Sering Salah, Begini Perbedaan Kurang Darah dan Darah Rendah
Pada saat merasa pusing, disertai kondisi yang lemah, atau mengalami mual-mual hingga muntah, orang akan langsung menilai bahwa dirinya mengalami kondisi darah rendah. Tapi, ada juga yang langsung berasumsi bahwa mereka menderita kurang darah. Atau, menganggapnya sebagai kasus yang sama.
‘Ya, saya memang menderita darah rendah’. ‘Sama, saya pun juga kurang darah’. Meski gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini bisa dikatakan mirip, kondisi kurang darah dan darah rendah tentulah dua hal yang berbeda. Dalam istilah medis, darah rendah disebut sebagai hiptonesi.
Sementara bahasa medis dari kurang darah adalah anemia. Jangan sampai salah mengartikannya. Karena bisa-bisa, Anda akan menjalani penanganan yang salah. Apalagi, jika sampai mengkonsumsi obat yang tidak sesuai. Untuk memastikan, sebaiknya konsultasikan kondisi Anda ke dokter.
Berikut adalah perbedaan-perbedaan yang mendasar tentang kondisi kedua penyakit tersebut.
Darah Rendah
Jantung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pemompa darah ke seluruh tubuh. Kemudian, jantung akan memasok darah yang kaya oksigen ini untuk otot dan sel. Pemompaan darah oleh jantung inilah yang dimaksud dengan tekanan darah.
Untuk memeriksa tekanan darah membutuhkan sebuah sphygmomanometer. Ketika Anda melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan alat ini, akan muncul dua angka.
Yang pertama disebut tekanan darah sistolik. Tekanan darah sistolik menunjukkan berapa tekanan pembuluh darah arteri saat jantung berkontraksi atau memompa.
Sementara yang kedua disebut dengan tekanan darah diastolik. Tekanan darah diastolik adalah tekanan pembuluh darah arteri ketika jantung beristirahat.
Tekanan darah manusia pada kondisi normal adalah 120/80 sampai dengan 140/90. Sementara penderita tekanan darah rendah menunjukan angka 90/60. Tekanan darah rendah ini bisa jadi tidak menimbulkan gejala apa-apa pada mereka yang memiliki kondisi fisik sehat.
Penyebab Darah Rendah
Anda perlu berhati-hati karena tekanan darah rendah juga bisa menandakan adanya penyakit tertentu. Diantaranya: kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi, kehilangan darah, hingga infeksi berat atau gangguan jantung.
Perlu diperjelas, bahwa tekanan darah rendah atau hipotensi ini terjadi karena tekanan sistolik atau diastolik turun secara tiba-tiba. Penurunan tekanan darah ini akan menyebabkan pusing dan pingsan. Dan bisa berujung pada kerusakan jantung dan otak, karena suplai darah yang tidak mencukupi.
Hipotensi juga dapat muncul dalam masa kehamilan. Atau salah satu yang paling sederhana adalah kekurangan vitamin B-12 dan folat yang menyebabkan tubuh tidak menghasilkan cukup sel darah merah.
Berikut beberapa gejala yang ditimbulkan oleh darah rendah.
- Lemas.
- Keringat dingin.
- Kehausan.
- Pusing.
- Mual.
- Pandangan kabur.
- Penurunan kesadaran.
Penanganan
Tentu saja, penanganan dari tekanan darah rendah sangat bergantung dari penyebabnya. Untuk menghindari hipotensi akibat dehidrasi, Anda hanya perlu meminum banyak air. Terutama jika mengalami muntah atau diare.
Rehidrasi yang cukup juga mampu membantu mencegah dan mengobati gejala hipotensi yang dipicu oleh saraf. Selain itu, kurangi tingkat stres agar dapat terhindar dari trauma emosional yang dapat menyebabkan tekanan darah rendah.
Hipotensi juga dapat terjadi sebagai akibat dari berdiri terlalu lama. Untuk menghindarinya, Anda dapat beristirahat dalam posisi duduk. Sementara untuk kasus tekanan darah rendah yang lebih serius, harus segera diobati.
Baca Juga: Yuk Kenali Perbedaan Hipertiroid dan Hipotiroid
Kurang Darah
Penyakti kurang darah atau anemia adalah kondisi rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Hal ini terjadi ketika ada penurunan jumlah sel darah merah yang bersirkulasi dalam tubuh. Anemia merupakan kondisi kelainan darah yang umum terjadi.
Hemogoblin berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sehingga, jika jumlah sel darah merah rendah, otomatis jumlah oksigen dalam darah juga akan lebih rendah dari yang seharusnya. Untuk dapat mengetahui kondisi ini, diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah di laboratorium.
Penyebab Kurang Darah
Penyebab utama dari anemia adalah kurangnya asupan zat besi atau vitamin B12 dan asam folat. Zat ini sangat penting bagi sel darah merah agar dapat matang dalam tubuh. Kondisi ini juga dapat terjadi dalam masa kehamilan.
Kekurangan nutrisi ini juga dapat menyebabkan terjadinya anemia. Selain itu, kurang darah juga dapat timbul karena penyebab yang lebih serius. Seperti, perdarahan, kegagalan produksi sel darah, hingga penyakit ginjal kronis.
Beberapa gejala yang timbul karena anemia adalah:
- Lemas
- Sulit berkonsentrasi
- Berdebar-debar
- Pusing
- Pucat
- Penurunan kesadaran
Gejala seperti nyeri dada atau pingsan juga dapat menjadi indikator dari anemia. Penderita anemia yang mengalami dua gejala ini sebaiknya segera menkonsultasikan diri ke dokter.
Penanganan
Penanganan anemia tentunya disesuaikan dengan kondisi. Kurang darah dapat dihindari dengan konsumsi nutrisi yang mencukupi. Terutama suplai zat besi, vitamin B-12, dan folat. Anda bisa mendapatkannya dari suplemen yang memiliki kandungan tersebut di dalamnya.
Namun, jika memang penyakit ini disebabkan oleh kondisi kesehatan lain, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk penderita Thalassemia, perawatan anemia mencakup suplementasi asam folat, transfusi darah, hingga pengangkatan limpa dan transplantasi sumsum tulang.
Baca Juga: Ini 10 Manfaat Buah Markisa yang Juga Kaya Akan Vitamin Esensial
Serupa Tapi Tak Sama
Gejala yang ditimbulkan oleh darah rendah dan anemia memang memiliki banyak kemiripan. Oleh karena itu, Anda perlu mencermati beberapa perbedaannya. Agar, dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
Selain itu, baik hipotensi dan anemia tidak dapat dipandang sepele. Karena, dikhawatirkan bisa memperburuk kondisi tubuh. Jangan ragu-ragu untuk mengkonsultasikannya agar menghindari komplikasi yang dapat timbul dari salah satu penyakit ini.
Baca Juga: Berapa Kadar Kolesterol Normal? Yuk Cek Sebelum Terlambat