Relative Strength Index atau RSI, Metode Analisis Optimalkan Investasi dan Trading
Di tengah perkembangan dunia investasi yang begitu pesat belakangan ini, saham masih menjadi salah satu instrumen pilihan investor dalam jangka panjang. Alasannya karena saham mampu menawarkan potensi keuntungan yang menjanjikan sehingga maksimal dijadikan opsi untuk meningkatkan nilai kekayaan di masa depan.
Hanya saja, risiko investasi di instrumen tersebut juga tak kalah menakutkan sehingga sering kali membuat investor ragu menanam modal di produk tersebut. Padahal, ada banyak indikasi, metode, dan strategi yang bisa membantumu memaksimalkan aktivitas investasi dan trading di instrumen tersebut. Salah satunya adalah RSI atau relative strength index.
Tentunya, ada banyak sekali hal yang harus dipelajari seputar RSI ini agar mampu mengaplikasikan dan memanfaatkannya secara maksimal. Nah, jika kamu penasaran tentang apa itu RSI, termasuk cara hitung, manfaat, hingga tips mengaplikasikannya, simak penjelasan berikut ini.
Pengertian Relative Strength Index atau RSI
Sebagai salah satu indikator teknikal, relative strength index atau RSI digunakan investor atau trader dalam menilai kekuatan serta momentum dari harga saham. Indikator ini dikembangkan J. Welles Wilder di tahun 1978 dan kini dikenal sebagai salah satu metode krusial pada analisis teknikal saat trading maupun investasi.
Dengan menggunakan RSI, kamu bisa mendapatkan gambaran terkait seberapa lemah atau kuatnya pergerakan nilai saham di periode tertentu. Indikator ini juga mampu membantu investor dalam mengidentifikasi situasi pasar overbought maupun oversold. Sehingga, pengambilan keputusan investasi pun menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tersebut.
Cara Hitung RSI
Perhitungan RSI dilakukan dengan membandingkan penurunan dan kenaikan harga saham di periode tertentu. Biasanya, jangka waktu yang digunakan pada perhitungan ini adalah sekitar 14 hari, walaupun bisa juga durasi lain menyesuaikan kebutuhan investor.
Berikut adalah langkah-langkah menghitung RSI.
- Hitung perubahan harga saham secara harian selama kurun waktu tertentu. Dengan begitu, investor bisa mengetahui fluktuasi harga harian saham, misalnya selisih harga sekarang dengan hari sebelumnya.
- Identifikasi apakah terjadi perubahan harga positif atau negatif. Jika harganya meningkat, artinya perubahan harga bergerak positif. Sementara jika harganya menurun, maka perubahan dianggap negatif.
- Hitung rerata perubahan harga dengan menjumlahkan harga positif serta harga negatif selama periode tertentu.
- Setelah melakukan langkah di atas, perhitungan RSI baru bisa dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
100 – (100 / (1 + rerata perubahan harga)
Berdasarkan rumus tersebut, bisa diketahui nilai RSI di kisaran 0 hingga 100.
Manfaat Analisis RSI
Dari melakukan analisis RSI, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan investor dan trader untuk membantunya mengambil keputusan, antara lain:
- Mengidentifikasi kondisi oversold atau overbought. Jika nilai RSI 70 atau lebih, hal tersebut menunjukkan situasi overbought atau jenuh beli pada sebuah saham dan mengindikasikan koreksi ataupun pembalikan harga. Di sisi lain, jika nilai RSI kurang dari 30, artinya sedang terjadi kondisi oversold atau jenuh jual dan berpeluang menunjukkan potensi aksi beli dan kenaikan harga.
- Mendapatkan trading signal. Misalnya, jika indikasi ini menunjukkan nilai 50, biasanya hal tersebut menjadi potensi titik keluar atau masuk pada pasar.
- Konfirmasi terhadap tren nilai aset dan memvalidasi kekuatannya. Jika nilainya melampaui 50, biasanya tren peningkatan harga akan muncul. Sebaliknya, jika nilainya kurang dari 50 biasanya indikasi tren harga menurun akan terjadi.
- Mengidentifikasi bullish divergence saat harga menciptakan titik terendah baru tapi RSI menciptakan titik terendah lebih tinggi. Di situasi tersebut, ada peluang pembalikan harga secara positif atau ke atas.
- Mengidentifikasi bearish divergence saat harga menciptakan titik puncak lebih tinggi, tapi RSI menciptakan titik puncak lebih rendah. Di situasi tersebut, ada peluang pembalikan menurun atau ke bawah.
Tips Penggunaan RSI pada Keputusan Investasi
Penggunaan RSI pada investasi dan trading pada umumnya mampu membantu investor dalam mengetahui momentum pasar. Agar mampu memaksimalkan manfaat indikasi ini, ada beberapa tips penggunaan RSI dalam mengambil keputusan investasi, yaitu:
1. Memahami Kondisi Oversold dan Overbought
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, relative strength index mampu menunjukkan apakah harga saham saat ini tergolong oversold atau overbought. Saat nilai RSI melebihi 70, artinya pasar dianggap sedang overbought di mana harganya terlampau tinggi dan berpeluang mengalami penurunan. Sebaliknya, jika nilai RSI kurang dari 30, artinya pasar dianggap oversold dan harga saham cenderung murah serta berpeluang meningkat atau rebound.
2. Memastikan Divergensi
Sebagai situasi di mana arah fluktuasi saham berbeda dibanding arah fluktuasi indikasi RSI, divergensi penting dipahami investor. Kondisi ini bisa menjadi indikasi jika momentum pergerakan nilai yang melemah maupun sebaliknya.
3. Memastikan Tren Pasar
Penggunaan indikator ini juga mampu mengonfirmasi kekuatan dari tren harga sekarang. Apabila nilai RSI lebih dari 50 pada tren bearish, artinya momentum harga terbilang masih kuat. Di sisi lain, apabila nilai RSI kurang dari 50 ketika tren menurun atau bullish, artinya momentum penurunan nilai saham masih tinggi.
4. Penggunaan dengan Indikator Lain
Penggunaan RSI juga bisa dikombinasikan dengan indikator lainnya untuk membuat hasil analisis yang lebih akurat, seperti Bollinger Bands atau Moving Average. Indikasi ini juga bisa digabung dengan support & resistance untuk memperjelas sinyal trading serta identifikasi peluang titik pembalikan harga.
Kekurangan Indikator RSI
Meski memiliki banyak fungsi dan kegunaan, tapi tetap saja ada batasan dan kekurangan dari penggunaan indikator RSI. Berikut beberapa di antaranya.
- Potensi sinyal palsu, khususnya ketika pasar sedang bergejolak maupun berada di kisaran harga tertentu. Di kondisi ini, indikator RSI sering kali melewati ambang batas oversold atau overbought dan memicu kebingungan bagi investor.
- Pada kondisi pasar dengan tren kuat, indikator ini bisa bertahan pada area overbought maupun oversold dalam waktu lama dan membuatnya tak efektif jika tak dikombinasikan dengan tool teknikal lain.
- Risiko indikasi lagging di mana ada keterlambatan terhadap sinyal yang diberikan. Hal ini terjadi karena penggunaan RSI tergantung pada informasi harga di masa lalu yang mungkin saja tak lagi relevan di tren berjalan.
- Volatilitas pasar yang bergejolak bisa membuat sinyal RSI kurang bisa diandalkan. Hal tersebut disebabkan karena lonjakan nilai yang ekstrem mampu mengganggu sinyal yang ditunjukkan indikasi ini.
- Whipsaw, yaitu sinyal yang membuat indikator ini bisa berubah arah dan memicu munculnya sinyal trading yang salah.
Memaksimalkan Hasil Investasi dan Trading dengan Analisis RSI
Merupakan momentum indikator yang berguna pada analisis teknikal, RSI mampu mengukur kekuatan serta kelemahan pergerakan dari harga aset sesuai kenaikan serta penurunan harga terakhirnya. Dengan mengetahui ukuran tersebut, kamu bisa mengetahui potensi reversal atau pembalikan tren, mendapatkan sinyal trading, hingga mengonfirmasi arah dari tren harga. Karenanya, pastikan untuk menggunakan metode analisis ini dengan kombinasi indikator lain agar mampu memaksimalkan hasil investasi dan trading.