HIV AIDS, Kenali Faktor Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Metode Pencegahannya
Human Immunodeficiency Virus atau biasa dikenal dengan singkatan HIV tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Jenis virus tersebut memang cukup banyak dikenal oleh masyarakat awam karena memang memiliki ancaman penyebaran yang tergolong tinggi dan dapat mengancam nyawa pengidapnya.
HIV sendiri merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit yang bernama Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS. Karena alasan ini, tidak mengherankan jika HIV sering disebut secara bersamaan dengan AIDS sebagai nama penyakit yang diakibatkannya.
Saat terinfeksi dengan virus HIV, sistem imun atau kekebalan tubuh seseorang akan semakin menurun. Oleh karena itu, HIV begitu ditakuti oleh masyarakat karena langsung mampu melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi maupun penyakit. Alhasil, tubuh menjadi lebih rentan terkena penyakit dan juga menghambat proses penyembuhannya.
Mengetahui ancaman yang diberikannya, memahami tentang penyakit HIV AIDS, faktor penyebabnya, gejala, cara pengobatan dan pencegahannya perlu untuk dilakukan. Untuk itu, simak penjelasannya berikut ini.
Apa Itu HIV AIDS?
Apa Itu HIV AIDS?
HIV dan AIDS memang sering kali dikenal sebagai satu kesatuan. Padahal, baik HIV maupun AIDS merupakan dua kondisi yang sebenarnya tidak bisa disamakan. Meski begitu, keduanya memang saling berkaitan dan menjelaskan satu sama lain.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan HIV adalah virus yang mampu menyerang sistem imun atau kekebalan tubuh. Virus tersebut kemudian dapat membuat kemampuan tubuh dalam melawan bakteri dan infeksi menjadi semakin lemah seiring waktu berjalan.
Sedangkan untuk AIDS sendiri merupakan nama penyakit yang diderita oleh orang yang terinfeksi dengan virus HIV. Seseorang dapat didiagnosis mengidap penyakit AIDS ketika infeksi dari virus HIV sudah mencapai tahap atau stadium akhir. Alasannya, penyakit AIDS baru bisa dideteksi ketika virus HIV telah berhasil melumpuhkan sistem imun tubuh seseorang sepenuhnya.
Hingga kini, obat atau vaksin untuk menyembuhkan infeksi dari virus ini masih belum ditemukan. Meski begitu, ada beberapa jenis obat yang bisa dikonsumsi oleh penderita AIDS agar dapat memperlambat perkembangan dari virus HIV. Dengan begitu, harapan hidup dari penderitanya dapat ditingkatkan.
Virus HIV dapat dibagi ke dalam 2 tipe, yakni HIV-1 dan juga HIV-2. Kedua tipe virus tersebut masih bisa dibagi lagi menjadi beberapa subtipe yang berbeda. Pada kasus infeksi dari virus tersebut, kebanyakan pasien AIDS terjangkit oleh virus HIV dari tipe HIV-1 dan subtipe M.
Sebaliknya, virus HIV dengan tipe HIV-2 dilaporkan hanya diderita oleh sebagian kecil pengidapnya saja. Jadi, kebanyakan kasus dari penyakit AIDS dari para penderitanya di seluruh dunia disebabkan oleh tipe HIV-1 dengan subtipe M.
Namun, tidak menutup kemungkinan pula seseorang bisa terjangkit dengan dua tipe virus HIV, khususnya bagi penderita yang tertular dari 2 atau lebih penderita lainnya. Saat mengidap 2 tipe virus HIV, pasien penyakit tersebut dikenal dengan istilah superinfeksi.
Kondisi superinfeksi virus HIV memang hanya terjadi pada kurang dari 4 persen penderita AIDS di dunia. Meski begitu, kondisi tidak boleh diremehkan karena risiko superinfeksi ini cukup tinggi di 3 tahun awal infeksinya. Dalam kata lain, potensi virus HIV untuk melemahkan sistem imun tubuh menjadi jauh lebih tinggi dan cepat.
Penyebab HIV AIDS
Penyebab HIV AIDS yang paling umum adalah:
- Orang yang memiliki kebiasaan melakukan seks bebas dengan tanpa menggunakan pengaman.
- Orang yang melakukan tato atau tindik.
- Ditularkan secara bersamaan dengan infeksi dari penyakit seksual lainnya.
- Orang yang menggunakan narkotika jenis suntik tidak steril dan menggunakannya secara bergantian juga berisiko terjangkit virus HIV.
Gejala HIV AIDS
Ada tiga tahap gejala HIV AIDS, yakni:
Tahap Pertama
- Mengalami rasa nyeri seperti saat menderita flu.
- Timbul demam.
- Tenggorokan nyeri.
- Kelenjar getah bening yang membengkak.
- Diare.
- Nyeri otot juga sendi.
- Kelelahan.
Gejala HIV AIDS tahap pertama ini biasanya terjadi beberapa minggu sampai dua bulan pasca terinfeksi. Namun, ada beberapa kasus penderita yang tidak merasakan gejala apapun hingga beberapa tahun setelah pertama kali terinfeksi.
Pada tahap kedua, penderita cenderung tidak menunjukkan gejala yang lebih parah dalam kurun beberapa tahun. Meski begitu, pada tahap ini virus HIV terus melakukan penyebaran dan perusakan pada sistem imun tubuh, serta sudah bisa disebarkan kepada orang lain. Tahap kedua ini bisa berlangsung sampai 10 tahun atau lebih.
Memasuki tahap ketiga, penderita akan mulai merasakan daya tahan tubuh yang kian rentan terserang penyakit. Demam selama berhari-hari bisa dirasakan oleh penderitanya sekaligus tubuh yang mudah merasa lelah.
Pada ini pula penderita mengalami:
- Gangguan pernapasan.
- Pencernaan tidak normal.
- Muncul bintik ungu di kulit yang sulit untuk dihilangkan.
- Infeksi jamur di bagian mulut, tenggorokan, dan vagina.
- Nafsu makan menurun.
- Berat badan turun secara drastis.
Cara Diagnosis HIV dan Penyakit AIDS
Diagnosis HIV bisa dilakukan menggunakan tes HIV. Tes tersebut dilakukan dengan memeriksa sampel urine atau darah dari pengidap yang kemudian diteliti di sebuah laboratorium. Adapun jenis pemeriksaannya meliputi:
- Tes Antibodi: Pengetesan pada antibodi dilakukan guna mendeteksi apakah antibodi yang diproduksi oleh tubuh berguna untuk menumpas infeksi virus HIV. Meski tergolong akurat, tes antibodi memerlukan waktu sekitar 3 sampai 12 minggu hingga jumlah antibodi di dalam tubuh cukup banyak untuk bisa dideteksi ketika diperiksa.
- Tes Antigen: Tujuan dari melakukan tes ini adalah untuk mendeteksi kandungan protein yang merupakan bagian virus HIV. Tes antigen biasanya akan dilakukan 2 hingga 6 minggu pasca pasien dicurigai menderita infeksi virus HIV.
- Hitung Sel CD4: Bagi yang belum tahu, CD4 merupakan bagian sel darah putih yang diserang oleh virus HIV. Pada kondisi normal, rentang jumlah CD4 dalam tubuh adalah 500 sampai 1400 sel setiap milimeter kubik darah. Tes ini dapat menunjukkan penyakit AIDS jika kadar CD4 berada di bawah angka 200 sel setiap milimeter kubik darah.
- HIV RNA: HIV RNA atau pemeriksaan viral load dilakukan untuk mengetahui jumlah RNA, yaitu bagian virus HIV yang bertugas untuk menggandakan diri. Jika jumlah RNA per milimeter darah melebihi 100ribu kopi, hal itu menandakan bahwa seseorang baru saja terinfeksi dan tidak tertangani. Namun, ketika jumlahnya kurang dari 10ribu kopi, virus HIV berkembang dengan lambat tapi tetap memberikan kerusakan pada imun tubuh.
- Tes Resistensi atau Kekebalan: Tes ini dilakukan guna menentukan jenis obat anti HIV apa yang tepat untuk diberikan kepada penderitanya. Pasalnya, tingkat resistensi pasien terhadap penggunaan obat tertentu tidak sama dan perlu untuk melakukan tes resistensi ini.
Metode Pengobatan Penderita AIDS
Hingga saat ini, dunia medis belum berhasil menemukan obat yang ampuh menyembuhkan penyakit AIDS. Meski begitu, terdapat jenis obat yang bisa digunakan untuk memperlambat proses perkembangan dari virus HIV. Obat tersebut dikenal dengan nama Antiretroviral atau biasa disingkat ARV.
Cara kerja ARV adalah dengan menghalangi virus untuk mendapatkan unsur yang bisa membuatnya menggandakan diri. Dengan begitu, virus menjadi lebih lambat dalam menghancurkan sel CD4. Terdapat beberapa varian dari obat ARV, seperti efavirenz, etravirine, zidovudine, nevirapine, dan lamivudine.
Selama menggunakan obat ARV, jumlah virus dan juga sel CD4 dari pasien akan dimonitor oleh dokter. Pemeriksaan sel CD4 dilakukan setiap 3 sampai 6 bulan sekali, dan tes HIV RNA dilakukan mulai awal pengobatan dan diulangi setiap 3 atau 4 bulan di masa pengobatan.
Agar kinerjanya maksimal, obat ARV sebaiknya dikonsumsi oleh pasien sejak didiagnosis mengidap virus HIV. Semakin cepat pasien mengonsumsi obat ARV, semakin kecil pula risiko terserang penyakit AIDS. Sebab, virus tersebut belum merusak sistem imun tubuh secara menyeluruh. dan perkembangannya dapat ditekan.
Mencanangkan Gaya Hidup Sehat Dapat Mengecilkan Risiko Terjangkit Virus HIV
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, virus HIV tidak akan menjangkiti seseorang yang melakukan gaya hidup sehat dan menjaga kebutuhan seksualnya. Karena belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya, pencegahan merupakan cara terbaik untuk terhindar dari ancaman penyakit AIDS. Untuk itu, hindari untuk melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan risiko terinfeksi virus HIV.