Panadol: Manfaat, Varian, hingga Efek Sampingnya
Kebanyakan dari kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan obat bermerek Panadol. Memiliki kandungan utama berupa paracetamol, Panadol sering kali dipilih sebagai obat untuk mengatasi beragam keluhan dan gejala penyakit. Sebagai contoh, flu, demam, sakit kepala, batuk tanpa dahak, bersin-bersin, dan hidung tersumbat.
Selain itu, Panadol juga kerap dijadikan sebagai sarana untuk meredakan nyeri otot dan juga sakit gigi yang mengganggu. Sejumlah produk dari obat jenis ini juga divariasikan dengan sejumlah bahan aktif lainnya, seperti, pseudoephedrine, dextromethorphan, dan phenylephrine untuk memperkuat dan mengoptimalkan khasiat menyehatkannya.
Hal ini membuat Panadol dikenal sebagai jenis obat dengan beragam varian dan manfaat yang berbeda-beda, seperti, Panadol Reguler, Panadol Flu dan Batuk, Panadol Cold dan Flu, Panadol Anak, serta Panadol Extra. Yang menjadi pertanyaan, varian apa yang cocok dikonsumsi untuk mengatasi masalah kesehatan yang sedang kamu alami?
Tak kalah pentingnya, bagaimana aturan pakai dan berapa dosis Panadol yang aman untuk digunakan serta mampu berikan manfaat kesehatan yang optimal? Lebih jelasnya, yuk simak ulasan berikut ini.
Baca Juga: Kenali Manfaat Obat Ibuprofen dan Dosis Aman Pemakaiannya
Beragam Varian dari Produk Panadol
Seperti yang sempat dibahas sedikit sebelumnya, obat tersebut memiliki beragam varian yang bebas dijual di pasaran. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah ulasan tentang beragam varian Panadol serta kegunaan dan juga bahan yang terkandung di dalamnya.
Varian |
Kegunaan |
---|---|
Panadol Biru |
Mengatasi rasa nyeri, seperti nyeri otot, sakit gigi, atau sakit kepala, dan juga menurunkan demam. *Mengandung paracetamol sebanyak 500 mg di setiap tabletnya. |
Panadol Cold and Flu (warna kemasan hijau dan putih) |
Mengatasi masalah hidung tersumbat, demam, dan batuk tanpa dahak akibat flu. *Mengandung 500 mg paracetamol, dengan tambahan pseudoephedrine HCI sebanyak 30 mg, dan dextromethorphan sebanyak 15 mg di setiap tabletnya. |
Panadol Flu dan Batuk (warna hijau dan merah) |
Mengatasi masalah bersin-bersin, demam, nyeri otot dan tenggorokan, sakit kepala hidung tersumbat, serta batuk tak berdahak karena flu. *Mengandung paracetamol sebanyak 500 mg, phenylephrine HCI 5 mg, dan dextromethorphan sebanyak 15 mg di setiap tabletnya. |
Panadol Extra (warna merah dan putih) |
Meredakan sakit gigi dan sakit kepala. *Mengandung paracetamol sebanyak 500 mg dan kafein sebanyak 65 mg di setiap tabletnya. |
Panadol Anak Drops |
Meredakan demam. *Ditujukan untuk anak-anak dari usia 0 sampai 1 tahun. Setiap 1 ml cairan dalam Panadol Anak Drops mengandung paracetamol sebanyak 100 mg. |
Panadol Anak Syrup |
Meredakan demam dan nyeri. *Ditujukan untuk anak dengan rentang usia 1 sampai 6 tahun dan memiliki kandungan paracetamol sebanyak 32 mg di setiap 1 ml-nya. |
Panadol Anak Suspension |
Meredakan demam dan nyeri. *Ditujukan untuk anak berusia di atas 6 tahun dengan kandungan paracetamol sebanyak 50 mg di setiap 1 ml cairannya. |
Panadol Anak Chewable |
Meredakan demam dan nyeri. *Ditujukan untuk anak umur 2 sampai 12 tahun dan dijajakan dengan bentuk tablet kunyah. Di setiap tabletnya, varian ini memiliki kandungan paracetamol sebanyak 120 mg. |
Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Menggunakan Panadol Paracetamol
Panadol Paracetamol
Sama halnya dengan obat jenis lainnya, kamu perlu memerhatikan beberapa peringatan sebelum menggunakan Panadol.
- Jangan mengonsumsi obat ini jika memiliki alergi terhadap kandungannya, seperti, paracetamol maupun kandungan lainnya.
- Hindari pula untuk mengonsumsi Panadol bersamaan obat lain yang juga mengandung paracetamol agar tak mengalami overdosis.
- Informasikan pada dokter terkait riwayat medis, khususnya jika kamu pernah menderita penyakit asma, liver, ginjal, jantung, hipertensi, bronkitis kronis, epilepsi, diabetes, hipertiroidisme, gangguan berkemih, glaukoma, dan sebagainya. Hal serupa juga perlu kamu lakukan ketika sedang mengonsumsi beberapa jenis obat, terutama obat jenis MAOI atau warfarin.
- Jangan pernah mengonsumsi obat ini hingga melebihi dosisnya karena bisa memicu masalah pada organ hati.
- Hindari mengonsumsi Panadol jenis Flu dan Batuk atau Cold & Flu jika mengalami batuk berdahak, dan tak meminum minuman dengan kandungan kafein, misalnya, kopi, minuman cola, dan teh, ketika menggunakan Panadol Extra.
Usahakan untuk segera mengunjungi dokter saat gejala tak kunjung membaik atau malah semakin memburuk setelah 3 hari pemakaian obat tersebut. Jika muncul gejala overdosis atau alergi obat, jangan berpikir dua kali untuk berkunjung ke dokter agar penanganan yang tepat bisa segera diambil.
Baca Juga: Ambroxol, Obat yang Ampuh Encerkan dan Keluarkan Dahak
Aturan Pakai dan Dosis Panadol
Berikut adalah rincian aturan pakai dan dosis Panadol.
- Panadol Biru (Reguler): Dosis dewasa dan anak di atas 12 tahun adalah 1 sampai 2 tablet dan diminum 3 hingga 4 kali, dengan batasan 8 tablet setiap harinya.
- Panadol Extra: Dosis untuk orang dewasa dan anak di atas usia 12 tahun adalah 1 tablet, diminum 3 sampai 4 kali, dengan maksimal penggunaan 8 tablet setiap harinya.
- Panadol Flu dan Batuk serta Cold & Flu: Dosis untuk orang dewasa dan anak usia 12 tahun ke atas adalah 1 tablet yang diminum setiap 4 hingga 6 jam sekali.
- Panadol Drops: Obat ini bisa diminum sebanyak 3 sampai 6 kali sehari dengan dosis 0,8 hingga 1,6 ml tergantung dari usia anak.
- Panadol Syrup: Untuk usia 1 hingga 2 tahun, dosis penggunaan obat ini adalah 3,75 ml, pada anak usia 2 hingga 3 tahun, dosis yang diberikan adalah 5 ml, pada anak usia 4 sampai 5 tahun dosisnya adalah 7,5 ml, dan untuk anak umur 6 tahun dosisnya adalah 10 ml. Obat ini dapat diminum sebanyak 3 sampai 4 kali dalam sehari.
- Panadol Suspension: Untuk anak usia 6 sampai 12 tahun, dosis penggunaannya adalah satu sendok takar, sedangkan untuk anak umur 12 tahun ke atas, dosisnya adalah dua sendok takar. Obat ini bisa dikonsumsi sebanyak 3 sampai 4 kali dalam sehari.
- Panadol Chewable: Untuk anak usia 2 sampai 5 tahun, dosis penggunaannya adalah 1 sampai 2 tablet. Sementara untuk anak usia 6 sampai 12 tahun, dosis penggunaannya adalah 2 sampai 4 tablet. Obat ini bisa dikonsumsi sebanyak 3 sampai 4 kali dalam sehari.
Interaksi yang Mungkin Muncul Akibat Mengonsumsi Panadol Bersama Obat Lain
Panadol mampu menimbulkan interaksi saat dikonsumsi dengan jenis obat lainnya. Sebagai contoh:
- Efektivitas dari obat Panadol akan menurun saat dikonsumsi bersama dengan phenobarbital, colestyramin, carbamazepine, dan phenytoin.
- Menimbulkan risiko pendarahan saat dikonsumsi bersama warfarin.
- Risiko efek samping dari chloramphenicol juga lebih rentan muncul saat dikonsumsi berbarengan dengan obat ini.
- Kadar Panadol di dalam darah juga bisa meningkat akibat efek dari probenecid.
- Memicu peningkatan penyerapan paracetamol ketika dikonsumsi bersama metoclopramide dan domperidone.
Apa Saja Efek Samping Panadol?
Efek Samping Panadol
Zat dan bahan yang terkandung di dalam Panadol umumnya tak membahayakan. Hanya saja, tergantung dari kondisi penggunanya, obat ini bisa memicu beberapa gejala efek samping, misalnya, pusing, nyeri perut, muntah, sulit tidur, urine terlihat lebih gelap, dan susah buang air kecil. Selain itu, pasca mengonsumsi Panadol, tubuh juga bisa terasa lebih gampang lelah, kulit serta putih mata berubah warna menjadi kekuningan, dan reaksi kulit yang parah atau biasa disebut Stevens-Johnson Syndrome.
Jika digunakan dengan dosis berlebih alias overdosis, kandungan paracetamol bisa memicu gejala berupa nafsu makan menghilang, muntah dan mual, nyeri perut intens, berkeringat lebih, bingung, lemas, dan diare. Usahakan untuk memeriksakan diri dengan dokter saat mengalami efek samping, gejala alergi obat, ataupun overdosis, seperti muncul ruam, sulit bernapas, dan wajah membengkak.
Konsumsi Sesuai Aturan dan Dosis agar Penggunaan Panadol Tak Sebabkan Masalah Medis Lain
Itulah penjelasan mengenai obat Panadol, aturan pakai, dosis, dan efek samping yang mungkin ditimbulkan. Sebagai obat bebas, Panadol sebenarnya aman untuk dikonsumsi tanpa resep dokter asal mengikuti aturan pakai dan dosisnya. Yang utama, segera hentikan penggunaan obat tersebut dan periksakan diri ke dokter saat menemui gejala efek samping yang telah disebutkan agar penanganan medis yang tepat bisa segera diambil.
Baca Juga: Gejala Demam Berdarah (DBD), Penyebab Penyakit DBD, Pertolongan Pertama, dan Pengobatannya