demanded adalah perubahan permintaan kuantitas, yang didapat dari perhitungan (kuantitas baru dikurangi kuantitas lama) / kuantitas reratanya.
- % Price adalah perubahan harga atau P, yang didapatkan dari perhitungan (harga baru dikurangi harga lama) / harga rerata.
- PED selalu dijadikan sebagai nilai absolutnya, maupun nilai positif sebab poin yang dibutuhkan adalah besarannya.
Lalu, sejumlah sumber daya dari ekonomi biasanya menghitung elastisitas permintaan menggunakan rumus berikut ini.
Perubahan Permintaan Kuantitas atau Qd = ( Kuantitas Baru dikurangi Kuantitas Lama) / Kuantitas lama
Perubahan Harga atau P = (Harga Baru dikurangi Harga Lama) / Harga Lama
Ketahui jika penyebut pada kedua rumus di atas adalah harga lama dan kuantitas lama yang berbeda dengan kuantitas atau harga rerata pada rumus yang ditunjukkan sebelumnya. Pemakaian rumus tersebut dinilai tidak ideal sebab arah perubahan kuantitas atau harganya bisa mempengaruhi perhitungan angka dari elastisitas harga.
Untuk lebih memahaminya, simak contoh berikut ini.
Harga kaos mengalami penurunan dari 30 ribu menjadi 20 ribu, dan jumlah permintaan meningkat dari 100 buah menjadi 150 buah. Berdasarkan data tersebut, perhitungan elastisitas permintaannya menjadi sebagai berikut.
Sumber: accurate.id
Sementara, jika data pada contoh tersebut dibalik dan harga kaos mendapatkan kenaikan, perhitungannya akan menjadi seperti ini.
Sumber: accurate.id
Berdasarkan contoh tersebut, nilai yang disebutkan tetap, serta perubahannya tidak berubah. Yang membedakan hanyalah arah perubahannya yang menyebabkan elastisitas permintaannya berubah. Guna menyelesaikan perhitungan tersebut, rumus yang digunakan adalah teknik titik tengah pada elastisitas.
Metode tersebut menggunakan jumlah serta harga rerata sebagai penyebut pada rumus perubahan persentasenya. Berikut adalah contohnya.
Perubahan Permintaan Kuantitas (Qd) = ( kuantitas yang baru dikurangi kuantitas yang lama) / kuantitas rerata
Perubahan Harga atau P = (Harga yang baru dikurangi harga yang lama) / harga rerata
Sedangkan contoh perhitungannya berdasarkan data di atas adalah sebagai berikut.
Sumber: accurate.id
Di sisi lain, saat ada perubahan harga yang menimbulkan perubahan tidak proporsional terhadap jumlah permintaan, bisa dikatakan jika elastisitas permintaan tengah terjadi. Misalnya, sebuah barang mendapatkan peningkatan harga sebanyak 10 persen, tapi tingkat penurunan permintaannya mencapai 30 persen.
Dalam kondisi tersebut, produk dikatakan sensitif terhadap elastisitas permintaan, dan umumnya tergolong sebagai produk non esensial. Produk akan dikatakan elastis saat nilai PED lebih dari 1.
Contohnya, sebuah tas mengalami penurunan permintaan dari 300 buah menjadi 200 buah akibat kenaikan harga dari 500 ribu menjadi 550 ribu. Berdasarkan data tersebut, perhitungan PED akan menjadi seperti berikut.
Sumber: accurate.id
Memiliki nilai PED 4.2, bisa dikatakan jika produk tersebut sangat elastis.
Baca Juga: Kamu Perlu Tahu, Ini Biang Kerok Penyebab Inflasi di Indonesia
11 Faktor yang Pengaruhi Elastisitas Harga Permintaan
Berikut adalah 11 faktor yang memengaruhi elastisitas permintaan berdasarkan harga.
Faktor |
Penjelasan |
---|---|
Sifat Komoditas |
Umumnya, elastisitas permintaan tergantung dari jenis atau sifat komoditasnya. Kebutuhan pokok seperti, gula, garam, beras, dan sebagainya karena bersifat wajib dipenuhi, elastisitas permintaan dan harganya biasanya di bawah 1. Sementara barang mewah, misalnya, perhiasan, barang elektronik, dan emas memiliki elastisitas lebih dari 1. |
Ketersediaan Pengganti |
Jika ada banyak substitusi atau pengganti terhadap sebuah barang, permintaan akan menjadi lebih elastis. Sebagai contoh, saat harga teh meningkat, peminat dari kopi biasanya akan bertambah, begitu pun sebaliknya. |
Penggunaan Barang yang Berbeda |
Barang dengan fungsi yang beragam umumnya memiliki permintaan elastis. Sebagai contoh, produk susu bisa digunakan untuk minuman, atau bahan membuat keju dan yoghurt. Saat harganya naik, susu hanya akan digunakan untuk salah satu fungsinya saja, misalnya sebagai produk minuman, dan tidak lagi dijadikan bahan membuat keju atau semacamnya. |
Pendapatan Konsumen |
Jika pendapatan konsumen tinggi, jumlah permintaan biasanya inelastis. Alasannya karena berapa pun harganya, konsumen tidak akan segan untuk tetap membelinya. Hal ini berbeda dengan produk dengan konsumen berpenghasilan menengah yang pasti akan langsung berpikir ulang untuk membelinya ketika harga dinaikkan. |
Kebiasaan Konsumen |
Beberapa produk yang mengikat kebiasaan konsumen, seperti, alkohol, rokok, dan kopi, cenderung mempunyai permintaan tidak elastis. Perubahan harga pada produk tersebut umumnya tidak akan mengubah permintaannya. |
Tingkat Harga |
Produk dengan harga tinggi, seperti perhiasan dan barang elektronik, maupun barang dengan harga murah, misalnya koran cenderung memiliki permintaan tidak elastis. Sebaliknya, produk dengan harga menengah, seperti pakaian mempunyai permintaan elastis dan perubahan harga mampu memengaruhi kuantitas pembeliannya. |
Jangka Waktu |
Dalam jangka pendek, permintaan komoditas cenderung tidak elastis, dan cenderung elastis dalam jangka panjang. Penyebabnya tidak lain dari selera, kebiasaan, dan preferensi konsumen yang akan berubah seiring berjalannya waktu. |
Permintaan Bersama |
Produk yang saling melengkapi, misalnya, kendaraan bermotor dan bahan bakar, pulpen dan tinta, umumnya mempunyai permintaan tidak elastis. Tanpa ada penurunan permintaan di salah satu produk, permintaan dari produk yang melengkapinya juga tidak akan menurun. |
Permintaan Off Peak dan Peak |
Pada periode peak atau waktu sibuk, permintaan barang umumnya tidak elastis. Sebaliknya, pada periode off peak atau tidak sibuk, elastisitas permintaan akan meningkat. Biasanya faktor ini terjadi pada transportasi atau bisnis hotel. |
Proporsi Penghasilan yang Dibelanjakan Terhadap Sebuah Komoditas |
Produk kebutuhan harian dengan harga terjangkau, seperti, pasta gigi, sabun, dan sebagainya cenderung memiliki permintaan tidak elastis. Berbeda dengan makanan atau pakaian yang akan langsung dicari saat harganya menurun, atau sebaliknya. |
Penundaan Penggunaan |
Produk yang dapat ditunda penggunaannya tentu memiliki elastisitas permintaan tinggi. Sebagai contoh, kenaikan bahan bangunan dapat menunda proses renovasi rumah. Di sisi lain, harga makanan yang meningkat tidak akan membuat permintaan menurun karena berkaitan dengan kebutuhan pokok. |
Jadikan Elastisitas Permintaan Sebagai Pertimbangan dalam Pemasaran dan Pengembangan Produk
Elastisitas Permintaan
Secara umum, elastisitas permintaan menjadi dasar pertimbangan utama terhadap rencana perubahan harga, khususnya terkait proses pengembangan maupun strategi pemasaran produk. Jika sampai salah perhitungan, penurunan omzet bisa terjadi dan akan memengaruhi perkembangan bisnis. Untuk itu, pastikan untuk memahami apa itu elastisitas permintaan, cara menghitung, dan faktor yang memengaruhinya di atas, ya!
Baca Juga: Pengalaman Pelanggan sebagai Kunci Kesuksesan sebuah Bisnis Digital