FOMO, Sindrom akibat Adiksi Media Sosial
Fear of Missing Out atau FOMO adalah salah satu gangguan psikologis yang sering menyerang pengguna media sosial. Parahnya lagi, banyak orang yang tidak menyadari jika dirinya mengidap salah satu jenis sindrom ini.
Masih banyak masyarakat yang menganggap sindrom ini sebagai angin lalu. Alias banyak orang yang menggampangkan, jika mengetahui ada salah satu kerabat mereka yang menderita gangguan mental ini. Padahal bagi pengidap, memiliki gangguan psikologis bak memiliki neraka pribadi.
Baca Juga: 5 Tips Untuk Membangun Personal Branding di Sosial Media
Apa Itu Fear of Missing Out?
Fear of Missing Out
FOMO adalah sebuah gangguan mental yang berkaitan dengan hubungan sosial seseorang. Seperti namanya, pengidap gangguan ini seakan gatal jika tidak “meng-update” dirinya dengan tren terbaru.
Sindrom tersebut muncul akibat penggunaan media sosial yang terlalu berlebihan. Sehingga, jika sehari saja pengidap tidak membuka media sosial, mereka akan merasa ada yang belum lengkap di kehidupannya.
Sejarah dari Fear of Missing Out
Istilah FOMO sendiri sudah ditemukan sejak beberapa tahun yang lalu. Tepatnya oleh Ilmuwan Inggris Dr. Andrew K. Przybylski pada tahun 2013.
Hal ini juga yang menjadi bukti nyata, bahwa FOMO memang benar-benar ada dan menjangkit pikiran banyak orang. Bahkan sebelum perkembangan media sosial dan gadget tidak secanggih saat ini, para ilmuwan sudah memprediksi munculnya gangguan mental ini.
Memang, Fear of Missing Out bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Namun, riset menunjukkan bahwa media sosial merupakan penyebab utamanya. Terutama, jika digunakan di luar batas normal.
Keinginan untuk menjadi orang lain lah yang selalu muncul di pikiran pengidap. Mereka selalu merasa ada yang salah dengan kehidupannya dan ingin mencoba kehidupan orang lain yang terlihat lebih up to date dan menarik.
Pikiran ‘aku ingin seperti mereka’ ini lah yang menjadi penyebab dasar munculnya sindrom ini. Mereka seakan menganulir, kemungkinan bahwa tidak ada yang sempurna. Juga fakta bahwa orang-orang tidak mengunggah bagian sedih dari hidupnya ke media sosial.
Gejala Seseorang Terjangkit FOMO
Menurut studi yang dilakukan di Amerika Serikat, ada 24 persen remaja menghabiskan waktunya lebih banyak di media sosial. Setidaknya 8-10 jam durasi yang mereka habiskan di media sosial. Jumlah ini tentu saja akan lebih banyak, jika riset dilakukan di Indonesia.
Meskipun tidak bisa dilihat dengan kasat mata. Gejala FOMO sebenarnya cukup terlihat jelas. Berikut ini merupakan beberapa ciri-cirinya.
-
Lebih Tertarik untuk Beraktivitas di Media Sosial
Gejala FOMO yang paling utama adalah rasa ketertarikan dan keinginan berlebih yang dirasakan seseorang untuk beraktivitas di dunia maya. Jika mereka enggan melakukan sosialisasi di dunia nyata dan lebih memilih media sosial. Besar kemungkinan orang tersebut sedang mengidap FOMO.
Hal ini biasanya akan diikuti dengan banyaknya unggahan yang dilakukan oleh orang tersebut. Entah dari media sosial mana pun atau dengan jenis unggahan apa pun. Ini adalah pertanda orang tersebut sedang “menunjukkan” dirinya.
Alasannya di balik hal tersebut pun cukup simpel yaitu mereka ingin terlihat sempurna di mata orang lain. Karena unggahan video maupun foto yang diunggah diharapkan akan mendatangkan pujian atau setidaknya ‘like’ dari pengikutnya.
-
Enggan Beralih dari Layar Ponsel
Ciri-ciri kedua adalah orang tersebut pasti enggan beralih dari layar ponsel. Mereka yang menderita sindrom ini, pasti merasakan rasa gatal tersendiri, jika dalam beberapa menit tidak mengecek handphone. Seolah-olah sudah ketinggalan informasi penting dari media sosial.
Sehingga dalam beberapa menit sekali, mereka akan membuka gawainya untuk mengecek update-an terbaru. Sekalipun harus mengorbankan interaksinya dengan orang lain di dunia nyata.
Selalu kenali ciri-ciri ini, terutama jika muncul di diri Anda sendiri. Ini merupakan gejala awal dari sindrom ini. Jangan sampai kecanduan tersebut merusak aktivitas Anda di dunia nyata.
-
Memiliki Obsesi Tersendiri dengan Kehidupan Orang Lain
Gejala lain yang muncul adalah munculnya obsesi terhadap kehidupan orang lain. Terutama jika orang tersebut lebih eksis dan memiliki citra yang baik. Sehingga, sosok tersebut mendapatkan lebih banyak followers dan like.
Hal ini lantas membuat pengidap merasakan kecemburuan sosial yang berlebihan. Mereka tidak suka jika ada orang lain yang terlihat lebih ‘wah’ ketimbang dirinya sendiri. Hal ini pun kemudian membuat mereka depresi.
Menurut survei yang dilakukan oleh majalah Forbes, sindrom FOMO muncul karena seseorang tidak puas dengan kehidupan pribadinya. Pengidap sindrom ini akan terus bertanya-tanya kepada dirinya “Apakah orang lain lebih bahagia dari saya?”.
Baca Juga: Begitu Mengalami Ini, Rehatlah Sejenak dari Media Sosial
Dampak Buruk FOMO bagi Pengidapnya
Meskipun terdengar sepele, sindrom ini cukup memiliki dampak yang signifikan ke kehidupan seseorang, lho! Sayangnya, dampak yang diberikan itu hanya lah dampak negatif bukan positif.
-
Merusak Hubungan Sosial Seseorang
Satu-satunya hal yang pasti dari sindrom ini adalah rusaknya hubungan sosial seseorang. Baik di dunia nyata maupun di media sosial. Hal ini terjadi karena orang tersebut sudah terlalu terobsesi dengan kehidupan orang lain.
Secara refleks, mereka akan melakukan segala cara. Agar orang yang dirasa lebih bahagia dari dirinya, kalah.
Hal ini tentu saja akan membuat orang lain tidak nyaman. Sehingga, orang-orang pun akan langsung menarik diri untuk berhubungan dengan penderita sindrom ini.
-
Merusak Kesehatan Seseorang
Menderita sindrom FOMO, tentu saja akan membuat seseorang mengalami gangguan psikologis dan fisik. Sebab penderita akan terus-terusan merasa depresi. Hal ini tentu saja akan membuat orang tersebut sulit untuk tidur di malam hari.
Akibatnya, banyak sekali penyakit yang muncul, dari pola hidup yang tidak sehat itu. Penderita tidak hanya akan mengalami gangguan secara psikologis saja. Melainkan juga gangguan secara fisik atau mengidap banyak penyakit berbahaya.
Rasa cemas yang muncul akibat FOMO, juga bisa memengaruhi sistem kardiovaskular atau membuat seseorang rentan terkena serangan jantung.
Setiap kali merasa cemas, tubuh juga akan mulai mengeluarkan hormon stres seperti, adrenalin dan kortisol. Terlalu banyaknya kandungan hormon kortisol dalam tubuh akan mengakibatkan menurunnya sistem imun. Sehingga, penderita pun akan rentan terkena penyakit lainnya.
-
Memengaruhi Finansial Seseorang
Tidak hanya itu, sindrom FOMO juga membuat seseorang kehilangan kendali terutama pada keuangannya. Sebab, mereka merasa perlu untuk membelanjakan uangnya di hal-hal yang tidak penting hanya untuk menyetarakan derajatnya seperti orang yang dilihat di medsos.
Salah satu contoh dari kasus ini adalah dengan membeli gawai super mahal yang sering dipakai banyak orang. Sedangkan hal ini tidak cocok dengan keadaan finansialnya yang pas-pasan. Hal ini pun tentunya akan mengganggu kondisi finansial seseorang.
Alasannya di balik ini pun tidak kalah sepele, dengan mengganti gawai terbaru pengidap ingin lebih dihargai. Karena sudah memiliki gawai terkini dan sama seperti kebanyakan orang. Rasa haus akan afirmasi orang lain inilah yang kemudian juga membawa petaka.
Lakukan Detox Medsos
Kini Anda sudah tahu, FOMO adalah sebuah gangguan psikologis yang muncul akibat medsos (media sosial). Seperti namanya Fear of Missing Out membuat seseorang merasa gatal jika tidak beraktivitas di medsos. Seakan akan dunia kiamat jika mereka ketinggalan berita yang ada di medsos.
Tidak hanya memengaruhi psikologis. Sindrom FOMO juga bisa memengaruhi 3 aspek kehidupan lainnya. Seperti kesehatan, finansial, juga hubungan sosial dengan orang lain.
Oleh karena itu, segera kenali gejalanya. Terutama jika yang terkena sindrom ini adalah diri Anda sendiri.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari sindrom ini menjadi semakin parah. Salah satunya dengan melakukan detox (tidak membuka dan memainkan media sosial selama beberapa waktu).
Waktu yang paling dianjurkan untuk melakukan detox medsos adalah 30 hari. Namun, hal ini tentu saja juga bisa dilakukan secara bertahap. Mulai dari seminggu, dua minggu, hingga sebulan. Yuk, berikan waktu untuk kehidupan yang sebenarnya!
Baca Juga: 7 Cara menjaga Profesionalisme saat Menggunakan Media Sosial